🔪TWENTY.

143 46 210
                                    

Dep!

Dep!

Dua lampu menyala, masuk dua orang polisi yang tak lain adalah Petter dan Edward.

Perlahan bius dari peluru itu sudah habis. Arcy membuka matanya lebih dulu, mengumpulkan kesadaran hanya butuh waktu kurang dari sepuluh detik, sedangkan El lebih dari itu.

Petter sedikit bergidik ngeri saat mata Arcy menatapnya tajam, berbeda sekali dengan El yang lebih terlihat tenang.

"Kalian sudah sadar?" tanya Edward berbasa-basi.

Tidak ada yang menjawab baik Arcy maupun El. Keduanya tetap diam dengan tatapan yang berbeda.

Polisi tidak membuka masker serta jaket mereka karena itu adalah privasi tahanan. Meski terjerat tahanan, polisi Amerika terutama di kota New York lebih menjunjung tinggi menghormati privasi.

Hanya saja, pisau dapur dan pisau lipat ditahan polisi dan ditaruh di suatu ruangan.

"Kami sangat kesulitan menyelidiki kalian, karena sampai detik ini identitas kalian tidak berhasil kami temukan. Bisa beritahu siapa nama kalian?" tanya Edward dengan lembut, tetapi terkesan tegas.

Seperti sudah bisa membaca pikiran satu sama lain. Arcy dan El sama-sama bungkam tidak niat untuk menjawab.

Edward menghela napasnya pelan, berusaha sabar menghadapi dua remaja keras ini. "Tenanglah, di sini tidak ada CCTV. Privasi kalian aman terjaga."

Arcy berdesis dan tersenyum meremehkan Edward di balik mulut yang tertutup oleh maskernya.

Kau pikir aku bodoh dan percaya dengan kalian begitu saja? Jangan harap, batin Arcy.

Aku lebih mempercayai kakaku dibanding kalian, jika kakaku menjawab, barulah aku menjawab juga, batin El.

Edward bertepuk tangan, salut akan dua remaja ini. "Kalian kompak sekali, itu bagus. Pantas selama ini sulit menghadapi kalian."

Cukup lama mereka saling diam, mata Arcy tidak berhenti menatap tajam Edward sekaligus Petter. Aura yang dikeluarkan Arcy sangat mencengkam, membuat suhu disekitar mendadak terasa sangat dingin bercampur panas.

Sedangkan El jauh lebih tenang, dia hanya menatap lantai sesekali melihat ke arah Arcy.

"Kalian adik kakak?" tanya Edward, Arcy mengangguk diikuti El.

"Dia kakaku," jawab El melirik Arcy sebentar.

"Kenapa kalian membunuh dua pria tadi?" Pertanyaan menarik yang Petter berikan.

Arcy tersenyum kecil sebelum menjawab. "Pantas, jika tidak dibunuh mereka akan merampok toko lainnya."

"Apa maksudmu?" tanya Petter.

"Mereka itu perampok, kami bunuh karena mereka pantas. Jika tidak dibunuh mereka akan merampok toko lainnya, dan pemilik toko akan rugi. Begitu saja masih bertanya, Stupid!" Arcy tertawa renyah melihat wajah kesal Petter karena Arcy mengatainya 'bodoh'.

Edward memberi tatapan pada Petter supaya dia saja yang bertanya. "Lalu bagaimana dengan korban lain yang kau bunuh?" tanya Edward.

"Satu kebodohan yang aku temukan lagi, kau sudah tahu jika kami membunuh pemabuk, penjudi, penyiksa anjing liar, dan remaja liar. Pastinya kau sudah tahu kenapa kami bunuh mereka, New York aman tanpa orang keji seperti mereka."

"Ya, aku mengerti. Lalu bagaimana dengan anak sekolah yang menjadi korban kalian?"

Tatapan Arcy lebih menggelap, lebih tajam, lebih mematikan, dan lebih mengeluarkan aura mencengkam. "Yang kami bunuh adalah anak sekolah pem-bully, aku bunuh, karena mereka pantas mendapat balasan yang lebih."

Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang