Note: kalau ada typo tandai ya :)
Waktu menunjukan pukul 22.45 Dinda keluar dari mobil Angkasa setelah mengucapkan terimakasih, ia membuka gerbang rumahnya dan masuk kedalam rumah. Tapi, saat kaki Dinda ingin melangkah untuk masuk, Nathan sudah menghalanginya.
"Dari mana aja baru pulang jam segini? Pergi sama siapa? Di anter sama siapa? Itu pake baju siapa? Lo abis ke mana? Kenapa bisa pake baju orang? Udah makan apa belum?" tanya Nathan berturut-turut tanpa memberikan ruang untuk Dinda menjawab.
"Kenapa rambut lo basah?" tanya Nathan lagi. "Jawab."
"Pertama-tama ini salah kak Nathan. Dan pertanyaan kak Nathan semua itu jawaban utamanya dari rumah kak Angkasa, Dinda nggak lakuin macem-macem kok, tapi Dinda kecebur di kolam berenang jadi Dinda pake baju kak Angkasa, kalau masalah makan, beres deh!" ucap Dinda terkekeh kecil.
"Kenapa bisa kecebur?! Lo kan nggak bisa berenang, Dinda?! Lo nggak apa-apa kan?!" tanya Nathan dengan nada cemas sembari memegang pucuk kepala Dinda.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Nathan melepaskan tangannya dari kepala Dinda dengan kasar.
"Ciee ... kak Nathan khawatir sama Dinda, ya?" goda Dinda menyenggol bahu Nathan.
"Nggak!" ketus Nathan meninggalkan Dinda yang senyum-senyum sendiri.
Dinda berdecak berlari kecil menghampiri Nathan yang sedang minum di dapur, karena Dinda lagi ingin bercanda Dinda melingkarkan tangannya pada tubuh Nathan dari belakang, menyandarkan kepalanya dipundak Nathan.
Nathan yang dipeluk hanya terdiam kaku melihat tingkah Dinda. Nathan memegang tangan Dinda, "Lepas atau gue bunuh!"
"Bunuh aja kalau tega, lagian Dinda udah terawang kalau kak Nathan nggak berani bunuh Dinda," ucap Dinda menutup matanya.
Nathan memutarkan bola matanya malas lalu memutar balikan tubuhnya menghadap Dinda, Dinda melepaskan pelukannya melihat Nathan yang dingin.
Manik mata mereka bersatu memandang satu sama lain, Dinda melihat Nathan dengan kagum. Tak menyangka jika suaminya memakai baju hitam akan membuat Dinda terdiam terhanyut dalam dunianya.
"Jangan liatin gue, gue tau gue ganteng," sahut Nathan menyadarkan Dinda.
Dinda menghela nafasnya lalu menuangkan air ke gelas dan meminumnya. "Siapa juga yang liatin! Orang jelas-jelas kak Nathan yang liatin duluan,"
Nathan terkekeh sebentar lalu menggendong Dinda menaruhnya di atas meja, Nathan menatap Dinda dengan senyum smirknya.
Ceklek
"YA ALLAH NATHAN! DINDA! LO MAU NGAPAIN, NJIR! GILA LO, NAT! NGAPAIN BAWA DINDA KE RUMAH LO?" teriak Bara yang sudah berada didepan pintu.
Nathan menghela nafasnya menghampiri Bara. "Ngapain lo ke sini?" tanya Nathan.
"Lo sendiri ngapain berudaan sama Dinda?" tanya Bara.
Memang pada dasarnya, Bara belum tau tentang Nathan yang sudah menikah dengan Dinda. Nathan ingin pernikahannya tidak diketahui oleh anak sekolah, tetapi saat itu pernikahannya sudah diketahui oleh Angkasa. Nathan membiarkannya Angkasa mengetahui hal itu, tetapi Nathan memohon untuk pada Angkasa untuk tidak membongkarnya.
"Gue, gue kan udah bilang kalau Dinda numpang di rumah gue, dia juga udah resmi jadi babu gue," ucap Nathan.
"Serius?"
"Kenapa nggak? Ayolah kita makan," ajak Nathan.
Dinda terdiam melihat Nathan dan Bara yang makan dengan lahap, ia melihat hpnya mendapatkan pesan dari Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Teen Fiction(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...