🔪THIRTY.

120 46 166
                                    

Arcy memikirkan sesuatu, tiba-tiba dia teringat jika dirinya dan juga El sudah dua hari ini tidak melakukan aksi. "Jadi rindu pisauku mengoyak daging mereka," gumam Arcy.

00.04 AM. Arcy keluar kamar dan menujur kamar adik tercintanya, perlahan dia memutar knop pintu itu ternyata tidak dikunci.

Arcy membukanya, gelap. Namun ada seseorang berdiri di dekat jendela memandang keluar dengan tatapan fokus pada langit.

"El, kau belum tidur?" tanya Arcy.

Gadis itu mengalihkan perhatian, menatap Arcy yang berjalan menghampirinya. "Belum, i can't sleep. Aku hanya merasa tidak enak saja."

Mengerutkan keningnya, Arcy bertanya kembali. "Maksudmu?"

"Perasaanku tidak enak, Arcy. Aku juga tidak tahu apa yang membuat perasaanku menjadi tidak enak di malam-malam sepeti ini, hingga aku susah tidur," jelas El.

Arcy mengangguk mengerti, dia juga tidak bisa tidur sama seperti adiknya itu. Namun, yang membedakan adalah... Arcy tidak bisa tidur karena hasratnya yang ingin membunuh, sedangkan El karena perasaannya tidak enak.

"Aku tahu cara menghilangkan perasaan tidak enakmu itu," celetuknya.

Menaikan satu alisnya, Arcy dapat melihat meski dalam kegelapan, karena cahaya bulan masih menerobos masuk ke kamar adiknya itu.

"Bagaimana?" tanya El.

Arcy menarik napas dan membuangnya pelan. "Sudah dua hari kita absen, malam ini mari kita mulai kembali."

Senyuman itu mengembang, diiringi dengan menyeringa yang tidak kalah seram dengan Arcy. El mengangguk antusias atas saran kakaknya itu. "Kau benar, kurasa dengan mematahkan tulang dan sendi bisa membuatku tidur nyenyak nanti."

"Bersiap sana, aku akan bersiap juga." Setelah mengatakan itu, Arcy keluar dari kamar El dan menuju kamarnya sendiri, untuk bersiap.





Kakak adik itu berjalan menyusuri setiap gang yang minim pencahayaan, mencari korban yang pantas untuk dijadikan mangsa.

Satu gang sudah mereka telusuri, hasilnya nihil.

Dua, tiga, empat gang. Sama, hasilnya nihil.

Sampai di gang terakhir, Arcy melihat ada seorang perempuan dan pria sedang melakukan sesuatu yang menjijikan di sana.

Gang tersebut tidak terlalu minim pencahayaan, masih terdapat dua lampu yang menerangi jalan.

Arcy dan El menghampiri keduanya, menatap jijik pada perempuan yang sedang menampilkan reaksi enak saat si pria membelainya.

"Apa kalian menikmatnya melakukan di tempat seperti ini?" tanya El, keduanya langsung berhenti dan menampilkan reaksi malu.

Arcy berjalan mendekati si pria dan merangkulnya dengan tekanan. "Apa kau tidak mempunyai uang? Sampai-sampai membawa kekasihmu dan melakukannya di tempat ini?"

Pria itu nampak kesal karena Arcy mengejeknya. Dia menepis tangan Arcy dan mendelik. "Kau siapa? Tidak usah ikut campur urusanku. Memangnya, kau ingin memberiku uang?"

Arcy memutari pria itu, sambil menyeringa di balik masker yang menutupi sampai padah bagian bawah mata sedikit. "Aku akan memberimu lebih dari uang."

Jleb!

Pisau itu menancap sempurna di pipi si pria, sedangkan perempuannya menjerit hebat.

El berdesis mendengar jeritan itu, sudah dibilang. El tidak suka jika korbannya menjerit apalagi berteriak, El tidak seperti Arcy, El jauh lebih tenang.

Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang