🔪TWENTY FOUR.

150 52 267
                                    

"Mereka beraksi lagi?" tanya Petter.

Edward mengangguk. "Yah, tapi kali ini tidak meninggalkan jejak inisialnya... entah siapa yang melakukannya. A.V atau J atau keduanya. Yaitu, Hazardous."

"Bagaimana keadaan korban saat terbunuh?"

Edward mengusap wajahnya sebentar, sebelum menjawab. "Bola mata tercongkel, lidah terpotong, dada dan perut penuh luka tusuk."

Petter mengangguk pelan. "Ada patahan tulang?"

"Tidak ada," jawab Edward.

Petter menjentikkan jarinya dan menepuk pundak Edward. "That's A.V!" Petter membuka dua map yang berisi dokumentasi beserta keterangannya. "Ciri khas A.V dalam membunuh itu... dia akan mencongkel bola mata korbannya, memotong lidah, dan menancapkan pisau pada bagian dada atau perut. A.V yang kita tahu dia adalah Arcy, lebih suka membunuh korbannya menggunakan pisau karena dia menyukai darah dan daging korbannya berceceran keluar. Sedang J yang kita tahu dia Jaqueline, lebih sering mematahkan tulang dan sendi korban, bisa dibilang cara membunuh J lebih bersih daripada A.V," jelasnya sambil memperlihatkan foto korban dan keterangan yang terketik di sana.

"Mereka pembunuh yang menarik. Pertama mereka adalah remaja belasan tahun, kedua mereka sangat pintar untuk tidak meninggalkan jejak sedikitpun, ketiga mereka jujur saat diintrogasi, keempat mereka bisa melarikan diri dari penjara ini membuat polisi ada yang tewas ada juga yang terluka parah, kelima mereka mempunya ciri khas membunuh yang berbeda," ucap Edward.

Petter mengangguk setuju. "Kau benar, dan karena kemenarikan mereka membuat kita kesulitan dalam menghadapi kasus ini."

Cukup lama mereka saling diam, sibuk memikirkan cara untuk kembali menangkap Hazardous yang sudah berhasil bebas, dan kembali beraksi.

"Edward, bagaimana dengan putrimu? Apa dia masih... maksudku, ah apa dia sudah kau beri tahu?" tanya Petter.

Edward mengangguk paham maksud pertanyaan Petter. Yaitu, tentang putrinya yang dulu juga sering mem-bully Arcy dan El. "Aku sudah memberitahunya... tapi kau tahu anak zaman sekarang, sangat keras kepala! Aku harus lebih sabar dan lebih pelan-pelan lagi dalam memberinya pengertian."

"Semoga putrimu cepat mengerti kalau kau mengkhawatirkannya, karena aku sendiri juga tidak ingin kalau anak satu-satunya yang kau miliki itu menjadi korban Hazardous."





Arcy dan El sedang berjalan-jalan sore... saat jam seperti ini New York masih sangat ramai, seperti tidak akan terjadi sesuatu, tetapi jika matahari mulai terbenam... satu per satu semua akan memasuki rumah dan memilih untuk berdiam diri sampai matahari kembali muncul besok paginya.

"Indah, ya pemandangan sore," gumam El.

Arcy menatap adiknya yang sedang duduk menghadap ke danau buatan sambil memejamkan mata, membiarkan angin menerpa wajah cantiknya. "Lebih indah lagi jika ada mom and dad."

El membuka mata dan menatap kakanya itu. "Kau merindukan mereka, lagi?"

Arcy tidak menjawab, tanpa menjawab pun El mengerti kalau kakaknya itu pasti sedang merindukan orang tua mereka. "Kita ke makam mom and dad!" El menarik Arcy dan seperti magnet Arcy hanya mengikuti El.

Mereka sampai di sebuah makam... banyak yang berkunjung.

Tempat makam di New York, akan selalu bersih dan rapih... karena petugas membersihkannya setiap pagi.

"Mom dad. I don't know but... I miss damn you!!" ucap Arcy.

Arcy menatap batu nisan itu. "Sejak tadi pagi aku selalu saja memikirkan kalian, hei... apa kalian di sana sedang merindukanku? Atau kalian marah padaku? Atau... ada sesuatu yang ingin kalian sampaikan padaku?" Arcy teringat sesuatu, saat dia terlalu merindukan kedua orang tuanya, kemudian memimpikan Resse, berakhir mereka melakukan kejar-kejaran dengan polisi saat sedang membunuh dua pria jahat di tempat anjing liar.

Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang