49. SEE YOU

677 88 29
                                    

"Sekarang gue talak lo."

"Nggak! Dinda nggak mau!"

"Gue talak lo. Sekarang. Gue talak lo! Mulai hari ini lo bukan istri gue!" tegas Nathan.

Lepas. Tidak ada hubungan apapun lagi Dinda dengan Nathan, Dinda menghapus air matanya dan tersenyum ke arah Nathan.

"Dinda--"

"Keluar, gue nggak butuh lo."

"Selamat menyesal kak." ucap Dinda keluar dari kamar Nathan menuju pintu depannya dengan menangis sesenggukan.

Nathan melihat Dinda lewat jendela kamarnya yang berjongkok lalu berdiri sembari mengusap air matanya. Kata-kata itu terlepas dari mulut Nathan begitu saja, tidak memikirkan perasaan Dinda, tidak memikirkan Dinda harus pergi ke mana.

***

Tak tak tak

Angkasa turun dari kasurnya dan membuka gorden kamarnya, matanya membulat saat melihat Dinda yang melambaikan tangannya. Apa Nathan mengijinkan dirinya bertemu dengan Dinda.

Dengan cepat Angkasa pergi menemui Dinda di halaman tanpa malu kalau dirinya memakai piyama. "Din?"

Dinda tersenyum tipis. "Benerkan Dinda bakal ke sini? Pas malem juga," ujarnya.

Angkasa menganggukkan kepalanya, bukannya tidak sadar dengan mata Dinda yang membengkak, Angkasa tidak ingin membahasnya terlebih dahulu.

"Keluar, yuk? Ke taman komplek," ucap Angkasa diangguki oleh Dinda.

Dinda menarik nafasnya dalam-dalam "kak Angkasa besok pergi, ya? Huh! Dinda kesepian banget,"

"Ada Nathan, ada Bara, ada Vera, sama yang lain kan?"

Dinda menganggukkan kepalanya dan tersenyum lagi. Angkasa menepuk kepala Dinda dengan tatapan tidak suka. "Nangis aja Din, lo jelek kalau pura-pura senyum,"

Dinda menundukkan kepalanya dan terisak-isak, tak ada rasa malu apapun menangis di hadapan orang seperti Angkasa.

"Kenapa kak Angkasa harus pergi? Dinda nggak punya temen lagi, Dinda takut, Dinda takut kalau Dinda bener-bener sendiri di sini," ujar Dinda.

"Nathan sakitin lo lagi?"

Dinda menengok ke arah Angkasa dengan tatapan tak percaya, kenapa Angkasa tau kalau dirinya menangisi Nathan?

"Kenapa, Din? Nathan sakitin lo lagi? Ngomong apa dia sama lo?" tanya Angkasa dengan nada tidak suka.

Dinda menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Nggak ada, kak Nathan nggak ngomong apa-apa sama Dinda,"

"Jangan senyum, lo jelek Adinda." ucap Angkasa menarik Dinda kedalam pelukannya.

"Happy birthday, Adinda." ucap Angkasa tepat jam itu berpindah untuk esok, dan kebetulan sekali alarm hp Angkasa berbunyi dengan suara happy birthday.

"Makasih." ucap Dinda.

Angkasa melepaskan pelukannya, menghapus air mata Dinda dan tersenyum. "Jangan nangis lagi, ya, besok gue bakal bilang ke Nathan jangan sakitin Adinda lagi,"

Dinda menggelengkan kepalanya. "Dinda bisa bilang sendiri,"

"Nggak apa-apa, biar gue yang bilang sama Nathan, gue yakin tuh anak bakal paham sama omongan gue."

Dinda menganggukkan kepalanya saja dan mereka saling terdiam.

"Kak---"

"Tahun depan saat lo lulus gue bakal datang, gue mau liat lo masih pendek apa nggak, masih good looking apa nggak," ucap Angkasa memotong omongan Dinda.

GARIS TAKDIR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang