🔪TEN.

155 54 83
                                    

Sudah lewat tiga hari Arcy dan El tidak membunuh. Mereka hanya sekedar berjalan-jalan keluar saat sore hari kemudian kembali ke rumah sebelum gelap.

Berita juga memberikan kabar kalau sudah tidak ada tanda-tanda pembunuhan, tetapi polisi masih terus menyelidikinya.

Malam ini, Arcy ingin menikmati angin malam sambil datang ke makam orang tuanya.

Makam di New York sama sekali tidak menyeramkan, justru dipenuhi lampu-lampu terang, itu sebabnya walau sudah malam masih banyak orang yang berkunjung.

Terlebih, mereka tidak terlalu mempercayai adanya hantu, bagi mereka orang yang sudah mati tidak akan bisa berjalan-jalan di bumi.

Untuk Arcy, memangnya dia takut pada hantu? Yang ada hantu takut padanya. Ingin Arcy bikin hantu itu mati dua kali?

"Mom, dad. Aku merasa gagal menjadi seorang anak sekaligus kakak yang baik. Sekarang, aku melakukan yang seharusnya tidak aku lakukan, aku juga mengajak El melakukannya."

"I know i was wrong, but i have a reason to do it."

Jika kalian berpikir setelah menjadi pembunuh beban Arcy berkurang? BIG NO! Merasa gagal menjadi anak dan kakak yang baik sekarang sudah dia rasakan.

"Aku hanya ingin melindungi adikku dan membela orang tuaku, itu saja. Memangnya anak mana yang akan terima jika orang tuanya dihina?"

"Mom, dad selama ini aku sudah sabar dan diam menghadapi para setan kecil itu, tapi semakin aku diam mereka semakin seenaknya."

Arcy juga manusia, dia punya batas kesabaran. Tidak masalah jika dirinya yang dihina, asal jangan orang tua dan adiknya saja.

"Mungkin egois, tapi aku harap kalian mau memaafkanku. Karena biar bagaimapun aku ini anak kalian." Kekehan kecil itu keluar bersamaan dengan jatuh air mata Arcy.

Arcy menangis? Ya!

Masa pembunuh nangis?

"Aku ini juga manusia, berhak dan wajar menangis. Mom, dad kalian jangan menertawaiku di sana!"

Setelah selesai mencurahkan seluruh kesedihannya, Arcy berlalu pergi dari makam berniat untuk segera pulang.

Namun, memang terkadang manusia lain yang memancing si pembunuh ini untuk membunuh.

"Tolong lepaskan aku, Paman."

Pria berbadan besar itu menarik paksa gadis kecil yang sudah menangis. "Diam! Kau lumayan untuk ku jual."

Arcy benci ini, kenapa ada saja orang yang berperilaku jahat pada anak kecil. Sungguh, dunia dipenuhi dengan kekejaman.

"Hei, Bung. Kenapa kau menarik paksa gadis kecil itu?" tanya Arcy sambil memasukan tanggannya ke dalam kantong hoodie.

"Kau siapa? Tidak usah ikut campur!"

Arcy menyeringa, sepeti biasa senyuman itu mampu membuat siapa saja yang melihatnya merasa merinding. "Aku tidak akan ikut campur jika kau lepaskan dia."

"Tidak akan aku lepaskan, dia ini lumayan untuk aku jual dan uangnya ku pakai sebagai modal judi!"

Kesabaran Arcy habis, dengan gerakan cepat dia menendang pria itu dan menarik gadis kecil tersebut.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Arcy memukul wajahnya sampai babak belur, bahkan bibir dan hidung pria itu mengeluarkan darah segar.

"Keparat! Tidak tahu malu, kau yang berjudi, anak kecil tidak berdosa itu yang jadi korban!"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Saat ini Arcy terus memukuli wajah pria itu sambil mencari sesuatu untuk merobek wajahnya.

Sial! Arcy tidak membawa pisaunya, dalam tangan kosong Arcy tidak semahir El, Arcy lebih mahir dalam menggunakan pisau dan sejenisnya,
tetapi sepertinya keberuntungan berpihak pada Arcy yang sekarang membunuh demi menyelamatkan anak kecil. Ada botol minuman tidak jauh di depannya, masih bisa dia jangkau.

Arcy menahn pergerakan pria itu, sambil mengambil botol tersebut.

Prang!

Botol itu pecah di kepala pria tersebut, darah mengalir, serpihan beling menancap pada kulit kepalanya yang mulus tidak ada rambut.

"Sudah tidak punya rambut saja banyak tingkah!"

Arcy menancapkan beling yang runcing ke mata pria tersebut, pria itu berteriak kesakitan tetapi beberapa detik kemudian Arcy menancap satu beling tajam lagi ke mulutnya.

"Orang sepertimu tidak pantas hidup!"

Srek!

Satu goresan tajam dan dalam di bagian leher yang terdapat nadi pria itu, dalam hitungan detik pria tersebut tewas.

Tidak terlalu banyak darah yang keluar karena kali ini Arcy tidak membunuh secara sadis.

Arcy berdiri dan menghampiri gadis kecil yang sudah ketakutan menatap Arcy.

Arcy tersenyum manis kemudian berjongkok, menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu. "Jangan takut, aku tidak akan membunuhmu."

"Ta-tapi kau membunuhnya...." lirih gadis kecil dengan gemetar.

Arcy memaklumi, anak kecil pasti akan takut melihat adegan seperti itu secara langsung.

"Dia pantas kubunuh, karena dia jahat padamu. Sedangkan kau? Kau anak kecil yang cantik dan manis, tidak bersalah, jadi untuk apa kubunuh?"

"Jadi, kau tidak akan membunuhku, kan?" tanyanya sambil menatap Arcy dalam.

Arcy menggeleng, kemudian menatap sekitar. "Dengar, apa yang baru saja kau lihat jangan kau ceritakan pada siapa pun, jangan pernah cerita kalau kalau kau bertemu denganku. Mengerti?"

Gadis kecil itu mengangguk sambil tersenyum manis. "Aku tidak akan bilang ke siapa-siapa, kau baik sudah menolongku."

"Gadis kecil yang pintar. Sekarang kau pulang, jangan keluar sendirian lagi, berbahaya. Banyak orang jahat di luar."

Gadis kecil itu menatap Arcy dari atas sampai bawah. "Aku tidak tahu kau siapa, bahkan aku tidak tahu namamu, tapi yang aku tahu... kau baik dan juga sangat tampan."

Arcy sedikit terkekeh mendengarnya, anak itu polos tidak bisa berbohong, apa yang dikatakannya murnir dari hati.

"Aku pulang dulu, semoga kita bisa bertemu lagi. Aku akan selalu mengingat kebaikanmu." Gadis kecil itu berlari keluar gang kecil.

Sekarang... tinggal Arcy membereskan mayat penjahat anak kecil itu.

Arcy tidak menggunakan sarung tangan, jejak sidik jari pasti akan tertinggal jika dia tidak membereskan semua ini.

Dengan sangat-sangat terpaksa Arcy mengambil sampah yang baunya sangat busuk itu dan menaruhnya ke aspal yang ada darah si pria tersebut. Menyebarkannya secara banyak agar darahnya tersamarkan dengan busuknya sampah.

Mayat pria itu juga dia siram dengan air yang ada di tempat sampah kemudian membiarkannya tergeletak di sana.

Kali ini, Arcy tidak meninggalkan jejak. Dia langsung berlalu pergi sebelum ada yang melihatnya.

"Aku sudah mengirim satu pendosa ke neraka, walaupun aku juga pendosa... tapi setidaknya alasanku membunuh masuk akal, tidak seperti pria tadi melakukan dosa untuk alasan yang berdosa juga," ujar Arcy sedikit bangga dengan apa yang dia lakukan kali ini.





Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang