🔪SEVEN.

198 66 128
                                    

Hari minggu, saatnya untuk sebagian orang beristirahat, ada juga yang masih harus bekerja, atau yang beragama Kristiani mereka akan pergi ke gereja untuk melakukan ibadah.

"Aku lapar, El." Arcy menyenderkan kepalanya di pundak adiknya itu. Saat ini mereka sedang duduk santai sampai menonton TV di ruang keluarga.

"Masak, sekalian untukku, ya."

Arcy mengangkat kepalanya, menatap tajam El. "Sekali-kali kau yang masak untukku, kau ini perempuan, tapi tidak bisa masak, cih! Payah."

"Heh! Kau, kan tahu. Aku tidak bisa masak, aku hanya bisa makannya saja."

El menatap Arcy menggunakan puppy eyes. "Arcy... kau tampan, kau baik, kau keren, kau kakak terbaikku. Tolong buatkan aku sesuatu untuk dimakan."

Arcy mengembuskan napasnya kasar, segimanapun Arcy meminta El yang memasak, tetap saja akhirnya Arcy yang masak.

"Kau ingin apa?" tanya Arcy.

El menggerakan bola matanya, seperti sedang berpikir. "I want steak."

"Aku juga ingin steak, ya sudah aku buatkan dulu." Arcy berjalan menuju dapur, namun ditahan oleh El.

"Jangan pakai daging manusia."

Arcy mendelik tajam pada El. "Aku pembunuh bukan kanibal!"

Selamat pagi warga New York, pagi ini pihak polisi melapor kasus pembunuhan di tempat yang berbeda, pihak kepolisan juga memberi laporan kalau ada keluarga yang melapor video tentang anaknya yang terbunuh. Saat ini polisi sedang menyelidiki kasus tersebut. Melihat pembunuhan ini baru saja dilakukan sekitar dua atau tiga hari yang lalu namun sudah memakan lebih dari dua korban, pemerintah menyarankan untuk semua lebih berhati-hati.

Seperti itu berita pagi yang tayang di TV. El membuka mulutnya lebar, yang bisa kapan saja lalat memasukinya.

"Arcy!" teriak El.

"Arcy!" teriaknya lagi lebih keras.

Arcy yang tidak menyukai teriakan adiknya itu, karena dapat membuat gendang telinga Arcy sakit.

"Shit! Why you screaming?" tanya Arcy sambil menghampiri El.

El hanya menunjuk TV menyuruh Arcy untuk melihat dan mendengarkannya sendiri.

Setelah tayangan berita itu habis dan berganti menjadi tayangan Tv lain, El menunggu reaksi Arcy.

Ternyata pria itu justru tersenyum.

"Kenapa kau tersenyum? Kau baru saja menyaksikan itu, Arcy! Polisi sudah tahu."

Arcy menaikan satu alisnya sambil tersenyum miring menatap El. "Lalu kenapa? Kau takut? Aku justru sedikit menyukainya, hanya sedikit karena polisi baru mengetahui dan menemukan mayat-mayat tersebut setelah tiga hari, sungguh lambat sekali mereka."

El tidak percaya ini, dirinya tadi sudah cemas, tetapi Arcy justru tersenyum, merasa senang, bahkan mengatakan kalau polisi-polisi itu lambat.

"Ka-kau tidak takut, Arcy?" tanya El memastikan.

Arcy menggeleng dengan yakin. "Ini semakin seru, El. Lihat saja nanti."

El mendelik tajam pada Arcy, merutuki kakaknya itu dengan sebutan 'gila'

"Jadi, mana steak-ku?" tanya El.

Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang