Semua murid berkumpul di rerumputan hijau. Nathan yang merasa kehilangan Dinda menoleh kanan kiri.
"Ibu absen ya! Yang namanya dipanggil harap memisahkan diri ke samping Ibu! Nabilla, Jidah, Fatah ... Nathan, Bara, Jessie, Clarita, Nazwa, Vera, Angkasa, Rigel, Violla, Adinda?"
"Adinda Putri Aura? Hadir?"
"HADIR!" teriak Dinda yang tiba-tiba muncul dengan nafas yang memburu, juga wajahnya yang basah.
"Lain kali jangan misah diri, Adinda! Pisahkan diri!" suruh Bu Rika diangguki oleh Dinda.
"Baik! Karena semua sudah terabsen, ibu minta kalian jaga tata tertib karena di puncak ini ada satu sekolah yang kebetulan jadwalnya sama. Yaitu, SMA Cempaka."
"Ares." gumam Dinda.
"Ayok anak-anak, karena hari mulai gelap, kita pasang tenda!" teriak pak Ujang sembari bertepuk tangan.
Violla menarik tangan Dinda agar Dinda tidur bersamanya. "Ayok, Din, biarin Vera sama Nazwa aja, lo sama gue," ujar Violla.
Nazwa yang ingin menghampiri Vera keburu ditarik tangannya oleh Angkasa. "Setelah selesai pasang tenda langsung makan, terus jangan lupa pake sweter terus kumpul buat di api unggun."
Nazwa mengerjapkan matanya kagum mendengar penuturan dari Angkasa. "I-iya!"
Angkasa melepaskan tautan tangannya dengan Nazwa lalu pergi meninggalkan Nazwa dan menghampiri Nathan dan Bara.
"BERTIGA SAMA GUE TIDURNYA, WOY!" sahut Angkasa.
"Ya udah atuh, lo bantuin gue, biar Nathan sama anak lainnya cari kayu buat api unggun." ujar Bara sembari membaca tutorial membuat tendanya.
Nathan melemparkan ranselnya asal lalu pergi ke tenda Dinda dan Violla, "Dinda! Ayok ikut gue!" ajak Nathan.
"Ciee yang udah suami istri mah mau berduaan terus," goda Violla langsung ditatap tajam oleh Nathan.
"Violla tau?"
"Iya lah! Walaupun kita nggak dekat tapi gue tau tentang lo, kak!" ucap Violla mulai tidak gugup pada Nathan.
"Vi, Dinda sama kak Nathan mau cari kayu bakar dulu, ya! Bisa sendiri kan?" ujarnya diangguki oleh Violla.
Nathan berjalan beriringan dengan Dinda, tetapi Dinda langsung menarik tangan Nathan untuk melihat SMA Cempaka yang baru saja sampai.
"Kaka liat, deh! Cowoknya ganteng-ganteng," puji Dinda saat Ares dan temannya keluar dari bus.
Nathan memegang dagu Dinda dan menatapnya. "Jangan suka sama laki-laki lain." tekan Nathan.
"Santai kak santai, hati Dinda cuman buat kak Nathan," ujar Dinda tersenyum sebentar.
"Lho Nathan?"
"Dinda?"
Nathan dan Dinda langsung menoleh kearah sumber suara. Terlihatlah seorang Ares dan gadis dengan bandana hitam dengan riasan kupu-kupu putih.
"Kiran?" gumam Nathan menatap sosok gadis itu dengan telaten, dari atas sampai bawah.
"Nathan! Gue kangen!" Gadis yang bernama Kiran Savella itu langsung berpelukan dengan Nathan dihadapan Dinda. Nathan terkekeh pelan dan membalas pelukan itu.
"Hati Dinda sakit, kak." Dinda memalingkan wajahnya pada kedua sejoli itu.
"Lo apa kabar? Giman kabar kak Sam?" Pertanyaan dari Kiran membuat Dinda bertanya-tanya dalam hatinya. Siapa dia? Apa dia sedekat itu dengan keluarga Nathan?
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Ficção Adolescente(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...