🔪ONE.

361 97 178
                                    

Brak!

Brak!

Arcy menendang keras pintu kelas El, tidak peduli jika pintu itu akan rusak.

Tidak banyak bicara, Arcy langsung menarik kerah seragam salah satu siswa yang sedang tertawa tanpa sadar akan kehadiran Arcy.

Bugh!

Tentu siswa itu tidak terima Arcy memukul wajahnya. Meski tahu Arcy lebih tua darinya, dia tidak takut.

Terlebih mengetahui Arcy adalah kakak dari El.

"Berhenti menganggu El, Sialan!" bentak Arcy.

"Adikmu itu pantas diganggu!" balas Alex-siswa yang sekarang sedang saling pukul dengan Arcy.

Arcy sering mengganggu El, tetapi dia tidak suka jika ada orang lain yang mengganggu adiknya itu, hanya dia saja yang boleh.

"Aku saja yang boleh mengganggunya!"

Bugh!

Bugh!

Arcy berhasil melumpuhkan Alex. Sebagai penutupan, Arcy menendang bagian intim Alex.

Tidak bisa bohong. Melihat Alex yang kesakitan sampai berguling-guling memegangi bagian terpentingnya, Arcy juga merasakan linunya.

Hei, Bro! Arcy juga memiliki batang seperti Alex, tentu saja dia tahu seperti apa sakitnya.

"Aku tahu itu sakit, tapi kau harus mendapatkannya." Arcy merapihkan sedikit rambutnya yang berantakan.

Sekali lagi, gadis-gadis itu memuja Arcy, padahal mereka tidak menyukai El, tetapi mereka menyukai Arcy yang sudah jelas kakaknya El.

Oh, tidak apa, selama tampan itu bisa dibicarakan baik-baik.

"Mami! Jodohin aku sama Arcy!"

"Walaupun dia kakanya El, tapi dia tampan tidak apa kalau begitu."

"Yang penting Arcy jadi milikku dulu, setelah itu aku tinggal singkirkan El."

"Andai dia bukan kakanya El, aku sudah pacari dia."

"Sayang sekali, dia harus jadi kakanya El."

El ingin sekali memuntahkan seluruh isi perutnya. Sudah tidak asing mendengar Arcy selalu mendapat pujian, tetapi kenapa harus menjatuhkan dirinya.

Kayak Arcy mau saja sama kalian, wahai gadis-gadis centil, batin El.

Arcy sama sekali tidak menanggapi para gadis itu, Arcy justru merasa muak karena mereka itu seperti ulat bulut untuknya.

"Ikut aku, dasar merepotkan!" Arcy menarik tangan El.

Dalam hati El menggerutu pada Arcy, tangannya sakit, Arcy menariknya terlau kuat.

Sampai akhirnya mereka sampai di depan kamar mandi perempuan.

"Bersihkan dirimu, aku ingin muntah menciumnya," desis Arcy sambil menutup hidungnya.

El menghela napasnya kesal. "Tidak usah dicium, susah sekali!"

"Aku mempunyai hidung, jadi bisa mencium!"

El mengerutkan keningnya, kemudian menggeleng pelan. "Hilangkan saja dulu hidungmu, selesai!"

Arcy tidak ingin berdebat dengan El lebih lama lagi, karena sejujurnya memang El sangat bau. Dia mendorong tubuh El supaya masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Dugh!

El harus menahan sakit saat Arcy mendorongnya dan dia jatuh, tentu saja lutunya harus terkena lantai lagi.

"Arcy! Ku pecat kau jadi kaka!" teriak El dari dalam kamar mandi.

Arcy berdesis pelan. "Aku tidak pernah menganggapmu adik, El!"

Tidak sungguhan, Arcy hanya berkata seperti itu di bibir saja, dalam lubuk hatinya dia sangat menyayangi El.





Lagi dan lagi Arcy harus memasuki ruang BK.

"Arcy, hari ini kamu sudah buat keributan dua kali dengan orang yang berbeda."

Arcy tidak memberi tanggapan apa pun. Ini yang membuatnya tidak ingin meladeni mereka jika bukan dalam keadaan harus. Pastinya, akan berakhir di ruangan BK.

"William dan Alex, mereka terluka dan semua karena kamu," ujar guru BK.

"Suruh mereka berhenti ganggu saya dan adik saya," ucap Arcy.

"Tapi tidak perlu pakai kekerasan, Arcy! Kamu bisa aja dike-"

"Sudah tahu akhirnya, saya yang disalahkan walaupun saya tidak bersalah, saya hanya membela orang tua dan adik saya." Arcy menjeda perkataannya sebentar. "Keluarkan saja saya dari sekolah ini, saya juga muak sama semua yang ada di sini."

Tidak ingin berlama lagi, Arcy langsung ke luar dari ruangan tersebut. Ternyata sudah ada El yang menunggunya.

"Maaf, masuk BK lagi karena aku," lirih El, dia selalu merasa bersalah setiap kali Arcy yang harus menanggung teguran.

Arcy mengacak rambut El, tidak pelan. Membuat gadis itu yang tadinya merasa bersalah menjadi kesal. "Kita pulang, aku merasa panas di sini."

"Terima kasih, Arcy." El mengejar Arcy yang sudah berjalan terlebih dahulu.

"Tidak butuh."

El mendelik pada Arcy, membuat yang ditatap seperti itu menaikan satu alisnya. "Aku tahu aku tampan, sudah banyak yang mengakuinya, tapi tatapanmu itu sangat mengganggu."

"Aku bersumpah, aku ingin sekali menendang wajahmu itu!"

"Coba saja kalau bisa, kau itu pendek dan kakimu tidak akan bisa menjangkau wajahku."

Tunggu aku tinggi, Arcy. Aku akan menendang wajahmu, batin El.





"Arcy, cepat aku lapar!" teriak El dari ruang tamu.

"Arcy, kau lama sekali masak begitu saja!"

"Arcy, cacing di perutku sudah bernyanyi!"

"Arcy Verden Racarto!" teriak El lebih keras.

Pletak!

El memegangi kepalanya yang baru saja dipukul Arcy menggunakan sendok.

"Berisik, El! Lama-lama kau yang ku masak!" Arcy menaruh makanan yang sudah selesai dibuatnya.

Di antara Arcy dan El, memang yang bisa memasak adalah Arcy, sedangkan El hanya bisa memakannya saja.

"Kau lama sekali, masak begitu saja!"

Ingin sekali Arcy membekap bibir El. "Memangnya kau bisa?"

"Tidak, aku hanya bisa memakannya saja. Itu jauh lebih mudah," jawab El, seperti orang tanpa dosa.

"Aku rugi mempunyai adik sepertimu, El."

"Tapi aku merasa beruntung jadi adikmu, Arcy." El menampilkan ekspresi yang membuat Arcy semakin kesal.

Arcy, tidak menanggapinya lagi, dia langsung fokus makan, karena jika meladeni El tidak akan ada ujungnya.

"Arcy! Damn, lezat sekali! Wah, sudah tampan, pintar masak. Arcy, aku sayang padamu."

"Aku membencimu." Arcy mendelik pada El, sedangkan gadis itu hanya mengangkat bahunya tidak peduli. Karena El tahu, Arcy tidak sungguh-sungguh membencinya.

Prang!

Mereka berdua terkejut, karena kaca jendela ruang tamu pecah. Dengan segera mereka mendekati kaca itu, menemukan sebuah batu yang diselimuti kertas.

Terdapat tulisan di kertas tersebut.

Besok akan menjadi hari yang lebih buruk untuk kalian, tunggu saja.





Hazardous [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang