🔪THIRTY SIX.

111 44 94
                                    

Satu minggu berlalu, satu minggu itu juga Arcy berusaha mencari makam adiknya. Namun, hasil selalu nihil.

Arcy sampai merasa kembali frustasi, seakan dunia tidak mengizinkan seorang kakak mengetahui tempat terakhir adiknya.

Sangking kembali frustasi, pembunuhan yang dilakukan Arcy pun semakin meningkat pesat. Dua hari bisa memakan korban tujuh sampai sembilan korban.

Memang... korban masih yang menjadi tujuan Arcy dan El dulu. Namun, itu semakin membuat masyarakat merasa tidak aman.

Arcy juga kembali sering melakukan self-harm. Yaitu, melukai dirinya sendiri. Tentu biasa disebut juga sebagai self-injury. Tindakan yang melukai diri sendiri secara sadar, biasanya tidak untuk bunuh diri.

Mungkin kalian berpikir 'Dengan Arcy melukai dirinya sendiri, tidak akan membuat El kembali.'

Benar, tetapi kalian tidak akan mengerti. Penderita self-harm akan melampiaskan rasa kecewa, marah, dan sedihnya yang mendalam dengan cara tidak biasa. Melukai diri sendiri merupakan sesuatu yang bisa menyalurkan rasa sakit di hati pada tubuh.

Kalian tidak akan mengerti Arcy, karena 'KALIAN' tidak merasakannya.

Terlebih, perkataan kalian yang seperti itu, tidak berarti dan tidak berguna apa pun bagi mereka yang penderita self-harm. Jadi, stop memojokkan dengan kata-kata. jika mereka ingin berhenti, itu bukan karena perkataan kalian, tetapi keinginan dari diri sendiri.

Kasarnya... perkataan kalian tidak berguna sama sekali, meski hanya nol koma nol satu persen saja.

Srek!

Srek!

Srek!

Srek!

Empat goresan terakhir, setelah sudah lima goresan awal. Darah dari tangan kanannya mengalir dan menetes pada lantai.

Arcy mengambil sebotol soda dan meminumnya, ingin sekali dia menghilangkan semua memori yang merusak otaknya. Namun, tidak bisa.

Tidak tahan, Arcy memutuskan untuk mencari korban saja. Memang gila, karena ini masih pukul 05.35 PM. Sekitar setengah enam sore. Matahari masih terlihat terbit dengan jelas di New York.

Selama perjalanan mencari korban, remaja tujuh belas tahu masih terus memikirkan di mana para polisi itu menguburkan El.

Apa El masih hidup?

Arcy menggeleng pelan, itu sangat mustahil. Lima tembakan, Arcy menyaksikan dan merasakan sendiri bagaimana denyut nadi adiknya itu sangat melemah dan mata indah El tertutup sempurna.

Selepas Arcy pergi meninggalkan El di gang yang menjadi saksi bisu itu, Arcy tidak tahu apa-apa lagi. Empat hari dia sangat terpuruk, bahkan dia tidak mengetahui bagaimana keadaan di luar.

Mengepalkan tangannya kuat-kuat, Arcy yakin sekali kalau El pasti dikuburkan bukan di New York, melainkan di kota lain yang kemungkinan besar tidak bisa Arcy jangkau.

Arcy selalu berpikir, kenapa harus El yang tertembak, kenapa harus adiknya itu? Kenapa tidak dirinya saja?

Arcy tidak takut akan kematian, dia lebih merasa sengsara pada kehidupannya sekarang. Alasan Arcy dulu tetap bertahan adalah karena dia masih memiliki tanggung jawab. Yaitu, El. Tetapi sekarang? Tanggung jawab itu hilang darinya, apa lagi yang harus Arcy pertahankan?

Arcy siap pergi menyusul El, tetapi sebelum itu, dia harus memastikan kalau pertumpahan darah adiknya terbalaskan.

Setelah Arcy berhasil membalaskan dendamnya, Arcy akan pergi entah dengan cara apa pun, dia sangat-sangat siap.

Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang