Nata de coco
Cepetan ke UKS. Adinda sakit.
Angkasa menaruh hpnya di meja lalu menatap Dinda yang sedang pingsan dengan wajah pucatnya.
"Kak! Kak Angkasa, gue bisa jelasin kenapa gue—"
Angkasa bangun dari duduknya, "Keluar dari UKS! Gue nggak mau liat muka lo lagi, Naz! Adinda sahabat lo dan mau kasih contekan sama lo, kenapa lo mau bunuh Dinda? Gue tau lo suka sama gue dan lo cemburu karena Adinda selalu dekat sama gue. Tapi asal lo tau! Gue nggak pernah suka sama lo, Nazwa."
Nathan membuka kenop pintu UKS dan langsung duduk di samping Dinda. "Din. Kenapa bisa gini, Kas?" tanya Nathan dengan tenang pada Angkasa.
"Nazwa pelakunya." ucap Angkasa dingin lalu keluar dari UKS.
"Besok udah berangkat camping segala lagi... Dinda sakit, terus gue tega biarin Dinda sendiri di rumah?" gumamnya.
"Dinda sembuh kok, pokoknya Dinda mau ikut camping! Dinda nggak mau tau! Dinda mau ikut!" sahut Dinda membuka matanya lebar-lebar menatap Nathan.
"Gimana keadaan lo? Udah mendingan?" Dinda mengangguk-angguk.
"ASTAGA ADINDA PUTRI AURA! GUE SESEK NAFAS BEGITU TAU LO MAU DI BUNUH! UTUTUTU BULE MU INI SAYANG SAMA DIRIMU!"
Dinda memutar bola matanya malas melihat tingkah Vera yang lama-lama menjengkelkan seperti Bara.
"Jangan alay Ver! Dinda baik-baik aja kok. Kalau Dinda sakit Dinda cuman butuh kak Nathan, soalnya kak Nathan obat bagi Dinda." katanya.
"Dih! Yang seharusnya obat itu kak Angkasa! Dia yang bela-belaan bolos demi lo, terus kak Angkasa rela gendong lo, lari-lari di koridor cari anak PMR, kak Angkasa juga--"
"Udah?" Vera cengengesan saat ucapannya di potong oleh Nathan dengan wajah kakunya.
"Udah kok udah, kalau gitu gue pamit ya! Bye!" teriak Vera berlari keluar dari kamar UKS.
Dinda bangun dari tidurnya menatap Nathan. "Berapa menit lagi pulang, kan?"
"Hm, gue udah bawa tas lo, ayok ke parkiran. Gue udah ijin sama guru kalau gue mau pulang duluan," ujar Nathan meraih tangan Dinda dan menuntunnya sampai ke parkiran.
"NATHAN! NATHAN TUNGGU NATHAN!" teriak Jessie berlari kearah Nathan dan Dinda.
"Kenapa Jes?"
"Gue numpang boleh nggak? Hari ini gue harus ke tempat photoshoot, dan supir gue mogok di tengah jalan! Please..."
"Boleh. Kak Jessie numpang aja sama kak Nathan," ujar Dinda menyodorkan helm yang ada di tangannya.
Jessie menatap Dinda sinis lalu mengambilnya dengan kasar. "Thanks."
"Ya udah ayok! Kenapa ganti jadwal sih, Jes? Bukannya pemotretan lo besok?" tanya Nathan.
"Besok kan kita camping, jadi gue putusin buat di majuin."
Nathan mengangguk saja dan menoleh kearah Dinda yang dengan cepat tersenyum paksa. "Dah! Tungguin kak Jessie sampai pulang ya! Jangan mikirin Dinda!" teriak Dinda menatap motor Nathan yang sudah menjauh.
Dinda menghela nafasnya berat lalu mengumpat di balik dinding saat melihat Angkasa yang keluar dari koridor utama dan melangkah ke parkiran dengan Violla.
"Jadi lo nggak ikut camping, Kas?"
"Nggak ah, jagain Mama gue lebih berharga dari pada acara sekolah," ujar Angkasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Teen Fiction(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...