🔪FIFTY ONE.

82 26 18
                                    

Tidak terasa lima hari berlalu. Arcy dan El menjalani kehidupannya di dalam sel terpisah.

Namun, mereka berdua sangat tenang. Bahkan, tidak ada pikiran dan niat untuk pergi dari sana.

Pasrah? Tidak. Kalian akan mengetahuinya di akhir.

"Pemirsa, kabar baik kita dapatkan dari pihak kepolisian, bawah pembunuh yanh selama ini menggemparkan kita sudah berhasil ditangkap, dan siang ini akan dilakukan sidang di pengadilan utama New York."

"Benarkah pembunuhnya sudah tertangkap?"

"Akhirnya... aku bisa keluar tanpa rasa takut lagi."

"Good! Memang harus ditangkap, aku mendukung untuk langsung dihukum gantung atau paling tidak suntik mati saja."

"Karena pembunuh itu, aku jadi khawatir setiap pergi keluar."

"Yah, benar. Pembunuh tidak bisa diberi ampun!"

"Tapi... selama ada pembunuh itu, tingkat kejahatan di New York berkurang dratis."

"Benar, bahkan pem-bully'an pun sudah hampir tidak ada lagi."

"Aku justru khawatir, jika pembunuh itu sudah tidak ada lagi, maka kejahatan yang biasa terjadi di New York akan kembali merajalela."

"Aku tidak mendukung mana pun. Tapi aku juga bersyukur karena perampok toko sudah mulai hilang."

Grek!

Empat polisi dengan masing-masing dua membuka rantai dan borgol dua tahanan yang akan melakukan sidang siang ini.

Arcy dan El tidak melakukan pemberontakan apa pun. Mereka hanya menurut dan berjalan tanpa ekspresi memasuki ruang persidangan.





Pintu besar berwarna cokelat itu terbuka lebar. Menampilkan dua remaja yang menjadi tahanan terberat sekarang.

Di dalamnya sudah ada hakim, beberapa pengacara, dan orang-orang penting hukum lainnya, serta para wartawan.

Ini akan menjadi persidangan tertenar sepanjang sejarah. Di mana dua remaja dengan umur belasan tahun menjadi pembunuh yang menggemparkan satu negara.

Arcy dan El duduk di kursi terdakwa.

Persidangan pun dimulai.

Hakim memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kasus mereka berdua selama ini.

"Arcy Verden Racaroto, Elvarette Jaqueline Racarto. Apa benar kalian berdua sudah melakukan tindak kejahatan pembunuhan terhadap banyak korban?" tanya ketua hakim.

Dengan santainya Arcy mengangguk. "Benar, lalu kenapa bertanya lagi? Bukannya sudah ada bukti-bukti yang jelas?" Bukan Arcy namanya walaupun dalam keadaan terdesak dan terpojok saja dia masih bisa berperilaku sesantai mungkin.

"Bagaimana denganmu, Elvarette?"

El menaikan satu alisnya, kemudian berdesis. "Menurutmu apa alasanku bisa di sini dan duduk di kursi terdakwa?"

Ketua hakim dan anggota hakim yang duduk di kuris seblah kanan-kirinya saling melempar pandang, kemudian mengangguk pelan, seolah untuk dilanjutkan saja pertanyaan berikutnya.

"Apa alasan kalian membunuh banyak orang?"

El menarik napas dan membuangnya pelan. "Karena mereka memang pantas dibunuh."

"Aku dan adikku hanya membunuh pem-bully, penjudi, perampok, penculik anak kecil, penyiksa anjing liar, pemabok, dan pelacur yang dengan sukarela menyerahkan tubuhnya," sahut Arcy.

Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang