🔪SEVENTEEN.

152 46 140
                                    

Edward memijit pelipisnya sendiri, rasanya seperti mimpi buruk saat mendapat laporan kalau A.V memakan empat korban  dalam waktu yang berjarak tidak sampai tiga puluh menit.

Entah apa yang membuat pembunuh remaja itu semakin brutal, seingatannya pembunuh tersebut tidak pernah sebutral itu, paling-paling hanya memakan satu sampai dua korban.

Tapi tadi pagi dia membunuh empat korban dan langsung di depan umum.

"Lama-lama aku bisa gila sendiri memikirkan kasus ini," desis Edward.

Satu polisi dengan pangkat yang lebih rendah masuk ke ruangan Edward dengan membawa beberapa lembar kertas.

"Ada apa?" tanya Edward tanpa menatapnya.

"Begini, Pak. Menurut penyelidikan, pembunuhan yang dilakukan kebanyakan korbannya anak sekolah, penjudi, remaja liar, beberapa orang pemabuk, dan juga penyiksa anjing liar" jelas polisi tersebut memberi laporan.

Edward langsung mengangkat kepalanya, melihat beberapa kertas yang berisi dokumentasi foto, serta identitas korban. "Silakan keluar."

Polisi tersebut sedikit membungkukkan tubuhnya dan segera pergi dari sana.

Edward semakin tidak mengerti dengan ini, mengapa pembunuhnya seperti hanya membunuh orang-orang tertentu saja. "Teka-teki apalagi yang harus aku selesaikan," lirihnya.

Jika dilihat dari deretan korbannya yang berstatus pemabuk, penjudi, remaja liar, dan penyiksa anjing liar. Edward menyimpulkan bisa saja pembunuhnya membunuh orang-orang yang meresahkan New York selama ini, meski pembunuh itu juga menjadi yang paling meresahkan sekarang, tetapi dilihat dengan korban anak sekolah... Edward tidak bisa menyimpulkan apa-apa. "Damn! dia masih remaja dan aku dibuat stress olehnya? Sungguh gila!"

Edward memilih pulang ke rumahnya untuk bertemu istri dan anaknya. Yah, setidaknya bersama dengan orang-orang tercinta bisa meringankan beban pikiran Edward saat ini.




Selamat malam warga New York, pagi tadi kita dikejutkan dengan pembunuhan yang dilakukan oleh A.V, tidak seperti biasanya... kali ini A.V membunuh di depan umum dan memakan empat korban sekaligus. Dalam keadaan seperti ini, tentu pemerintah dan pihak polisi memberi peringatan dan zona merah pada kota New York. Untuk itu, kita semua harus lebih berhati-hati.

"A.V? Empat korban? Tadi pagi?" tanya El dengan menatap tidak percaya TV.

Arcy yang baru saja keluar dari kamar dengan keadaan rambut basah langsung duduk di samping adiknya. "Kenapa kau? Kagum dengan aksiku?"

"Kenapa kau membunuh empat sekaligus, bahkan di depan umum. Tidak seperti biasanya," ujar El.

Arcy terlalu gengsi untuk mengatakan kalau dia melakukan itu sebagai pembalasan terhadap polisi karena sudah menembak El. "Hanya ingin, itu keren, kan? Bahkan... dua korban adalah murid sekolah kita dulu, aku bunuh di depan banyak murid lainnya."

"Are you crazy? Arcy, What happend?" tanya El tidak percaya.

"Nothing, i just want do it, El. That so cool."

El memutarkan bola matanya, menatap Arcy dengan wajah pasrah. "Senyamannya kau saja, Arcy."

Arcy menarik tangan El, mendekap adiknya ke dalam pelukan. Arcy memejamkan matanya untuk beberapa detik.

Aku hanya ingin membalaskan rasa sakit yang kau rasakan, El. Itu saja, sekaligus menebus kegagalanku dalam menjagamu kemarin, batin Arcy.

El tidak melepaskan dirinya dari pelukan Arcy, dia tahu jika Arcy memeluknya tiba-tiba, itu biasanya karena dia merindukan Resse. "Do you miss mom?"

Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang