Pagi hari ini Dinda dengan piyama babi berwarna pinknya sedang mengerjakan pr yang ia tunda-tunda. Dinda terus saja mengerjakan sampai lupa sekarang sudah jam setengah enam.
"Arghhh! Pegel banget tangan Dinda! Lagian pak Ujang ngasih tugas nggak kira-kira, sih, udah tau baru kelas sepuluh, tugasnya udah kayak kantoran aja," keluh Dinda menaruh kepalanya di meja.
"Istirahat sebentar, siapin kak Nathan makan, terus mandi. Kira-kira waktu yang Dinda buang berapa, ya? Udah ah sekarang aja," dumel Dinda bangun dari duduknya pergi ke dapur untuk masak sarapan.
"Eh, kak Nathan kok udah bangun? Terus ngapain di dapur pagi-pagi kayak gini?" tanya Dinda saat melihat Nathan yang sedang duduk di meja makan.
"Duduk. Gue udah masak," suruh Nathan.
Dinda duduk di hadapan Nathan lalu melihat nasi goreng dengan telur yang sudah tertata rapih. Dinda tersenyum melihat Nathan yang sedang makan dengan lahap.
"Hari ini kak Nathan rajin banget, deh, semoga aja--"
"Makan Adinda Putri Aura." tekan Nathan dengan dingin.
"Iya sayangku, cintaku, suamiku," ujar Dinda sembari cengengesan. Tak apa jika Nathan bersikap dingin padanya, asalkan Nathan mengurangi pekerjaannya.
Setelah berlama-lama, Nathan langsung mencuci piring sedangkan Dinda berlari ke kamar untuk membersihkan tubuhnya.
Dinda mengulum senyuman lewat cermin memandang dirinya. "Semoga hari ini hari yang paling bersahabat buat Dinda. Oke?"
Dinda membuka pintu kamarnya lalu melihat sebuah note pink yang bertuliskan.
Gue berangkat duluan karena Violla hari ini piket. Gue udah taro uang lo di meja makan, lo berangkat bisa naik angkutan umum atau bus, ojol apapun itu yang penting lo bisa liat gue dan Violla jadian.
Nathan
"Assalamualaikum Adinda! Abang ganteng datang membawa keberkahan!" teriak Angkasa masuk dengan teriak-teriak.
"Adinda!"
"Bentar! Jangan naik ke tangga! Tunggu di situ!" teriak Dinda mengunci kamarnya lalu turun menghampiri Angkasa yang merapihkan rambutnya.
"Ayok kita berangkat," ajak Angkasa menarik lengan Dinda. Angkasa memakaikan helm pada Dinda sembari tersenyum.
"Abang ganteng kenapa senyum-senyum terus? Harusnya Abang ganteng galau karena Violla mau di tembak sama kak Nathan," tanya Dinda bingung.
"Buat apa galau? Sahabat gue cuman lo, andai takdir bisa kita tukar, gue akan jadi Nathan dan milikin lo, sedangkan Nathan bisa milikin Violla. Lo itu sahabat gue yang paling cantik nan baik di dunia ini," terang Angkasa mencubit kedua pipi Dinda lalu naik ke motornya, begitupun dengan Dinda.
"Abang ganteng nggak usah gombal sama Dinda," cicit Dinda.
"Saran dari gue, lo jangan nangis waktu Nathan tembak Violla, oke? Karena gue nggak akan biarin--"
"Lo nangis karena kak Nathan. Dinda udah tau, jadi Abang ganteng nggak usah banyak gaya," potong Dinda lebih dulu.
Angkasa terkekeh pelan dibalik helmnya lalu memarkirkan motornya. "KAK ANGKASA!!!"
Dinda melihat ke arah Vera dan Nazwa yang sedang berlari ke arahnya, Dinda mendengus lalu turun dari motor Angkasa dan melepaskan helmnya.
"Lain kali kalau manggil nama jangan dari jauh!" cibir Dinda merasa risi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Teen Fiction(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...