Dinda turun dari motor Nathan, lalu pergi dari hadapan Dinda.
"Dinda, lo mau ke mana?" tanya Nathan menarik tangan Dinda, Dinda menepisnya.
"Ke kak Angkasa, kalau kak Jessie liat nanti kak Jessie marah-marah! Kak Jessie kan kehidupan kak Nathan, Dinda juga tau kalau kak Nathan nggak akan pernah suka sama Dinda, dan mustahil banget kalau kita bersama." ucap Dinda meninggalkan Nathan yang terdiam.
"Kak Angkasa!" teriak Dinda berlari menyusul Angkasa yang berjalan seorang diri.
"Eh, dari mana aja, Adinda?"
"Baru dateng sama kak Nathan. Dinda mau tanya, kemarin Dinda sama kak Nathan ke pesta, Dinda liat kak Angkasa lagi dansa sama cewek tapi cewek itu bukan Naz, dia siapa?" tanya Dinda menatap Angkasa.
"Kenapa? Lo cemburu, hm?" Dinda mendengus, "Nggak! Buat apa Dinda cemburu?"
"Dia Violla, sahabat gue waktu kecil yang paling bikin gue bahagia," terang Angkasa membawa Dinda ke kantin.
Selagi menunggu bel, Dinda lebih baik ke kantin untuk makan gorengan, katanya gorengan lebih sehat dari pada roti. hemat uang gitu ><
"Katanya cuman Dinda doang sahabat kak Angkasa! Kenapa kak Angkasa punya sahabat cewek selain Dinda, hah?!" tuntut Dinda menatap Angkasa dengan malas.
"Udah takdir mungkin,"
"Nggak bisa gitu dong! Kalau Dinda sama Violla itu kena musibah terus kak Angkasa lebih milih Violla dari pada Dinda, kan? Kak Angkasa juga pernah bilang kak Angkasa itu punya Dinda, tapi kak Angkasa juga--"
"Sstt ... jangan marah-marah, hm. Gue pilih lo,"
"Karena gue suka sama lo, Adinda." lanjut Angkasa membatin.
Dinda mengangguk lalu memakan gorengan jagung itu tanpa memperdulikan Bara dan Vera yang duduk dimeja itu.
"Dinda," panggil Angkasa.
"Apa?"
"Awan-awan apa yang bikin seneng?" tanya Angkasa membuat Dinda mikir.
"Awan apa emangnya?"
"Awanna be with you!" sorak Angkasa membuat Dinda blushing.
"Ih gombal! Hampir aja jantung Dinda nggak copot!" cibir Dinda melempar gorengan jagung itu pada Angkasa sembari cengengesan.
"Eh! Bukan bara namanya kalau nggak punya teka-teki! Coba tebak ya!" sahut Bara.
"Ya udah, kak Bara punya teka-teki apa?" tanya Dinda.
"Dipegang, dibuka, dikocok, keluar putih-putih, apakah itu?" tanya Bara membuat pikiran ambigu. "Jawab! Tinggal jawab pake mulut aja susah!"
Vera menyubit pinggang Bara membuat si empu meringis kesakitan. "Sayang! Kok pertanyaannya ambigu sih?!"
"Kamu aja pikirannya yang kotor, kelamaan mikir nih anak," cibir Bara menatap Angkasa.
"Itu,"
"Itu apa?" tanya Bara membuat Angkasa berdecak.
"Itu njir, nggak usah disebut segala," ucap Angkasa menyinis.
"Gue nggak paham, coba sedikit dijelasin," pinta Bara cengengesan.
"Usus," sahut Vera.
"Heh! Pacar gue ngomongnya," ucap Bara mendelik kearah Vera. Coba pikir? Kata usus dibalikan jadi apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Teen Fiction(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...