Bab 21

12.7K 878 13
                                    

"Hallo anak tiri? Apa kabarmu? Tidak sia-sia aku menyuruh orang mengikuti Raka. Aku yakin dia tau di mana kamu!"

Mata Karina membelalak mendapati tamunya malam ini. Seorang pria tua yang paling ingin dihindarinya malah ada di hadapannya kini. Tidak hanya sendiri, melainkan bersama tiga orang pria bertubuh kekar dan bertampang sangar.

"Mau apa kamu ke sini?" Karina bertanya dengan mendesis.

"Wow, gadis cilik dulunya kini sudah berani melawan, ya?---" pria yang menjadi tamu Karina malam itu pun menurunkan tatapannya pada perut Karina, "---oh, jadi sejak hilang kamu ternyata hamil?"

"Pergi!" Karina segera berpikir dan bertindak cepat. Melihat gelagat tidak baik dari pria yang ada di depannya itu, Karina segera menutup pintu rumah Mina.

Namun sayang, Karina kalah cepat. Pintu itu ditahan dengan kuat oleh Anton. Tenaga Karina tentu kalah jauh. Hingga pintu pun tidak berhasil ditutup oleh Karina. Dia berjalan mundur dengan perasaan takut.

Anton bergerak maju dengan tatapan mengintimidasi serta seringaian yang tercetak jelas di wajah lelaki yang pernah menjadi ayah tiri Karina itu. Anton terus saja membuat Karina melangkah mundur.

Di antara langkah kakinya, Anton berkata, "Aku tidak minta apa-apa, aku cuma minta kamu menandatangani pengalihan nama kepemilikan rumah ibumu ke atas namaku!"

"Tidak akan pernah! Jangan mimpi! Rumah itu adalah rumah kenangan dengan papa. Mana mungkin aku memberikannya." Karina memekik.

Langkah kakinya terhenti karena terpojok pada dinding tepat di sebelah pintu kamar tamu.

Anton menatap perempuan yang ada di depannya dengan tatapnan sinis. "Aku akan membuatmu bisa mengabulkan keinginanku."

"Langkahi saja mayatku!" Mata Karina berkilat penuh amarah pada Anton.

Karina merasa dia sudah harus menyerah dengan segala keadaan yang membuatnya terpuruk saat ini. Hidup sebatang kara, dinikahi karena harta, pernah menjadi gila, rasanya sudah cukup segala beban itu dia tanggung. Bukankah sekarang tidak apa jika pria itu berniat menghabisinya? Karina merasa siap jika itu terjadi. Dia yakin tidak ada yang akan menangisi kepergiannya bukan? Andre? Ah, dia 'kan tidak mencintai Karina? Sari? Tante Sari pasti mendukung apa pun keinginan Andre. Sedang anak yang tidak jelas di dalam kandungannya juga lebih baik ikut pergi bukan? Sebab sejak awal memang seharusnya dia tidak pernah ada. Rasanya memang kematian adalah jalan yang disiapkan paling tepat untuk Karina.

Perempuan itu tertawa sinis. Dia tidak akan membuat segalanya mudah bagi Anton. Sakit hati pada suami ibunya sudah lama menggerogoti batinnya. Kali ini dia akan menang. Karina tidak akan membuat pria itu mendapatkan apa yang diinginkannya.

Mendengar jawaban yang sangat berani dari Karina, mendadak Anton jadi meradang. Diangkatnya telapak tangan kanan setinggi kepala tatkala jarak mereka hanya sebatas satu hasta sejak selang hitungan detik yang lalu.

Melihat serangan yang akan dilayangkan Anton padanya, Karina memejamkan mata.

Hingga ...

Karina menunggu tamparan itu mendarat di pipinya. Namun tidak kunjung sampai. Hal itu mengundang tanya dalam kepala cantik perempuan itu. Karena penasaran Karina membuka matanya perlahan, dan kali ini Karina benar-benar terkejut. Kini dia tahu mengapa tamparan itu tidak pernah sampai pada pipinya.

Seseorang mencekal tangan Anton. Bukan sebab tamparan itu dicegah yang membuatnya terkejut, melainkan seseorang yang menghalanginyalah yang sama sekali tidak disangka-sangka Karina.

Andre.

Suaminya? Sejak kapan dia ada di sini. Mengapa kedatangannya tidak disadari Karina? Memang tepat di belakang Anton berdiri pria-pria besar tadi, dan pasti penglihatan Karina atas tibanya Andre terhalangi oleh mereka.

Entah mengapa melihat mata sang suami penuh bara tengah membela dirinya, hati Karina menjadi berbunga-bunga. Perasaan kesalnya pada Andre tiba-tiba menguap begitu saja.

"Jangan berani-beraninya kamu memukul dia!" desis Andre persis di depan muka Anton.

Andre melempar lengan Anton yang ingin menampar Karina sesaat yang lalu.

"Wah, ada pahlawan kesiangan nih kayaknya," ujar Anton dengan seringaiannya.

Andre berdiri di depan Karina membelakangi istrinya itu hingga tubuh semampai Karina tertutupi oleh tubuh tegap Andre.

Tidak dapat diduga reaksi Anton melihat sikap ksatria Andre adalah terbahak-bahak. Lelaki itu merasa lucu dengan keberanian Andre.

Sementara itu Andre melirik Karina dari balik bahu. "Masuk ke kamar sekarang! Kunci pintunya! Jangan keluar sebelum aku yang mengetuk!"

Karina mengangguk dan bergerak cepat masuk ke dalam kamar tamu yang persis ada di sebelahnya. Karina mengunci dirinya di dalam sesuai perintah Andre tadi.

"Jadi anak ingusan kayak kamu mau membela Karina?"

Berikutnya gelegar tawa Anton membahana di ruang tamu yang lengang itu.

"Karina adalah istri saya, jadi wajar saya membela dia." Dengan mengetatkan rahang dia menjawab.

"Boleh juga nyalimu, anak muda. Tidak salah Mina memilihmu untuk menjaga Karina gila itu!" sarkas Anton.

Mendengar hal itu, Andre pun meradang. Dicengkeramnya kerah baju Anton dengan perasaan emosi yang membuncah di dada. Entah mengapa Andre merasa tidak terima dengan ucapan Anton mengenai Karina.

Andre telah siap melayangkan bogem mentahnya pada Anton. Namun belum sempat hal itu dilakukannya, ketiga orang yang tadi mengikuti Anton tiba-tiba saja menangkap Andre. Dua orang memegang kedua pergelangan tangan Andre sementara itu pria satunya menarik kerah kemeja Andre dari belakang.

Tiga lawan satu, seketika pergerakan Andre terkunci. Namun, Andre tidak mau menyerah. Kepalanya disentakkan ke belakang hingga hidung lelaki yang memegangi kerah bagian belakangnya itu mengucurkan darah. Sementara kaki kanannya menendang ke belakang pria yang ada di sebelah kanan belakangnya. Tidak tanggung-tanggung Andre menyerang bagian paling vital lelaki itu hingga dia pun kesakitan.

Dua orang lumpuh. Anton terperangah melihat aksi Andre. Tiga orang yang dibawanya adalah tukang pukul profesional. Rasanya tidak masuk akal lumpuh dalam waktu sebentar.

Sebenarnya bukan Andre yang ahli bela diri. Namun, ketiga pria itu terlalu meremehkan Andre. Mereka pikir lelaki itu buta tentang teknik persilatan. Padahal Andre hanya sering melihat jawara Betawi memamerkan kepiawaiannya dalam pencak silat.

Merasa lawannya tidak main-main, satu orang pria yang masih memegangi Andre pun menarik Andre dengan kekuatan penuh mendekati wajahnya, dan tidak lama kemudian pukulan bertubi-tubi diterima Andre di bagian wajah dan perut. Sementara kaki pria itu pun tidak lupa ikut ditendang.

Andre hanya meringis menahan sakit akibat pukulan beruntun itu. Sekujur tubuhnya tidak luput dari serangan pria itu. Hingga Andre benar-benar lemas tidak lagi memiliki kekuatan bahkan hanya untuk sekedar mengangkat kepalanya Andre tidak sanggup.

Sementara itu Karina yang merasa cemas di dalam kamar, bergidik ngeri. Suara pukulan serta hantaman itu membuat hatinya diliputi ketakutan dan kecemasan. Mampukah Andre mengatasi tiga preman itu? Mereka tampak sangat kuat dan jago bela diri. Sedangkan dari segi sisi jumlah saja, Andre sudah jelas kalah.

Mengingat hal itu, mendadak Karina diliputi kecemasan. Akankah Andre selamat dari pukulan mereka bertiga? Bagaimana jika tidak? Namun Andre menyuruhnya untuk tetap ada di kamar.

Tangan Karina menggantung di udara di atas gagang pintu kamar tamu. Keraguan menghalanginya membuka pintu, tapi rasa penasarannya mendorong dirinya untuk membuka pintu tersebut.

Aku lagi baik malam ini. Jadi aku kasih up lagi nih. Ini bab nya pasti bikin penasaran.  Yang sabar ya menunggu part selanjutnya besok hari.

Btw jangan lupa bintangnya, oke?

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang