Mendengar percakapan ibu-ibu itu Karina tahu siapa yang mereka maksudkan. Hatinya jadi menghangat. Lelaki yang tengah duduk di kursi taman itu, memang benar telah menjatuhkan pilihannya pada Naila. Akan tetapi setidaknya dia selalu ada saat Karina membutuhkannya. Bolehkah sekali ini dia berharap jika ada masa depan untuk mereka?
Karina melangkah pelan mendekati Andre yang membelakanginya. Lalu dari belakang punggung Andre, Karina menyodorkan minuman dan menggoyangkannya. Sontak Andre mengambil minuman tersebut lalu meraih tangan Karina untuk digengggamnya dan dituntun duduk di sebelahnya.
"Capek?" tanya Andre.
Karina menggeleng, tatapannya hangat kepada Andre.
"Waktu aku sakit, apa kita pernah ke sini?" tanya Karina. Dia ingin memastikan jika apa yang didengarnya dari ibu-ibu tadi adalah benar.
"Iya, pernah!" Andre menjawab, tetapi tatapannya tertuju ke depan. Lelaki itu menatap taman yang diisi oleh orang-orang yang tengah berolahraga pagi.
Karina mengernyitkan dahi. Andre tampak tidak semangat menjawab pertanyaannya.
"Kita ngapain aja di sini?" tanya Karina.
"Cuma jalan pagi aja," jawab Andre lesu. Dia teringat bagaimana dulunya Karina dibully oleh ibu-ibu komplek di taman itu. Membuat moodnya jadi jelek pagi itu.
Karina tersenyum tipis melihat sang suami.
"Aku ingin kamu ceritakan selain jalan-jalan apa saja yang kita lakukan?" tanya Karina.
Andre mengalihkan pandangannya pada Karina lalu tersenyum pedih.
"Aku tidak ingin mengingatnya. Kita pulang, yuk." Andre beranjak dari kursi taman lalu menadahkan tangannya agar disambut oleh Karina.
Melihat hal itu, Karina tersenyum manis. Dia tahu Andre tidak akan menceritakan kejadian pahit yang dialaminya. Bahkan wajah pria itu berubah mendung. Tiba-tiba saja Karina merasa senang. Andre peduli padanya. Bahkan ikut sedih jika teringat dirinya pernah jadi bahan olok-olokan orang lain. Entah mengapa, hati perempuan itu sangat bahagia.
Karina menyambut tangan Andre. Keduanya saling menggenggam erat tangan pasangan mereka masing-masing.
"Siang nanti, kita jalan yuk? Makan siang di luar. Gimana? Sekalian beli baju hamil buat kamu," ajak Andre.
Karina terperangah mendengarnya. Lagi-lagi keajaiban datang hari ini. Perempuan itu pun menatap Andre dengan rasa sayang. Merasa diperhatikan, kening Andre mengerut.
"Kenapa?" tanya Andre.
Karina menggelengkan kepalanya.
"Kita makan siang di luar, ya? Terus kita belanja. Gimana? Abis ini aku ngecek bengkel bentar. Oke?"
Karina mengangguk kemudian.
Jam delapan pagi hingga jam sebelas siang Andre berada di bengkelnya untuk memantau beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditangani karyawannya. Barulah jam sebelas lewat Andre pulang ke rumah lalu membawa Karina menuju sebuah pusat perbelanjaan.
"Mobilku nggak sebagus mobil punyamu. Tapi lumayan nyaman. Udah aku ganti beberapa sparepartnya dengan yang baru. Nggak apa-apa 'kan kita pake mobil ini? Walau yang pasti nggak sebanding sama Pajero Sport punyamu."
Karina tersenyum. "Nggak apa-apa, kok. Ini juga nyaman."
"Aku pengen bawa kamu jalan dengan mobil yang aku beli dengan hasil keringatku sendiri."
"Body mobilnya masih bagus," komen Karina.
"Iya, aku udah cek. Mesin oke, body masih asli. Tinggal beberapa sparepart yang nggak oke lagi, langsung aku ganti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
ChickLitKarina yang mengalami depresi pasca pemerkosaan yang dialaminya dinikahkan oleh bibinya dengan seorang pria yang masih ugal-ugalan bahkan di usianya yang sudah matang. Andre yang belum punya pekerjaan tentu saja mau menikah dengan Karina karena akan...