Hari ini adalah hari terakhir bagi siswa dan siswi SMA Saturnus, karena sekarang sudah memasuki hari kedua. Dinda keluar dari tenda dan menghirup udara segar.
"Selamat pagi, dunia!" ujar Dinda dengan senyum di wajahnya.
"Dinda udah bangun? Ayok kamu mandi di sungai lalu kembali ya," ujar Bu Rika.
"Oke Buk!"
Dinda berlari ke ujung sungai dan seketika langkahnya terhenti saat melihat Nathan yang sedang tertawa sembari mencubit kedua pipi Kiran di pinggir sungai.
"Din."
"Astagfirullah, Ares! Ngagetin aja tau nggak," ujar Dinda mengusap dadanya.
Ares terkekeh pelan melihat penampilan Dinda yang terakhir kali dirinya liat di cafe. "Mandi sana, bau iler,"
"Ngeselin! Wangi kasturi kayak gini dibilang bau iler!" cicit Dinda berlari ke sungai dan menjadi pusat perhatian Nathan dan Kiran.
Tak tinggal diam, Ares langsung menghampiri Dinda dan bermain air dengannya. "Ares! Balikin kaca mata Dinda! Mata Dinda minus tau nggak!" teriak Dinda.
Nathan terdiam melihat Dinda yang akrab kembali pada Ares. Entah dorongan setan dari mana, Nathan bangun dari duduknya dan menghampiri Ares dan Dinda yang saling tertawa.
Dinda terdiam merebut kacamatanya di tangan Ares. "Ngapain ke sini? Nggak ada hal menarik di sini, ya nggak Res?"
"Iya lah! Secara kan Dinda nggak cantik, jadi buat apa lo deketin Dinda?" tanya Ares yang seakan-akan tau kalau Nathan main fisik.
"Tapi gue suami Dinda." ucap Nathan dengan wajah dingin.
"Cih! Suami? Lo bilang? Suami macam apa yang rendahin istrinya depan orang-orang? Lo Islam?"
"Hm."
"Tau pesan Sayidina Ali bin Abi Thalib? Dia berkata: Jika seorang wanita menangis karena disakiti oleh pria, maka setiap langkah pria tersebut dikutuk oleh para malaikat."
Setelah mengatakan pesan itu, Ares langsung pergi meninggalkan Dinda dan Nathan, bahkan Kiran yang sedari tadi duduk melihatnya pun diabaikan.
Dinda berdehem lalu berjalan kepinggiran mengambil Tote bag yang berisi baju-bajunya. Lalu pergi setelah mengatakan, "Dinda mau duduk sama Nazwa di bus."
Nathan membalikkan tubuhnya melihat Kiran yang masih di tempat, dan mengulum senyuman lalu melangkah menghampirinya.
"Lo mandi sana, gue juga mau mandi. Jangan lama-lama di sini, takutnya guru lo cariin lo," ucap Nathan.
"Nathan, kita balikan yuk, lo mau nggak?" tanya Kiran memegang kedua tangan Nathan.
"NATA DE COCO!"
"NATHAN WOY! BUKANNYA MANDI MALAH BERDUAAN SAMA PEREMPUAN!" teriak Bara yang datang dengan Angkasa.
"Sana. Gue mau mandi dulu," ujar Nathan berdiri dari duduknya.
"Hallo neng cantik, boleh kenalan?" tanya Bara pada Kiran.
"Gue Kiran!" ketus Kiran melangkah pergi.
"Hari ini kita keliling hutan, terus game lagi kata pak Ujang," ujar Angkasa.
"Ya udahlah, ayok mandi nanti ketinggalan lagi." ucap Bara.
Di sisi lain, Dinda sedang menalikan tali sepatunya dengan pikiran kosong. Vera yang berada di sampingnya memegang pundak Dinda membuat si empu tersadar.
"Tau dedemit nggak? Dedemit paling suka sama orang yang melamun sama pikirannya, nanti--"
"Lo kesurupan." potong Nazwa ikut menimbrung.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Teen Fiction(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...