🔪TWENTY SIX.

125 40 120
                                    

Edward memandang serius map yang berisi beberapa lembar kertas, itu adalah informasi mengenai Arcy dan El, sangat minim karena yang diketahui hanyalah, nama, umur, dan status mereka berdua adik kakak.

"Arcy...." gumam Edward, dia seperti pernah mendengar nama itu.

Sekelibat memorinya memutar di saat dia dan Petter mendatangi sebuah rumah, mengintrogasi adik kakak. "Apa dia orang yang sama?"

Petter baru saja masuk ke ruangan Edward, dia langsung duduk berhadapan dengan rekan kerjanya itu. "Ada apa, Edward? Sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu."

"Yah, aku memang sedang memikirkan sesuatu. Kau ingat? Kita pernah mendatangi salah satu rumah yang hanya ditinggalin dua remaja adik kakak saja dan salah satu remaja itu bernama... Arcy."

Petter mengangguk paham, dia ingat betul akan hal tersebut. "Jadi, apa yang kau pikirkan?"

"Aku memikirkan, bagaimana kalau dia adalah orang yang sama. Remaja Arcy yang pernah kita temui adalah A.V si pembunuh," ucap Edward menerka-nerka.

Petter memangur sebentar, kemudian berdehem. "Kurasa tidak, mereka orang yang berbeda. Terlihat dari keduanya sangat berbeda, remaja Arcy yang pernah kita temui... dia sangat baik, sopan, dan tatapannya lembut. Sedangkan Arcy yang A.V memiliki tatapan tajam mematikan, perkataannya buruk untuk anak remaja seusianya." Petter menjeda sebentar perkatannya. "Mungkin hanya sebuah kebetulan nama mereka sama. Kau ingat? Remaja Arcy itu bernama Arcy Racarto dan adiknya bernama Elvarette Racarto, sedangkan Arcy si pembunuh berinisial A.V entah apa singkatan V, dan adiknya bernama Jaqueline."

Edward mendesah pasrah. "Kau benar, lagi pula tidak sedikit orang yang bernama Arcy, mungkin memang kebetulan saja nama mereka sama."

Petter menepuk pundak Edward. "Kau butuh sedikit ketenangan, ingin ku buatkan kopi?" Edward mengangguk.k





El menendang-nendang kakinya pada sofa, terlihat gadis itu terasa rungsing sejak satu jam yang lalu.

"Baiklah, aku bosan!" celetuknya, kemudian menghempaskan tubuhnya kasar.

Dia melirik jam yang terdapat pada dinding. 04.32 PM. Atau setara dengan setengah lima sore lewat dua menit. "Sepertinya asik, jika aku melakukannya di waktu sore hari."

El tersenyum miring, memang tidak semenyeringa Arcy, tetapi tetap mampu membuat siapa pun yang melihatnya akan cukup takut.

El mengambil jaket hitamnya, sarung tangan, masker, tidak lupa juga dia mengikat satu rambutnya. "Aku akan memakai pisau dapur milik Arcy." Entah mengapa, tetapi untuk melakukan aksinya kali ini, dia hanya ingin saja menggunakan pisau dapur milik Arcy.

Tidak seperti biasanya....

El berniat untuk mengajak kakaknya itu, tetapi dia urungkan, karena saat dia memutarkan knop pintu, ternyata pintu kamar Arcy terkunci dari dalam. El sebagai adik Arcy satu-satunya, tentu tahu jika sekarang Arcy sedang tidur dengan gaya tampannya.

Mengenai cara tidur Arcy dan El sangat berbeda. Bahkan dapat di katakan antonim.

Jika Arcy tidur dengan posisi baik, dia bisa mengendalikan tubuhnya supaya tidak memberantakan seprai dan kasurnya, sedangkan El kebalikannya Arcy, saat bangun seprai dan kasur akan berantakan, bantal yang jatuh ke lantai, serta posisi tubuh yang entah seperti apa bentuknya.

Terkadang dia iri pada Arcy yang bisa tidur dengan posisi tenang.

"Selamat tidur, kakakku yang tampan. Aku pinjam pisau kesayanganmu sebentar, ya," gumam El, terkekeh pelan dan berlalu pergi.

Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang