🔪FOURTY NINE.

84 22 21
                                    

"Ada kemajuan, tinggal tunggu waktunya saja."

Di suatu ruangan gelap, hanya terisi oleh selipan cahaya dari celah-celah jendela kamarnya. Wanita itu menatap kosong kaca yang sudah pecah di depan..

Tetesan darah yang tidak pernah dibersihkan sejak dua bulan terkahir ini, mengering dengan sendirinya.

Helen–istri Edward dan juga ibu kandung Lesley. Mengambil sebatang rokok dan menyalakannya dengang satu petikan korek gas, mengisap dalam, kemudian membuangnya perlahan.

"Jangan membuat kesalahan apa pun," ujar Helen.

Petter menutup pintu ruangan itu dan kembali melakukan tugasnya untuk menangkap pembunuh Edward sekaligus Lesley, yang tidak lain adalah A.V (Arcy).

Sejak kepergian Lesley, kejiwaan Helen memang sudah mulai terguncang, namun masih dapat diatasi karena ada suaminya–Edward yang menemani saat-saat sulit itu.

Kepergian Edward, ditambah dengan cara mengenaskan Edward pergi membuat Helen kini benar-benar depresi berat, dia bahkan kehilangan jati dirinya yang lembut. Helen menjadi suka menyendiri, melukai diri sendiri, penuh amarah, dan dendam.

Helen ingin pembunuh suami sekaligus anaknya harus membayar perbuatannya. "Kepala harus dibayar dengan kepala dan nyawa harus dibayar dengan nyawa."





Dua bulan terakhir Arcy merasa satu bebannya sudah hilang. Kematian Edward justru membuat Arcy lebih merasa lega, meski kini pencariannya di mata dunia semakin tersorot. Bahkan, pemberitaan tentang pembunuhan kejam di Amerika sudah sampai di mancanegara lainnya.

Membunuh Edward di akhir bulan Agustus, kini sudah ingin memasuki pertengahan Oktober.

Srup!

Kopi panas di pagi hari memang sangat lezat, Arcy menjalani kehidupannya seperti biasa. Ralat, seperti orang normal pada umumnya. Makan, mandi, pergi bekerja, berjalan-jalan, dan istirahat.

Meski tidak melakukan pembunuhan dalam kurung waktu dua bulan, tetapi ada pembunuh lain yang melakukannya. Namun, tidak semua korban dibunuh dominan hanya memberikan luka besar sampai berakhir cacat saja, sedikit yang menjadi korban kehilangan nyawa di pembunuh selain Arcy itu.

Hampir setiap hari Arcy melihat berita terkini di ponselnya.

"Familiar sekali cara membunuhnya," gumam Arcy.

Dia memperhatikan gambar tanda pada lengan yang sedikit tertutupi oleh bacaan.

Jahitan.

Sekelibat ingatakannya tentang El yang pernah tertembak pada bagian lengan, kemudian Arcy yang mengeluarkan peluru tersebut, dan menjagitnya.

"Apa dia El?" tanyanya pada diri sendiri.

Arcy memutar memorinya ke masa lalu. Di mulai saat El tertembak di bagian punggung, lalu Arcy meninggalkannya karena keadaan terpaksa dan terdesak.

Sejak itu Arcy tidak mendengar kabar apa pun tentang adiknya, atau tentang terbunuhnya salah satu dari Hazardous.

Dia juga tidak pernah menemukan makam El.

"She's still live."

"She's still live."

"She's still live."

Kalimat terakhir sebelum Edward merenggang nyawa pun terputar jelas di ingatannya. "Dia masih hidup," gumamnya lagi.

Tidak pernah tahu kabar atau pun tentang kematian adiknya, tidak pernah ada pemberitaan tentang terbunuhnya salah satu dari Hazardous, tidak pernah menemukan makam El, tanda jahitan di lengan, dan perkataan terkahir dari Edward.

Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang