31. INSECURE

853 108 2
                                    

Di parkiran sekolah Dinda sudah lama menunggu Nathan, tapi kehadirannya tak muncul sama sekali membuat dirinya merasa kesal.

Dinda memukul jok motor lalu menendang bannya dan pergi meninggalkan sekolah, Dinda lebih baik jalan terlebih dahulu ketimbang nunggu Nathan.

"Udah nggak di kasih jajan, nggak punya uang sepeser pun, nggak nganterin Dinda pulang juga, huftt!" gerutunya.

"Eh, ada neng cantik, neng ikut Abang yuk." ajak dua orang pria yang sudah menghalangi langkah Dinda.

Dinda memutar bola matanya malas melihat kedua orang itu yang alay dan sok gagah di hadapannya.

"Mau kalian apaan, sih?! Dinda nggak punya apa-apa! Lagian kurang kerjaan banget kalian jagain Dinda," protes Dinda menatap tajam kedua orang pria itu.

"Aduhh neng, neng, kamu itu lucu, ikut Abang yuk, mau nggak?" tanya pria itu mencekal pergelangan tangan Dinda.

"Heh! Lepasin atau Dinda bunuh! Kalian nggak siapa Dinda, hah?! Lepas nggak! Lepas nggak! Lepaslah masa nggak!" teriak Dinda.

"Neng, kita nggak akan lepasin kamu, karena kamu--"

Bugh

Bugh

Setelah menendang anu keduanya Dinda menggigit tangan pria itu dan menginjak kakinya lalu lari secepat mungkin.

"Rasain jurus terbaru Dinda! Dinda sih dilawan! Dinda gitu loh!" ucap Dinda mengibaskan rambutnya.

Dinda memegang dadanya merasakan jantung yang masih berdegup kencang, ia duduk di warung kecil untuk beristirahat.

"Bu, Dinda punya uang seribu tapi koin, Dinda mau beli minuman yang seribu ada?" tanya Dinda pada ibu-ibu penjaga warung.

"Ada neng, mau ngambil dulu juga nggak apa-apa. Ayo neng," ujar ibu-ibu itu dengan ramah.

"Ibu baik banget sama Dinda, kok bisa Bu?" tanya Dinda pada ibu-ibu itu tanpa mengambil apapun.

"Kamu keliatan banget orang kayanya, biasanya orang kaya suka ngasih sama ibu lebih, jadi biasalah ibu cari untung," ujar ibu-ibu itu.

"Oh, ibu tinggal di mana?"

"Ibu tinggal di kontrakan jalan mawar, asal ibu dari Bogor, katanya di Jakarta gampang cari kerja jadi ibu ke sini, tapi ujung-ujungnya ibu jaga warung juga," ucap ibu-ibu itu.

Dinda menganggukkan kepalanya lalu mengambil gorengan, tapi ibu-ibu itu langsung menyetop tangan Dinda.

"Eh, kenapa Bu?"

"Kamu kan anak orang kaya, jangan makan gorengan nanti kamu batuk-batuk," ucap ibu-ibu itu.

"Nama ibu siapa? Oh iya, kita kan sama-sama manusia, Dinda juga nggak mandang Dinda orang kaya kok." ucap Dinda melanjutkan makannya.

"Eni."

"Bu, saya mau beli permen yupi lima ribu," ucap seseorang memakai helm di samping Dinda, Dinda langsung menoleh ke arah orang yang begitu familiar suaranya.

"Oke tunggu ya, Den, jarang banget Aden ke sini," ujar Eni.

Dinda memejamkan matanya seraya mengingat suara itu. Setelah teringat Dinda langsung membuka helm orang itu dengan kencang membuat si empu sedikit meringis.

"Tuh kan bener ini Ares! Ares sejak kapan suka permen yupi!" ucap Dinda pada Ares, sedangkan Ares masih terdiam.

"Ih Ares!"

GARIS TAKDIR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang