Tangan Andre gemetaran mengambil benda di dalam kotak jam berwarna abu itu. Benda itu sama persis dengan yang ada di dalam kantong celananya. Mereka berpasangan satu dengan yang lainnya. Andre mengambil pasangan anting yang bentuknya unik dengan mata berlian berkilau. Sama, mereka sama persis. Ditaruh kedua anting itu di atas kasur ibunya untuk memandang benda itu dan memastikan keduanya kembar walaupun Andre tahu meski tidak ditaruh seperti itu, keduanya tetap sama.
Andre menjatuhkan lututnya di lantai yang memang sudah terasa melemah sejak tadi. Meremas rambutnya yang kasar, dia kembali berusaha mengingat peristiwa yang sepertinya saling terkait ini.
Lokasi kejadian itu sangat dekat dengan lokasi Ronald dan Ogi main kartu pada malam tanggal 25 Februari itu. Sedangkan anting yang ada di kotak abu itu adalah benda yang Andre temukan menyangkut di kemejanya pada malam yang sama pula. Malam di mana dia mabuk sangat parah karena menggantikan Ogi minum karena kalah main kartu.
Pikirannya dilayangkan pada malam itu. Andre berusaha mengurai ingatannya yang sangat dia lupakan. Karena dia tidak ingat sama sekali. Belum lagi segala bukti jejak tidak ditemukan selain anting-anting itu.
Malam itu bermula dari omelan Sari pada Andre yang mengatakan kalau dia sebagai kakak tidak bisa mengambil tanggung jawab sebagai mana mestinya.
"Ndre, Lu liat deh gara-gara grup nyang kalian bikin akhirnye ngebikin adek Lu sendiri kejerumus. Lagian buat apaan sih, kalian bikin nyang gitu-gitu?"
Andre yang malam itu tengah menonton televisi menoleh pada sang bibi.
"Apaan sih, Tan? Ngomel melulu?" tanyanya.
"Ntuh! Ape sih grup kalian yang lambangnye kelabang entu pade bikin acare kagak karuan. Tau kagak, Lu?" omel Sari.
"Acara kagak karuan? Maksudnya?" tanya Andre.
"Lu nih nyang tukang bikin grupnye malahan kagak tau kalo mereka ade acara mabok-mabokan? Lu pan tau ye si Ogi ntuh lagi masa galau. Pengen kuliah, tapi belom bisa karna kita belom ade biaye. Begimane jadi urusannye temenan ame orang kaya tapi berandal macem Ronald? Ya, keikutlah gayanye si die."
"Mabok? Mereka mabok-mabokan?" tanya Andre.
"Iye, noh di markas kalian. Lo susul gih ke sono. Di belakang tembusan jalan yang kalo ikutin jalan setapak ntuh ntar ketemu jalanan nyang banyak tokonye itu. Lewat situ lebih deket."
"Oh, oke. Aku susul ajalah Ogi."
Tanpa kata-kata lagi, Andre pun menyusul Ogi ke tempat yang dimaksud oleh Sari tersebut. Tempat yang biasa mereka jadikan tempat untuk kumpul-kumpul.
Andre membelalakkan matanya saat melihat junior The Scorpion bermain kartu. Di depan mereka berjejer gelas-gelas yang siap diminum saat kalah. Jadi jika di antara mereka ada yang kalah dalam satu putaran permainan, maka satu gelas akan ditaruh di samping orang yang kalah dan diminum setelah keseluruhan putaran permainan selesai.
Andre bergegas menghampiri mereka yang tengah sibuk bermain kartu. Anak-anak itu adalah anak-anak yang tidak terjangkau oleh kekuasaan Andre. Memang dia adalah senior mereka. Namun, jika sudah keluar dari grup itu dia bukanlah siapa-siapa bagi para junior tersebut. Sehingga Andre tidak mungkin melawan mereka yang banyak itu, apalagi saat ini.
Ditepuk oleh Andre pundak sang adik yang tengah sibuk memperhatikan kartunya dengan seksama.
"Gi, pulang! Lu dimarahin sama Tante Sari," tegur Andre.
"Kagak bisa, Bang. Ini harus sampai selesai. Abang liat 'kan aku udah kalah dan harus minum ini."
"Jangan gitu dong, Bang!" kata seorang teman adiknya yang mulutnya sudah berbau alkohol."
Beberapa pemuda lainnya juga ikut-ikutan menghalangi Andre mencegah Ogi meneruskan permainannya. Meski gaya slengean, Andre masih patuh pada sang bibi. Apalagi mendengar omelan Sari yang bagaikan gemuruh menggelegar membuat rumah mereka bahkan terasa berguncang. Andre memilih untuk berusaha menahan diri untuk tidak ikut mabuk meski ada beberapa teman di lingkungan mereka yang mengajak. Walau risikonya adalah dijauhi oleh teman-temannya, itu lebih baik menurutnya ketimbang mendengar ocehan Sari.
Namun, sekarang yang bermasalah adalah Ogi, adiknya. Yang diomeli jika Ogi memiliki masalah adalah Andre. Jadi, mau tidak mau dia harus turun tangan seperti ini.
"Gi, kamu udah dibilang jangan macem-macem. Kalo sampai kamu mabok, Tante Sari bakalan marah. Kamu ngertiin dikitlah. Tante Sari udah baek mau nerima kita."
"Bang, aku udah nggak bisa ngapa-ngapain ini. Aku udah kejebak di sini. Lagian kalo aku kabur sekarang besok besok aku tetep akan berhadapan dengan mereka."
"Ya, udah. Berapa puteran lagi selesai mainnya?" tanya Andre.
"Satu putaran lagi, Bang ...."
"Hah? Satu putaran kamu udah sepuluh gelas yang harus diminum?" tanya Andre yang terkejut bukan kepalang.
"Bang, jangan ribut di sini. Jangan bikin malu aku, dong ...," kata Ogi dengan wajah memelas.
Andre meremas rambutnya dengan kasar. Kemarahan saat ini tengah tidak dibutuhkan. Dia harus membawa Ogi pulang dalam kondisi sadar.
"Ogi nggak boleh pulang kalo belom minum itu semua gelas sebagai hukuman dia kalah itu, Bang," seru seorang dari mereka.
Andre berpikir keras bagaimana caranya agar Ogi bisa keluar dengan aman tanpa mabuk. Dia sangat yakin jika sepuluh gelas yang harus diminum, maka Ogi akan mabuk dan tidak sadarkan diri lagi.
"Gini aja, biar abang yang gantiin ...," kata Andre pada semua orang yang ada di sana.
"Yah, Ogi cemen amat," seru seseorang dari mereka.
"Maaf ya ... dari pada Tante Sari naik pitam. Abang harus ambil resiko ini," kata Andre.
Ogi malu diperlakukan demikian. Namun, dia tidak memiliki pilihan. Tadinya dia akan bersembunyi saja dari Andre. Tetapi, hal itu rupanya tidak bisa disembunyikan. Entah dari mana Andre tahu.
Akhirnya mau tidak mau Andre menggantikan Ogi minum minuman keras itu. Hanya itu yang mampu dia ingat. Selebihnya dia tidak ingat sama sekali. Kondisi blackout yang dialami Andre membuat dia lupa dengan kejadian yang terjadi setelah mabuk.
Andre berjalan sempoyongan sembari sesekali bersenandung tidak jelas.
"Setelah kauuu lari.... aku tak... eugh ... punya ... eugh ...," senandung tidak jelas yang diiringi sendawa karena meminum minuman keras itu terdengar jelas di tengah malam sunyi itu. Kakinya tidak tahu lagi harus melangkah ke mana. Karena otaknya tidak lagi mengisyaratkan perintah dengan jelas karena daya kerjanya yang dipengaruhi oleh alkohol. Saat terbangun Andre tengah terbaring di semak-semak tidak jauh dari tempat Ogi main kartu. Bajunya setengah basah karena hujan yang mengguyur daerah itu. Dia sempat terkejut bangun dari tempat semacam itu.
Berjalan membawa tubuh yang terasa berat, Andre pulang ke rumah. Saat membuka baju, dia mendapati sebuah anting melekat karena bagian yang tajam dari anting itu tertancap di sana.
Andre sempat berpikir di mana dia mendapatkan itu. Semula dia berpikir itu dia dapatkan saat jatuh tadi. Tetapi ternyata hari ini dia menemukan jawabannya.
Pada akhirnya Andre menyimpulkan ayah dari bayi Karina adalah dirinya sendiri. Meraup mukanya kasar, Andre mendesah berat. Bagaimana jika Karina tahu lelaki yang telah merenggut kehormatannya adalah dirinya sendiri. Ternyata takdir mempertemukan mereka dengan cara yang unik.
Maaf ya... Updatenya cuma sekali kemaren. Hari ini juga kayaknya cuma sekali... Maaf ya... 🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
ChickLitKarina yang mengalami depresi pasca pemerkosaan yang dialaminya dinikahkan oleh bibinya dengan seorang pria yang masih ugal-ugalan bahkan di usianya yang sudah matang. Andre yang belum punya pekerjaan tentu saja mau menikah dengan Karina karena akan...