39

11.1K 945 21
                                    

Siang ini ada yang harus dilakukan Andre untuk menuntaskan masalah yang tengah dia hadapi. Masalah lama yang nyaris dia lupakan karena ada banyak yang mereka alami sebagai suami istri. Namun, Andre tidak akan lupa bahwa masalah itu harus tetap diselesaikan.

Andre belum tenang jika rumah orang tua Karina menjadi milik Anton. Untuk itu dia harus memastikan jika rumah itu masih dan selamanya akan jadi milik Karina.

"Hallo Assalamu'alaikum, Bang."

"Waalaikumsalam, ada apa Ndre?" tanya suara dari seberang telepon.

"Ini, Bang aku lagi butuh bantuan Abang."

"Ya, udah. Ngomong aja, Ndre."

"Bang, beberapa waktu lalu aku diserang seseorang di rumah Tante Mina."

"Hmmm terus?" Rohim mulai serius mendengarkan.

"Waktu itu preman yang nyerang pake tato kobra, Bang."

"Tato Kobra? Yakin Lu?"

"Yakin banget, Bang. Yang satu keliatan tatonya. Tapi yang laen nggak keliatan, Bang," jelas Andre.

"Bener Lu yakin, ya?"

"Iya, yakin, Bang. Abang tau?"

"Taulah, jelas banget. Itu anak buahnya Charli."

"Sama Bang Charli kenal, Bang?"

"Ya, kenallah. Lu tau gua kan? Kalo urusannya preman kecil, Ndre. Mereka tunduk sama kita. Jawara Betawi. Nah si Charli itu bos preman kawasan pasar  kaget yang deket rel. Tau 'kan pasar kaget?"

"Tau, Bang."

"Tumben-tumbenan anak buahnya berani rusuh di mari. Berani amat mereka. Kan ada gue?"

"Jadi Abang kenal kan? Emang mereka aslinya gak berani maen ke daerah kita, Bang?"

"Kenallah. Bosnya tuh takutlah sama Abang. Mana berani dia di tempat kita. Heran gua. Terus kenapa anak buahnya? Kok nyerang Lu?"

"Ceritanya panjang, Bang."

"Oke kalo gitu, Lu maunya apa?"

"Anak buahnya 'kan nyerang kami, Bang. Nah, aku mau ntar anak buahnya yang nyerang kami itu bersaksi tentang penyerangan tersebut."

"Oh, maksudnya dia harus jadi saksi untuk penyerangan waktu itu?"

"Iya, Bang."

"Gampang. Ntar Lu ke markas. Gua suruh Charli datengin anak buahnya ke markas gua. Lu tinggal tunjuk orangnya."

"Oke, Bang. Thanks ya. Kapan, Bang?"

"Malem ini. Siang ini gua masih ada urusan. Lu dateng malem aja, ya. Nggak apa-apa 'kan? Abis maghrib dateng ya?"

"Oke, Bang. Makasih sebelumnya Bang."

"Oke."

Andre memutuskan panggilan itu untuk kemudian bersiap-siap pergi menuju suatu tempat.

Sepatu kets milik Andre berdecit saat lelaki itu melangkah di koridor lantai paling atas kantor Raka. Tergesa-gesa dia mendatangi kantor notaris keluarga Karina itu.

"Mbak, aku mau bertemu Pak Raka," kata Andre pada sekretaris Raka.

"Oh, oke bentar ya, Pak."

Setelah menghubungi Raka lewat interkom, sang sekretaris pun mempersilakan Andre masuk ke dalam ruangan Raka.

Andre mengetuk pintu pelan, hingga terdengar suara yang mempersilakan dirinya untuk masuk.

"Hallo, Andre." Raka menyapa Andre yang tengah berdiri tegak di sebelah sofa panjang di dalam ruang kantornya.

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang