Esoknya, Dinda pergi ke halte bus untuk menunggu jemputan dari Kalvino. Dia bilang ingin berangkat bareng dengan Dinda, tetapi jarak dari rumahnya terlalu jauh ke rumah Dinda.
Dinda melihat jam tangannya menunjukkan pukul 07.10, mereka punya waktu lima menit lagi untuk sampai di sekolah. Tapi, Kalvino belum sampai di hadapannya.
Tanpa di sadari, di sebrang sana ada Nathan yang melambaikan tangannya pada Dinda. Ia sedikit tersenyum ke arahnya.
Dinda berdecak kesal karena akhir-akhir ini Nathan banyak muncul di hadapannya. Sudah cukup. Walau Dinda belum bisa melupakan, mengikhlaskan Nathan, tetap saja dirinya harus menjauh.
Dinda membawa pandangannya ke sembarang arah agar tidak kontak mata dengan Nathan.
"ADINDA! MAU BARENG NGGAK?!"
"Jangan Din. Inget. Dia itu suka nyakitin." batinnya.
Tidak sangka, bus yang mengarah pada sekolah sampai tepat di hadapan Dinda. Dari pada melihat Nathan dan menunggu Kalvino lebih baik ia naik bus.
Beberapa menit di perjalanan akhirnya Dinda sampai. Sampai namun terlambat.
"Serius ini salah Kalvino!" gerutu Dinda diam-diam membuka pagar yang kebetulan tidak dikunci.
Dinda menyengir dan menerobos masuk sembari berlari agar tidak ketahuan oleh guru. Ia mengatur nafas dan semangat menaiki tangga lalu mulai berjalan lemas ke kelas.
Dinda membuka pintu kelas sembari salam dan membelalakkan matanya melihat Kalvino yang sedang mengisi soal di papan tulis.
"ASTAGFIRULLAH!"
"Adinda! Jangan teriak-teriak! Kamu kenapa datang telat?! Liat ini jam berapa?!" tanya Bu Rika.
"Maaf Bu Rik, abisnya Dinda kaget liat orang cupu maju."
"NGGAK NGACA LO, DIN!"
"Sudah-sudah! Kamu duduk Adinda."
Dinda mengangguk dan duduk dengan kesal. Sumpah nih anak satu minta di gibeng! Bisa-bisanya Kalvino sudah sampai di sekolah.
***
Dinda keluar kelas mengabaikan Kalvino yang mengode untuk ikut dengannya, dari pada waktu istirahatnya sia-sia ikut Kalvino, ia lebih baik mampir ke kelas Vera dan Nazwa.
"Permisi, ada Vera dan Nazwa?" tanya Dinda menongol.
"Ke kantin."
"Oke makasih," ujar Dinda membalikkan tubuhnya dan terkejut melihat Rigel yang ada di hadapannya.
"ASTAGFIRULLAH! RIGEL NGAPAIN SIH TIBA-TIBA MUNCUL KEK BEGINI, HAH?!" teriaknya.
"Jangan teriak-teriak, Din, nanti kuping gue budeg. Gue mau minjemin uang ke lo, lo mau nggak?" tanya Rigel.
"Nggak makasih, Dinda udah punya uang," tolaknya.
"Gue serius. Lo mau apa nggak? Kalau mau nanti ikut ke rumah buat ngambil uangnya," terang Rigel.
"Nggak. Males ketemu Clarita."
"Jadi kalau nggak ada Clarita, lo mau ikut?"
"Nggak juga. Udah ya, Dinda mau makan laper."
Dinda kembali ke kelasnya dan bergabung dengan Kalvino yang sedang membersihkan kaca matanya. Sok minus.
"Kenapa tadi nggak nepatin janji? Katanya mau bareng Dinda, Dinda nungguin loh di halte," ujar Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Teen Fiction(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...