🔪THE LAST FINISH.

160 30 16
                                    

Sixteen Years Later.

Setelah enam belas tahun mendekam di penjar sekaligus menjalani rehabilitasi, tidak terasa umurnya kini sudah genap tiga puluh dua tahun.

Di umur yang sekarang, El tidak memikirkan untuk menikah atau pun mempunyai keturunan. Keluar dari hukumannya saja dia sudah merasa lega, tujuannya hanya satu sekarang... menjalani kehidupan baru sampai akhir waktu.

Gerbang besar itu terbuka, menghirup udara segar membuat senyuman manisnya terbit. Meski sudah mencapai umur tiga puluh lebih, namun kencantikan serta kemudaannya tidak luntur.

"Akhirnya aku bebas," gumamnya.

Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depannya, keluar seorang mantan polisi yang sekarang rambutnya memutih, bahkan kulitnya mulai berkeriput.

Petter menghampiri El, dia sudah pensiun sejak lima tahun lalu, namun masih tetap mengunjungi sel untuk melihat El.

"Bagaimana, El? Mengesankan?" tanya Petter.

"Enam belas tahun bukan waktu yang sebentar, aku belajar banyak di dalam." Setelah mengucapkan itu, El langsung memasuki mobil Petter, disusul oleh pemiliknya dan mereka segera menuju suatu tempat.





Di sebuah pemakamam New York, El dan Petter berkunjung ke makam seseorang

Tertulis di batu nisan yang terbuat dari batu serta keramik berwarna putih itu... Arcy Verden Racarto.

"Hei, Brother! I'm cooming." El tersenyum menatap makam yang masih terlihat bersih dan rapih itu.

"Aku yang memerintahkan pengurus makam untuk selalu membersihkan dan merapihan makam kakakmu," ujar Petter, membuat El tersenyum senang mendengarnya. Ya... setidaknya rumah terakhir Arcy masih ada yang mempedulikannya.

Melihat tepat di samping kanan makam Arcy, ada sebuah patung berukuran sedang. Itu adalah patung dengan bentuk wajah Arcy. Terdapat ukiran kata di sana 'Rest In Peace, A.V.'

"Patung itu dibuat oleh sebagian orang yang ternyata pernah ditolong dan merasa tertolong olehnya. Sebagai bentuk ucapan terima kasih mereka membuat itu," jelas Petter.

El tersenyum sambil meneteskan air matanya. Ternyata masih ada orang yang respect terhadap Arcy.

Tanpa sadar datang seorang gadis bersama dengan seorang pria.

El menatap ke duanya yang langsung menaruh bunga berwarna putih di makam Arcy.

"Kalian... siapa?" tanya El.

Gadis itu tersenyum lalu menghampiri El. "Kau pasti adiknya Arcy." El pun mengangguk.

Gadis itu tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Aku Chatlin, salah satu orang yang pernah diselamatkan kakakmu. Saat itu usiaku masih enam tahun, ada seorang pria ingin menculik dan menjualku. Namun, Arcy datang menyelamatkanku." Menjeda perkataannya sebentar, Gadis bernama Chatlin itu menatap batu nisan Arcy, "Aku melihatnya membunuh pria itu dengan sadis, aku berjongkok di pojokan karena gemetar sekaligus takut. Setelah membunuh pria itu, Arcy menghampiri dan tersenyum manis padaku. Dia menenangkan dan meyakinkanku bahwa dia tidak akan membunuhku, aku percaya padanya. Lalu dia memintaku untuk segera pergi dari sana dan tidak menceritakan kejadian tersebut pada siapa pun. Itu adalah pertama dan terakhir aku bertemu Arcy. Pertemuan singkat, tapi sangat berkesan untukku, jika dia tidak datang, aku pasti sudah diculik dan dijual oleh pria itu," jelas Chatlin.
(Baca part 🔪TEN. Di sana ada adegan Chatlin yang diselamatkan Arcy).

Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang