48. BERPISAH

714 86 26
                                    

semoga ini adalah part yang ditunggu-tunggu kalian:v bacanya pelan-pelan ye.

happy reading.

Satu setengah jam memahami banyak materi, sekarang Dinda sudah bernafas lega karena bisa mengistirahatkan sejenak otaknya. Dirinya menoleh ke arah samping melihat cowok yang tadi pagi sedang melihat ke jendela.

Daripada bosan, Dinda langsung menghampiri cowok itu sembari membawa kursinya dan duduk tepat di hadapan cowok tersebut. Bisa kali ya dijadiin teman, menurutnya.

"Nama kamu siapa? Dinda lupa waktu perkenalan tadi," tanya Dinda menyadarkan cowok tersebut.

Matanya tidak terlalu sipit namun indah, alisnya sedikit tebal, warna kulitnya putih dan bersih. Kalau dipikir-pikir dia ganteng juga.

"Kalvino, panggil aja Kal," ucap Kalvino menatap Dinda dengan seperti biasa.

"Dinda. Maaf ya kalau ke singgung, soalnya tadi Dinda ngira Kal cupu, pendiem, aneh," ujar Dinda terang-terangan.

"Nggak apa-apa, gue emang pendiem dan disangka cupu karena gue nggak suka bersosialisasi, gue juga udah anggap lo temen, temen satu-satunya," ujar Kalvino.

Dinda menganggukkan kepalanya cepat, lalu berfikir mencari topik agar percakapan tidak berhenti sampai di sini.

"Biar gue yang cari topik, lo nggak usah mikir. Oh iya, cita-cita lo mau jadi apa?" tanya Kalvino.

"Banyak sih, mau jadi guru, mau jadi istri yang baik, dan ... mau bahagia, Kal mau jadi apa?" terangnya.

"Suami lo."

"Eh? Jangan! Dinda banyak netizennya, nanti Kal diserang. Dinda lupa, sebelumnya Kal anak baru ya? Dinda baru liat Kal loh," ujar Dinda.

"Iya, pindahan dari Bandung." ucap Kal.

"Bagus deh, nanti kapan-kapan bawain Dinda peuyeum Bandung."

"Hm. Lo duduk lagi sana, kayaknya bentar lagi masuk." ucap Kal.

"Masih lama, tapi Dinda mau ke kantin, Kal mau ikut nggak? Atau mau nitip? Ya sekalian kita jalan-jalan," ajaknya.

"Nggak deh." Dinda menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar kelas.

***

Brak

"ASTAGFIRULLAH NATA DE COCO! LO KOK TUMBEN KE RUMAH ABANG GANTENG? KANGEN KAN LO SAMA ABANG GANTENG?" teriak Bara mulai mengoceh.

"Kok mantra gue nggak berjalan lancar?!" protes Angkasa berdiri dari duduknya.

"Berisik deh."

Nathan menghembuskan nafasnya dan membanting-kan tubuhnya ke kasur empuk milik Angkasa dengan mata tertutup.

Angkasa tersenyum tipis melihat temannya yang galau tentang masalah rumah tangganya, ia paham posisi Nathan. Kalau Angkasa berada di posisi Nathan ia juga akan bingung memilih siapa, antara Dinda maupun Jessie.

"Mau bikin jus, Nat?"

"Nggak Kas, mau numpang tidur aja."

"Iya nggak apa-apa terusin aja, kalau perlu apa-apa panggil gue," ucap Angkasa kembali merapihkan barang-barangnya.

"Hm."

Bara membanting bantal ke muka Angkasa. "Lo kok pilih kasih, sih?! Ke Nathan baik giliran ke gue jahat, udah kayak anak tiri aja gue dimata lo!"

GARIS TAKDIR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang