"Oh, itu Tan ... aku inget Tante Mina. Tadi dari kamarnya, Karina jadi inget Tante Mina. Terus akhirnya jadi sedih," bohong Karina.
Sari sebenarnya curiga dengan jawaban dan mimik muka Karina. Namun, Sari tidak ingin tahu lebih banyak. Dia takut dengan kenyataan andaikan dugaannya benar bahwa Karina telah mendengar percakapan mereka.
"Kita masak, yuk." Sari mengalihkan pembicaraan agar Karina lupa akan sedihnya apa pun alasannya.
Karina beranjak dari tempatnya duduk menuju pantri dan mulai membantu Sari. Dalam pengamatan sang bibi, perempuan hamil itu masih bersedih. Dia lebih banyak diam selama mereka memasak. Sari sangat mencemaskannya. Namun, wanita paruh baya itu memilih diam saja.
Kedua wanita berbeda generasi itu pun selesai dengan kegiatan memasaknya.
"Rin, ke kamar Andre noh! Suapin die makan ye!" titah Sari.
Karina menoleh sebentar lalu mengangguk sekilas. Membuat Sari bertambah resah melihat kesedihan yang masih terpancar dari bola matanya.
Ibu hamil itu menyusun sayur dan ayam goreng sederhana serta nasi di atas nampan untuk kemudian membawanya ke kamar tamu. Pundak ringkih itu berlalu dari hadapan Sari hingga menghilang di balik tembok pembatas antara ruang keluarga dan ruang makan.
Deritan pintu masuk dalam indra pendengaran Andre membuat lelaki yang tengah menatap ponselnya itu menengadahkan kepala. Andre sontak bangun dari pembaringannya kala mendapati sesosok wanita yang tengah hamil besar itu tengah melangkah hati-hati mendekati dirinya dengan nampan yang tampaknya tidak ringan.
Karina yang tadinya hanya menunduk seketika mengalihkan pandangannya pada Andre yang sudah duduk bersandar di kepala ranjang. Wanita itu pun mengulas senyum teduhnya untuk sang suami.
Entah mengapa hati Andre menjadi sendu karena melihat wanita itu membawakan makan siang untuknya. Sementara hati Karina masih berdenyut melihat wajah Andre yang baru membaik sedikit dari hari kemarin.
Pada akhirnya pemandangan wajah Andre yang masih jauh dari kata baik-baik saja itu membuat Karina tersadar bahwa lelaki ini meski tidak mencintainya, dialah yang ada di saat Karina membutuhkan uluran tangan orang lain. Lelaki ini, meski hatinya bukan untuk Karina, dialah yang berjuang demi kesembuhan Karina. Lelaki ini meski menikahinya karena harta, tidak meninggalkannya dalam keadaan terpuruk walaupun dia mampu dan bisa melakukannya.
"Kenapa nggak nyuruh Tante Sari aja bawain? Kamu masak sendiri? Tante Sari udah pulang?" tanya Andre beruntun.
Karina menaruh nampan di atas nakas, lalu duduk di tepi ranjang. Perempuan itu menggelengkan kepalanya sedangkan senyum sendu masih setia tercetak di wajahnya.
Dahi Andre berkerut. Pertanyaannya hanya dibalas gelengan kepala. Dia memandang Karina dengan seksama. Dalam kurun waktu yang terhitung sebentar, Andre dapat melihat bias kesedihan yang berusaha disembunyikan Karina. Andre merasakan hatinya ikut sedih melihat Karina yang tampak begitu rapuh. Ada semacam ruang kosong di hatinya yang terisi. Sebuah pertanyaan muncul di kepalanya, mengapa mereka dipertemukan dengan kenyataan mereka tidak bisa disatukan.
"Makan ya? Ini yang masak Tante Sari. Pasti enak, beda dengan masakan aku," kata Karina.
Andre hanya tersenyum, bingung harus menjawab apa. Menatap Karina lekat membuat suasana menjadi canggung.
Karina mengambilkan bubur yang dicampurkannya dengan ayam dan sayur lalu mulai menyuapkannya secara perlahan pada Andre. Lelaki itu kesulitan membuka mulutnya lebar-lebar karena luka yang didapatnya ada di sekitar area mulut. Membuat Karina hanya menyuapkan bubur dalam porsi stengah sendok dalam satu kali suapan.
Interaksi tersebut tanpa disadari Andre mulai membentuk jalinan kasat mata yang mungkin tidak pernah dia duga sebelumnya.
Karina masih duduk di balkon kamar Mina memandang langit sore hari yang indah. Ingatannya tentang Andre serta rekaman CCTV tadi kembali membawanya pada sebuah pemikiran yang mendalam.
Dalam video itu Karina sadar bahwa pengorbanan Andre juga tidak sedikit. Meski menikahinya atas kesepakatan dengan Mina, Andre tetap memperlakukannya dengan baik. Mengupayakan kesembuhan dan pengobatan terbaik untuk dirinya. Padahal bisa saja Andre menelantarkan Karina.
Meski menikahi Karina karena harta, Andre benar-benar menepati janjinya. Meski Karina merepotkan dirinya, tidak sekali pun lelaki itu meluapkan emosi dengan menggunakan kekerasan fisik pada Karina. Semua itu sudah lebih dari cukup buat Karina. Dia tidak ingin serakah meminta hati Andre untuknya. Dia sudah cukup berterima kasih atas pengorbanan Andre.
Jika mau, Andre bisa saja meninggalkan dirinya saat dia sudah sembuh. Bukankah kesepakatan itu jelas ditandatangani oleh Tante Mina dan suaminya. Namun, yang dilakukan Andre adalah meneruskan pernikahan ini agar Karina tidak kembali terguncang dan mendampingi Karina yang hamil dengan status seorang suami. Paling tidak anak yang dikandung Karina tidak dipandang sebelah mata karena akan lahir tanpa seorang ayah. Itu artinya Andre akan membiarkan orang-orang beranggapan bahwa bayi itu adalah anaknya sendiri. Cukup sudah.
Percakapan antara Sari dan Andre pada akhirnya ditanggapi positif oleh Karina. Dia justru bersyukur jika Andre bisa menunda perpisahan mereka lebih lama lagi sebab Karina masih memiliki waktu untuk membalas kebaikan Andre dengan berperan layaknya seorang istri yang berbakti pada sang suami. Dalam hati Karina bertekad akan melakukan yang terbaik untuk Andre.
Karina menarik napas panjang. Setelah berpikir jernih seperti saat ini, dia merasakan kelegaan yang luar biasa. Meski ada sedikit denyut nyeri di sudut hatinya. Tersenyum menyemangati diri, Karina menyeret langkah kakinya menuju luar kamar.
Karina mengecek pantri mencari sesuatu yang bisa dia suguhkan untuk camilan Andre sore ini. Selain teh atau kopi tampaknya tidak ada apa pun makanan ringan yang bisa dimakan. Karina pun kembali ke kamar Mina mengambil dompet di sana. Perempuan itu akan mencari makanan ringan di warung tidak jauh dari rumah bibinya itu.
Melangkah ringan dari ruang makan hingga ruang tamu, lamat-lamat dia mendengar seperti suara orang berbincang di teras rumah. Salah satu suara yang dikenalinya adalah suara milik suaminya, Andre. Sementara suara lainnya adalah suara seorang perempuan.
Dengan siapakah Andre berbicara? Karina mengernyitkan dahinya sementara langkah kakinya memelan hingga sampai di teras rumah. Perempuan hamil itu dapat mendengar dengan jelas percakapan dua anak manusia yang ada di teras saat ini.
"Terus kenape entu muke abang?" tanya perempuan lawan bicaranya Andre.
"Oh, ini abis berantem. Biasalah cowok. Dari mana, Ri?" tanya Andre.
"Kagak dari mane-mane sih, Bang. Dari rumah pengen maen ke rumahnye Naila. Abang dapet salam dari Naila, hihihi ...," canda Nuri.
Nuri salah satu gadis yang tinggal tidak jauh dari rumah Andre, Mina dan Naila. Nuri juga adalah teman Andre dan Naila.
Mendengar nama Naila disebutkan oleh perempuan yang belakangan diketahui Karina bernama Nuri itu, sontak membuat hati Karina jadi sendu. Ternyata teman-teman Andre mengenali Naila sebagai sosok pujaan hati suaminya. Hatinya sedih walaupun dia sudah bertekad mengikhlaskan Andre untuk bahagia. Ternyata tekadnya itu tidak sejalan dengan realitas.
Aku up nih...
Jangan lupa bintangnya ya...
Terima kasih...

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
ChickLitKarina yang mengalami depresi pasca pemerkosaan yang dialaminya dinikahkan oleh bibinya dengan seorang pria yang masih ugal-ugalan bahkan di usianya yang sudah matang. Andre yang belum punya pekerjaan tentu saja mau menikah dengan Karina karena akan...