happy reading♡
Setelah acara kelulusan telah selesai, tersisa Kalvino, Angkasa, dan Nathan. Yang lainnya menemui keluarga mereka.
"Oh iya, Din. Kapan-kapan gue kasih buket bunganya ya, soalnya ini semua salah ... iya salah gue," ujar Nathan cengengesan karena di tatap sinis oleh Angkasa.
"Santai aja kak, oh iya, Kal? Tugas kamu kan udah selesai, setelah ini mau ke mana?" tanya Dinda.
"Pulang ke rumah Angkasa, mau ketemu baby Shasa," ucap Kalvino langsung di pukul oleh Angkasa.
"Baby, baby, pala lo! Udah sana lo balik ke Bandung," ujar Angkasa.
"Dih? Ngusir lo? Gue mau minta duit dulu sama om Zayn," ucap Kalvino menarik Dinda yang semula berada di tengah-tengah antara Angkasa dan Nathan, ditarik untuk di sampingnya.
"Gue mau ngabisin waktu gue sama Dinda, karena perasaan gue nggak bisa terbalaskan," tutur Kalvino.
"Nggak! Pulang lo sana! Itu urusan lo sama hati lo! Suruh siapa lo suka sama Adinda, hah?" protes Angkasa.
"Ya siapa, sih, yang nggak suka Dinda? Orang yang nggak punya otak doang yang bilang Dinda jelek," ucap Kalvino sangat mencolos di hati Nathan.
"Lo kalau ngomong ngotak, Kal. Gue ke sindir." ucap Nathan.
"Bagus, tinggal nunggu azab aja."
plak
"Nggak boleh ngomong gitu, Dinda nggak pernah ajarin Kal buat ngomong gitu, minta maaf, dia lebih tua dari pada Kal." suruh Dinda.
"Ogah."
"Ekhem, udah ya adek-adek saya tercinta--"
"Gue juga cinta sama lo, Kas,"
"NGGAK USAH NGE-GAY NATHAN! LO LAMA-LAMA JADI KAYAK BARA TAU NGGAK!" ucap Angkasa tegas.
"Bercanda doang, lagian gue najis sama modelan kayak lo. Din, gue pamit ya, jaga diri baik-baik." ucap Nathan mengusap pucuk kepala Dinda.
"Lo udah gede jangan ngeselin." ucap Nathan lada Kalvino lalu pergi meninggalkan tempatnya.
"Pulang Kal, gue mau habisin waktu gue sama Dinda." ucap Angkasa dituruti oleh Kalvino.
Sekarang hanya ada Dinda dan Angkasa, Dinda melirik Angkasa yang menatap langit biru dan awan yang sangat indah.
Angkasa meraih tangan Dinda dan menggenggamnya. "Tuhan, ini adalah waktu yang aku tunggu-tunggu untuk bersama dengan orang yang aku cintai. Aku mohon untuk selalu bersamanya."
Dinda menatap Angkasa dan menyenderkan kepalanya di lengan Angkasa.
Angkasa melihat ke arah Dinda. "Din, pulang dulu yuk, kamu ganti baju abis itu kita main, keliling Jakarta,"
"Oke."
Sesampainya di cafe Rigel, Angkasa sedang melihat-lihat dari sudut ke sudut, apakah Adindanya ini aman berada di tempat seperti ini?
Angkasa memicingkan pandangannya ketika ia melihat Nazwa sedang duduk sendiri di ruangan Outdoor.
Sembari menunggu Dinda, mungkin ia akan menemani Nazwa. Angkasa berjalan ke arah Nazwa dan duduk di hadapannya.
Nazwa melihat ke arah Angkasa dan tersenyum kecil. "Lagi nunggu Dinda, ya?"
Angkasa mengangguk. "Lo ngapain di sini sendiri? Nggak sama yang lain? Nilai aman?"
"Aman kok, lagi mau sendiri aja, sih," ujarnya.
"Abis ini mau ke mana, Naz? Mau lanjut kuliah apa kerja?" tanya Angkasa dengan hal basic.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARIS TAKDIR (END)
Teen Fiction(10 Mei 2021) Selesai revisi 30 Desember 2022 Tau bagaimana jadinya ketika anak yang baru lulus SMP langsung menikah? Menikah karena cinta? Oh tentu saja tidak. Ia menikah karena hutang. Hutang? Katanya, walaupun tidak cinta suatu saat nanti juga ci...