🔪FOURTY TWO.

131 44 254
                                    

Sur!

Air panas itu mendidih dengan sangat baik di paha Lesley yang sudah terkoyak penuh dengan darah dan daging.

Jeritan sudah tidak samggup gadis itu keluarkan. Lidahnya sudah Arcy potong, bahkan bibirnya pun tidak terbentuk sama sekali.

Wajah Lesley sangat kacau. Sebagian rambutnya telah Arcy gunting secara asal. "Kau nampak mengerikan, Lesley. Tapi ini adalah hasil dari perbuatanmu dulu pada adikku sekaligus perbuatan daddy-mu." Arcy tersenyum smirk.

Lesley pasrah. Sudah berhari-hari dia disiksa Arcy, benar-benar mengerikan. Lebih dari mimpi buruk. Bahkan dia tidak ingin melihat ke arah cermin yang ada di hadapannya.

Sengaja Arcy menaruh cermin di situ, supaya Lesley dapat melihat... betapa mengenaskannya dia sekarang.

Seperti bukan manusia, melainkan zombie.

Wajah dan tubuh Lesley dipenuhi darah, dan daging yang sudah terkoyak, bahkan darah itu sudah banyak yang mengering dan melekat pada kulitnya.

Bunuh aku saja, Arcy! batinnya meminta ingin langsung tiadakan saja, daripada harus menerima siksaan dari kejamnya Arcy.

Clup!

Clup!

Clup!

Apa yang dilakukannya lagi? Oh, Arcy hanya menancapkan dan mencabut kembali pisau di tulang kering kaki Lesley.

Clup!

Krak!

Setelah itu Arcy menancapkan pisaunya pada dengkul Lesley, dan memutar kakinya sampai mengeluarkan bunyi.

Lesley menahan napas sebagai respon sakit, untuk memejamkan mata saja tidak bisa. Karena Arcy sudah mengambil satu bola matanya, yang tersisah hanya satu saja.

Arcy menatap Lesley, kemudian tertawa sangat keras. "Andai El ada di sini dan melihatmu seperti ini. Pasti dia sangat bahagia, ah... paling-paling dia yang akan menyiksamu."

Arcy kembali datar saat melihat raut Lesley sepertinya sudah tidak asik untuk diajak bermain. Gadis itu seakan pasrah dan ingin langsung dibunuh saja.

"Kau begitu pasrah... kau ingin langsung kubunuh?" tanyanya.

"Maafkan aku, aku tidak merasa bersalah sama sekali melakukan ini. Karena kau memang pantas mendapatkannya!"

Jleb!

Jleb!

Dengan pisau yang besar, Arcy memotong leher Lesley, namun tidak sampai terpisah dari tubuh, hanya saja nyawa gadis itu sudah menghilang dalam hitungan beberapa detik saja.

Arcy tersenyum puas melihat darah mengalir dengan derasnya dari putri Edward.

Dia mengambil darah itu dan menuliskan sesuatu di cermin.

Enjoy your first cash, Bastard! (Selamat menikmati kehancuran pertamamu, Bajingan!)
A.V





Darah itu mengalir deras, decitan pisau yang mengenai tulang, suara teriakan yang tertahan, wajah meminta tolong dan pasrah itu sangat mengerikan.

Jleb!

Satu tebasan berhasil merenggang nyawa seseorang.

"Daddy!"

Mata Edward terbuka lebar saat mendengar teriakan Lesley yang begitu keras di dalam mimpinya.

"Lesley...." lirih Edward. Tubuh dan wajahnya bekeringat.

Drt!

Dengan segera Edward mengangkat panggilan dari anak buahnya.

"Kami mendapatkan jejak purti anda."

Mendengar itu, tanpa basa-basi Edward langsung bersiap secara cepat dan langsung menyusul anak buahnya.

_MD_

Rencananya harus berhasil malam ini, jika gagal maka dia akan terperangkap untuk selamanya.

"Boleh tolong kupaskan apel untukku? Aku merasa lapar," ucap El pada suster yang menjaganya.

Dengan senyuman manis suster itu mengangguk dan langsung melaksanakan tugasnya sesuai permintaan El.

Saat suster itu memberikan apel pada El, gerakan cepatnya susah sekali dihindari.

Jep!

Suntikan itu menancap sempurna di leher suster tersebut, dalam hitungan detik suster itu tidak sadarkan diri. "I'm sorry harus melakukan ini padamu, kau tidak ingin membantuku jadi setidaknya jangan mempersulitku. Terima kasih untuk pelayananmu selama aku di sini, kau baik jadi hanya kubuat pingsan dalam beberapa jam. Semoga saat kau tersadar kau tidak membenciku. Ah, tidak apa jika kau membenciku, aku tidak akan rugi."

Setelah itu El langsung turun dari ranjangnya dan menarik paksa jarum infus yang menancap baik di tangannya, darah mengalir banyak, tetapi dia tidak peduli, El hanya merobek sedikit baju suster dan menggunakannya untuk memberhentikan darah yang keluar.

Saat melihat sekeliling dia berdecak. Baru sadar kalau ruangannya ini tidak terdapat satu pun jendela atau apa pun akses yang bisa membuatnya keluar selain melalui pintu.

"Baiklah, anggap saja ini tantangan pertamamu, El!" Dengan semangat El keluar tanpa mengeluarkan suara apa pun.

"Jaqueline!"

Sial! Jack melihatnya. Dengan sekali tarikan napas El menghajar Jack terlebih dahulu sampai hidung pria itu mengeluarkan darah.

Dugh!

Ini paling terbaik saat El menendang bagian intim Jack. Pria itu berteriak seketika dan berguling menahan sakit.

Namun teriakan Jack membuat keadaan semakin kacau. Ada beberapa penjaga rumah sakit yang mencoba untuk menghalanginya, serta beberapa dokter dan suster yang membantu.

Memutarkan bola matanya, El mengibaskan rambut ke belakang. "Menyusahkan."

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Dugh!

Dugh!

Krak!

Krak!

El menarik meja dan melemparnya sampai mengenai beberapa dokter yang mencoba untuk mengejarnya.

Setelah itu, El gunakan kesempatan tersebut untuk berlari sekencang mungkin, menghindari banyaknya orang yang mencoba menghalanginya.

"Arcy... I'm coming," ucapnya dengan senyuman manis, tidak sabar untuk bisa bertemu dengan kakaknya itu.

El melewati jalan yang membawanya menuju pintu utama, namun dia melihat sebuah tombol yang harus dia tekan untuk mempermudahkannya.

El menekannya dan satu rumah sakit terdengar sangat keras bunyi alarm kebakaran. Orang-orang di sana langsung berhamburan dengan panik.

Senyuman smirk tercetak sangat jelas di bibir indah Elvarette Jaqueline Racarto.

El masih terus berlari meski sekarang dirinya sudah dapat dikatakan aman dari kejaran mereka terutama Jack.

El memilih untuk melewati jalanan yang menuju ke hutan, karena jika dia melewati jalanan kota, itu akan membuat orang-orang curiga.

Satu rumah sakit dibuat kacau oleh El, sampai sekitar tiga mobil polisi datang ke tempat tersebut.

Di tengah hutan El tersenyum sambil terus berjalan dengan menggunakan senter kecil yang berhasil dia ambil sebelum melakukan aksinya. "Waw! Aku keren sekali ternyata. Satu rumah sakit menjadi kacau hanya karena diriku."





Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang