🔪FOURTY THREE.

104 41 206
                                    

Tidak ada yang lebih mengerikan untuk Edward, saat melihat tubuh putri satu-satunya itu sudah tidak lagi bernyawa, mati mengenaskan, dengan cara yang menyakitkan.

Prang!

Setelah membaca kalimat di cermin, Edward memecahkan cermin tersebut menggunakan tangannya.

Air mata tidak sanggup lagi dia tahan, melihat para anak buahnya sedang mengurus jasad Lesley.

"Harusnya kubunuh saja kau waktu itu, Arcy," desis Edward.

Keinginan Arcy tercapai dengan sempurna. Jiwa Edward hancur sejak detik di mana dia menemukan putrinya yang sudah tidak hidup lagi.

"Makmkan putriku hari ini juga," ucapnya tanpa mengalihkan perhatian.

Semua anak buahnya menjawab dengan siap, mereka langsung memberitahu media atas kejadian ini.





Rasanya tidur Arcy semalam begitu sangat nyenyak. Dia sampai terbangun di jam yang membuatnya terlambat untuk pergi kerja.

Meski sudah tahu terlambat, tetapi pria rejama itu masih tetap santai dalam bersiap, bahkan dia seperti sengaja memperlambat gerakannya. "Hei, hari ini harusnya aku rayakan atas keberhasilanku, jadi... sebaiknya aku izin tidak masuk kerja sehari saja."

Arcy mengambil ponsel dan langsung menghubungi bos tempat dia bekerja.

"Oh, tampanku. Kau sakit rupanya? Ya, sudah tidak apa. Aku beri waktu tiga hari untuk kau istirahat, tenang saja gajimu tidak akan aku potong. Lekas sembuh, pekerja tertampanku."

Arcy sedikit tidak percaya... dia hanya meminta izin sehari, tetapi bosnya memberi waktu tiga hari. Jika kalian merasa senang karena diberi libur dan gaji tidak dipotong. Berbeda dengan Arcy, tiga hari dia tidak tahu harus melakukan apa. Jika ada adiknya, mungkin dia akan menjahili atau mengajak adiknya itu bermain dan berjalan-jalan di luar.

Hei, Bung! Tetapi Arcy masih mempunyai kegiatan lain. Yaitu, membunuh. Ya, tiga hari sepertinya sebagian besar akan dia habiskan untuk membunuh, membunuh, dan membunuh.

Arcy membuka kabar berita hari ini di ponselnya, tersenyum miring saat melihat kalau jasad Lesley telah ditemukan, dan akan dimakamkan hari ini juga.

Ah, ya. Arcy sudah mendapat ide. Untuk membuat pemakaman putri Edward itu semakin berkesan.

"Kau kira selesai sampai napas terakhirmu, Lesley? Tidak. Aku akan memberi sedikit hiburan di acara pemakamanmu nanti." Memasukan ponselnya ke dalam lemari dan tidak lupa untuk dikunci.





Setelah semalaman dia menyusuri hutan, tanpa tidur sedetik pun. El kini baru merasa lelah. Untung saja sekarang dia sudah sampai pada halaman belakang rumahnya.

Namun, gadis itu merasa aneh. Kenapa keadaan rumahnya seperti tidak berpenghuni? Debi bertebaran, rumput-rumput panjang bertumbuh diterpa angin-angin, dan daun-daun kering yang berjatuhan.

El mencoba membuka pintu belakang, ternyata tidak dikunci. Dia tersenyum, dan langsung menerobos masuk ke dalam. "Arcy!" teriaknya.

"Arcy, aku pulang!" teriaknya sekali lagi sambil memasuki kamar kakaknya, namun tidak menemukan sosok yang sudah sangat dia rindukan itu.

El berjalan dengan pelan, tubuh gemetar, isakan tangis keluar begitu saja. "Arcy, kau ke mana? Aku lapar, aku merindukanmu, aku ingin makan masakanmu, aku lelah, aku sakit, Arcy!" Menutupi wajahnya dengan bantal sofa, El menangis selama yang dia inginkan di sana.

Setelah puas dengan tangisannya itu, El memasuki kamarnya sendiri, dia membuka lemari dan betapa terkejutnya saat celengan itu sudah terbuka lebar tanpa uanh selembar pun. El tahu siapa yang melakukan ini. "Aku menyesal sudah menangisimu, Arcy! Kau mencuri tabunganku, dasar pembunuh sekaligus pencuri! Aku akan menendang adick kecilmu itu, rasakan pembalasanku nanti."





Yang hadir ke peristirahatan terakhir putri dari polisi yang bernama Edward begitu banyak, sekitar lebih dari dua ratus orang yang ada di sana, itu pun belum semuanya. Karena ada sebagian kerabat yang menunggu di rumah Edward.

Saat peti sudah dimasukan ke dalam tanah, para petugas makam melanjutkan dengan menutup peti tersebut menggunakan tanah.

Edward sudah tidak bisa meneteskan air matanya lagi, terlalu sakit, dan terlalu perih. Kehilangan harta yang paling berharga. Lesley adalah harta paling berharga setelah istirnya sendiri.

Rasanya baru beberapa hari lalu dia berbincang dengan putrinya itu, rasanya baru beberapa hari itu juga dia melihat ada setitik harapan supaya Edward bisa lebih berlama di rumah mengumpul dengan keluarga. Namun sekarang... putrinya itu sudah pergi untuk selamanya, dengan cara yang mengenaskan.

"Kepergiannya sudah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa. Untuk keluarga, kerabat terdekat, serta orang-orang mengenalnya dengan baik semoga diberi kekuatan, dan untuk yang pernah disakiti olehnya... dengan besar hati mohon untuk memaafkan, karena manusia memang tidak pernah bisa terlepas dari kesalahan," ucap seorang pastor.

"Aku Lesley... putri dari Edward. Mengakui bahwa dulu menjadi pelaku bully, menindas orang-orang bawah, dan menyiksa mereka. Aku bahkan mengeluarkan kata-kata kotor yang menyakiti mereka. Tidak hanya satu dua orang saja yang aku bully, tapi lebih daripada itu. Bahkan, aku menghina dan merendahkan orang tua mereka. I'm bad person."

Semua yang ada di sana mendengar itu dengan sangat jelas, bahkan beberapa detik mereka sempat terdiam, lalu mulai mencari asal suara tersebut.

Blesh!

Sebuah poster berukuran besar yang diikat dengan tali, bergelantung dengan sempurna di pohon besar yang tepat di dekat makam Lesley. Poster itu terdapat bercakan banyal darah, serta ada tempelan satu bola mata.

How about a gift from me, Edward? (Bagaimana dengan hadiah dariku, Edward?)
-A.V

Darah itu hanyalah pewarna makanan, sedangkan bola mata itu memang bola mata milik Lesley.

Mata Edward membulat sempurna, tangannya mengepal kuat, dia tahu siapa yang melakukan semua ini.

"Bicara, akui semua perbuatanmu!" Pisau itu bermain-main pada leher mulus milik Lesley.

Keringat dingin membasahi wajahnya, ingin menelan salivanya saja dia merasa susah.

"Kau ingin pisau ini memotong lehermu?" bisik Arcy di dekat teliga Lesley, membuat gadis itu meremang sesaat.

Menjawab dengan mengangguk. Beberapa detik kemudian Arcy menyalakan perekam suara dan Lesley berbicara sesuai yang Arcy minta.

Dari kejauhan, senyuman licik penuh kemenangan itu tidak terlihat oleh siapa pun, dia segera pergi dari sana setelah berhasil memberikan kesan hiburan di pemakaman Lesley.

"Don't try, if you want to be safe," ucap Arcy.





Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang