46. KATA MAAF LAGI

767 82 11
                                    

eh iya, maap ya kalau cerita ini ngga jelas, dari cerita pertama aku sampe ketiga ini ngga tau kenapa suka aja sama konflik berat gitu, coba aja deh cek cerita lukisan gimana konfliknya. so, aku memang bertele2 in konflik karena jalan ceritanya juga belum pas buat ditaro konflik. oke aku kasih bocoran, jadi di cerita ini konfliknya nggak lumayan berat menurut aku, cuman belibet sama perasaan Dinda ke Nathan dan Nathan ke Jessie. Dan buat penyesalan Nathan? Setelah konflik Nathan pasti menyesal kok, tau kan? Penyesalan selalu ada di akhir hihi. bawa santai aja gaiss

Happy reading!!!

Adinda Putri

Dinda ada di rumah sakit.

Rumah sakit mana?

Sukamaju.

Sukamaju? Kenapa nggak suka mundur?
Lo kenapa? Sakit? Hamil?

Dinda kan suka kak Nathan, Ayah masuk rumah sakit lagi. Tapi, kak Nathan lagi sama Vera ya?

Nggak Din nggak! Tadi gue udah usir Vera, gue ke sana sekarang! Tunggu! Gue bakal pake jurus JALAN NINJAKU! YOWAIMO

Iya kak iya.

Dengan cepat Nathan mengambil jaket serta kunci motornya lalu keluar dari apartemen menuju Rumah Sakit Sukamaju.

"Ahh, malem-malem gini biasanya si batu Bara ngelawak di pinggir jalan, jam satu gue otw ke rumahnya dah, sekalian nge-rusuh," monolog Nathan.

"NATHAN! WOY BROTHER! SPADA! YUHUUU NATA DE COCO! IKLAN POHON KELAPA!"

Nathan melihat ke kaca spionnya ada motor Bara dengan Angkasa.

"Lo ngapain teriak-teriak nama gue? Lo tau kan kalau gue terkenal?!" teriak Nathan.

"Yang terkenal bapak lo, bukannya lo!" sosor Angkasa.

"Guys! Guys! Ayolah nongkrong lagi di pinggir jalan!" ajak Bara.

"Nggak bisa! Gue harus ke rumah sakit Sukamaju! Ayah Dinda sakit!" ucap Nathan.

"HAH? SUKAMAJU? MAJU MUNDUR AJA GIMANA?!"

"Lo apain Ayahnya Adinda, Nat?!" tanya Angkasa.

"BUKAN GUE WOY!"

Setelah berbicara panjang di jalanan, akhirnya Nathan memutuskan pembicaraan dengan kedua orang temannya. Dirinya pergi ke rumah sakit, sedangkan Angkasa dan Bara pergi ke supermarket.

Nathan memarkirkan motornya dan mengibaskan jaketnya dengan gaya, padahal suasana di rumah sakit sepi.

Nathan menarik napasnya lalu melihat ke atas gedung dan menunduk. "Bismilah, Nathan anak kuat tubuhku kuat! Karena Ibuku memberi kawat! Anak kawat pasti pinter! Hayuuu! Hahay dedeuh!"

Nathan kenapa sih? ಥ‿ಥ

Ia melangkah masuk ke dalam dan memajang wajah berwibawa dan benar saja, banyak yang memperhatikannya.

"Gue tau gue cakep, tapi?"

"Maaf kak, helmnya belum dicopot."

Nathan berhenti lalu mencopot helmnya dan memasang wajah malu, pantesan penglihatannya gelap ternyata gara-gara helm kampret ini.

GARIS TAKDIR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang