35

12.9K 983 41
                                    

Karina cukup terkejut mendengar pengakuan Andre perihal bayi yang ada di dalam kandungannya.

"Aku emang lagi ngurangin makan ayam, Fan," jawab Karina lirih. Dia tidak ingin wibawa Andre sebagai suaminya jatuh di mata banyak orang. Bagaimanapun Andre masih suaminya. Dia memang tidak suka daging, tetapi dengan kondisi seperti ini mau tidak mau dia akan menyantap daging.

"Udah, jangan ribut kita lagi di meja makan," kata Fely menengahi.

Akhirnya semua orang mulai makan dengan tenang. Diam-diam Andre tersenyum puas karena Karina mengikuti kata-katanya. Hatinya jadi menghangat. Ditatapnya sayang Karina dengan debar di dada.

Namun, dalam pengamatannya memang Karina tampak tidak terlalu suka dengan daging. Dipotongnya kecil-kecil, lalu ditutupi dengan nasi yang banyak. Andre jadi iba melihatnya.

Tiba-tiba saja Karina tersedak. Sontak pitcher minuman yang ada di meja makan jadi sasaran. Baru saja Andre hendak meraih pitcher tersebut, tetapi sayang Ifan lebih dulu bergerak cepat meraihnya dan menuangkan ke gelas lalu menyodorkannya pada Karina.

Melihat hal itu, Andre mencengkeram sendok yang ada di tangannya. Sementara rahangnya mengeras. Namun, dia tidak kehabisan akal. Lelaki itu bangkit dari kursinya menghampiri Karina dan mengusap punggung istrinya yang sudah tidak tersedak lagi. Namun, sang suami masih saja ingin terlihat peduli di depan Ifan. Meski sudah tidak tersedak, Andre masih mengusap punggung Karina.

"Kamu nggak apa-apa 'kan sayang?" tanya Andre.

Mendengar kata sayang, entah mengapa tiba-tiba saja Karina terbatuk-batuk. Dengan cepat Andre memberikan air minum yang masih tersisa di gelas tadi pada Karina. Kali ini Andre melirik Ifan dengan senyum penuh kemenangan. Sementara Ifan menanggapinya tanpa ekspresi.

Karina menerima gelas minum dari Andre dengan bingung.

"Nih, orang kesambet jin apa? Pake panggil-panggil sayang?" tanya Karina dalam hati.

Malam terus berjalan. Hingga akhirnya makan malam itu pun selesai. Tamu mereka pun sudah akan berpamitan pulang.

"Oh, ya Karina ... nanti kapan-kapan kita bareng ikut kelas hamil, ya!" ajak Felyana.

Karina mengangguk.

Tiba-tiba saja Andre bersuara.

"Karina nggak perlu senam kehamilan. Kalo pun iya, aku yang akan menemani. Lagipula cukup jalan kaki aja, udah bagus kok."

Mendengar kata-kata Andre semua orang yang ada di sana hanya bisa tersenyum canggung. Sementara Karina memasang wajah masam.

"Tapi, aku mau ikut Fely barengan ke senam kehamilan ...," kata Karina.

"Iya sayang ... aku yang akan nemenin."

Karina mengerutkan dahi.

"Sayang? Si gondrong kejedot apa ya kepalanya?" tanya Karina dalam hati.

"Tapi di sana ntar kamu nggak boleh masuk. Yang ada di dalam ruang senamnya 'kan cuma ibu-ibu hamil. Kamu mau ikut senam juga? Pake baju senam perempuan?"

"Nah, bener itu," imbuh Fely dan terkekeh kemudian. Sementara Sari mengulum senyum dan Ifan menahan tawa.

Andre menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya, aku nganter aja berarti ..., nggak mungkin ikut ke dalem kalo gitu."

"Nah, berarti aku boleh ikut Fely senam. Aku nggak mau ikut sendirian nggak ada temen."

Andre diam. Rahangnya mengeras.

"Ya, udah. Kapan-kapan kita janjian lagi ya Rin. Ntar kita dianter Ifan." Fely menyudahi kericuhan kecil itu.

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang