34

13K 1K 31
                                        

"Maksudnya?" tanya Karina heran.

"Jangan didengerin si Fely, Rin."

"Ih ... Ifan! Kenapa emang? Kamu pasti malu 'kan karena aku bakalan bongkar rahasia kamu?" ledek Fely.

"Apaan, sih Fely!" kata Ifan.

"Di mana Fel? Di mana kamu pernah liat aku?" tanya Karina yang semakin penasaran.

Ifan mengedipkan matanya pada Fely.

"Ah, itu aku salah liat kayaknya, Rin. Maaf ya?"

"Oh ... gitu ..., eh minumnya belum keluar ya? Ntar aku ke dalem dulu ..., tunggu ya ...."

Sejurus kemudian Karina melangkah masuk ke ruang tengah menuju pantri.

Mendengar Karina hendak ke dapur, Andre yang tengah menguping segera membalikkan tubuhnya berlari dari tempatnya semula lalu melompati kursi sofa dan duduk tenang di sana. Seolah tidak terjadi apa-apa. Demi memperkuat alibi, Andre mengambil sebuah majalah di bawah meja sofa dan berpura-pura membacanya hingga majalah itu hampir saja menutupi wajah.

Baru saja Karina memasuki ruang tengah, dia sedikit terperanjat mendapati Andre jam seperti ini sudah di rumah. Namun, ada yang lebih aneh dengan sang suami. Karina mendekatinya.

"Kamu kok udah pulang?" tanya Karina heran.

"Iya ..., itu---anu---udah nggak ada lagi langganan," jawab Andre dengan gaya sok tidak peduli.

"Oh gitu ..., btw majalah yang kamu baca kebalik. Emang itu gaya baca baru?" sindir Karina sambil menahan tawa.

Sejurus kemudian Karina memutar tumitnya menuju pantri.

Andre terkesiap mendengarnya dan terbengong sesaat. Menatap majalah yang tepat ada di depan mukanya, Andre memejamkan matanya dengan mulut terbuka setengah, dia merasa malu karena dia juga baru menyadari majalah yang dia pegang memang terbalik.

Dengan canggung, pria itu pun menutup majalah lalu menaruhnya di atas meja dan menyusul Karina ke pantri sambil berlari kecil.

"Oh, aku tadi lagi liat gambar yang katanya jika dibalik akan jadi gambar berbeda," alasan Andre yang diabaikan oleh Karina membuat lelaki itu salah tingkah.

"Tan, minumannya aku bantu bikinin, ya ...," kata Karina pada Sari saat ibu hamil itu bersisian dengan sang bibi di depan wastafel."

"Eh, ya ampun ... aye lupe. Ingetnye mau masak aje. Karin kupasin aja mangganye."

Karina mengangguk. Perempuan itu pun mengambil mangga di kulkas. Karena letaknya ada di rak kulkas paling bawah, dia kesulitan mengambilnya. Hal itu tidak luput dari pengamatan Andre. Lelaki itu pun melangkah lebar-lebar mendekati Karina.

"Sini aku ambilkan mangganya," kata Andre.

Karina menggeser tubuhnya dari depan kulkas agar Andre leluasa bergerak. Setelah mengambil mangga, Andre menyerahkannya pada Karina. Ibu hamil itu menerima dengan perasaan canggung.

Karina berjalan menuju kursi yang menghadap pada Andre dan mulai mengupas mangga matang tersebut.

"Di depan ada siapa?" tanya Andre sementara matanya tidak lepas dari menatap Karina.

"Temen," jawab Karina datar tanpa mengalihkan pandangannya.

"Kenal di mana?" tanya Andre.

"Temen waktu sekolah," jawab Karina.

Melihat Karina yang terkesan dingin, Andre jadi menciut. Sebenarnya sejak Karina pulang dan mengintip dari jendela ruang tamu, Andre sudah menciut. Lelaki yang tampak sangat dekat dengan Karina itu adalah lelaki tampan, rapi dengan rambut cepak. Mengenakan kemeja yang digulung lengannya ditambah dasi yang dipakai terkesan mahal, membuat Andre rendah diri. Padahal tadinya dia sangat ingin menampakkan diri dan memperkenalkan bahwa Karina adalah istrinya.

Namun, karena antara dia dan Ifan secara penampilan memiliki perbedaan---walaupun jika bicara ketampanan Andre memang lebih tampan dari Ifan---jadi Andre urung memperkenalkan diri di hadapan Ifan.

"Oh ... terus gimana tadi kabarnya kandungan kamu? Nggak apa-apa?" tanya Andre membuat Karina menghentikan gerakan tangannya yang tengah mengupas mangga.

Perempuan itu memandang Andre dengan tatapan tidak terbaca. Dalam hati, dia berpikir baru kali ini Andre bertanya tentang janin yang ada di dalam rahimnya. Mungkinkah lelaki itu mulai menerima bayinya? Akan tetapi, hati Karina menyangsikannya.

Selepas berpikir tentang itu, Karina pun melanjutkan mengupas mangganya dan menjawab pertanyaan Andre masih dengan nada datar.

"Baik, nggak apa-apa sih, kata dokter."

Andre mengangguk.

Setelah selesai mengupas mangga, Karina membawanya pada Sari.

"Nih, Tan."

"Iye, tarok aje di situ, bentar lagi Tante bikin jusnye. Karin temuin aje mereka, ye."

"Iya, Tan."

Sejurus kemudian Karina kembali ke ruang tamu.

Dengan lesu Andre pun menaiki anak tangga masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap menyambut tamu mereka. Setelah gagal membujuk bibinya agar para tamu segera pulang, Andre tidak punya pilihan selain bersiap dan berpenampilan klimis agar dirinya tidak terlalu timpang jika berhadapan dengan Ifan.

Suasana ruang makan terdengar riuh oleh suara percakapan ringan dan tawa kecil dari Sari, Karina, Ifan dan Felyana. Mereka sudah siap di kursinya masing-masing. Masih tersisa satu orang lagi yang akan ditunggu. Sudah lima belas menit yang lalu Sari memanggil Andre untuk segera bergabung makan malam bersama tamu mereka.

Suara tapak kaki seseorang di undakan tangga membuat Karina menoleh ke sebelah kiri atas. Dia mendapati tampilan Andre yang keren dalam balutan kemeja lengan pendek berwarna biru gelap sedangkan celana jeansnya berwarna khaki. Rambut yang dicepol sangat rapi membuat Karina terpana sesaat. Mengapa malam ini sang suami terlihat tampan dan keren.

Andre mendekati meja makan dan berdiri di sebelah Karina yang duduk berhadapan dengan Ifan. Andre menyodorkan tangannya dengan wajah datar pada Ifan yang sudah berdiri menyambut Andre.

"Andre."

"Ifan, dan ini Felyana."

Andre pun menyalami Felyana yang juga berdiri menyambut uluran tangan Andre.

"Silakan duduk," kata Andre dingin.

"Ayo kita makan," ajak Sari.

Semua orang yang ada di sana mulai membalikkan piring dan menaruh nasi di piring masing-masing.

"Rin, nih ayam bagian dada. Kamu kan seneng," kata Ifan mengambilkan dada ayam goreng lalu ditaruh di piring Karina.

Dulunya waktu mereka masih bersahabat, Ifan sering menaruh ayam bagian dada atau menukarnya jika kebetulan Ifan kedapatan dada ayam dalam acara makan-makan di sekolah.

Ibu hamil itu terkesiap mendapat perlakuan seperti itu dari Ifan. Dia pun melirik Andre yang duduk di kursi kepala keluarga. Karina dapat menangkap tatapan tajam dari Andre pada Ifan.

Andre melihat Ifan tanpa kedip. Dadanya bergemuruh tiba-tiba. Sedangkan Ifan seketika tersadar jika perlakuannya dapat menyebabkan kecemburuan pada Andre.

Dengan wajah yang masih menyimpan kesal, Andre mengambil potongan ayam di piring Karina dengan garpu dan menaruh di piringnya sendiri

"Karina lagi hamil, lagi nggak boleh makan ayam broiler."

Sejurus kemudian Andre mengambilkan sepotong daging bistik, ditaruhnya di piring Karina.

"Tapi, Karina nggak suka daging," protes Ifan.

"Karina lagi hamil, jadi dia harus makan yang sehat-sehat. Ayam broiler kurang baik untuk anak kami," tegas Andre dengan tatapan yang masih menajam.

Anak kami?
Hahaha... Keceplos atau sekadar ingin mengklaim bahwa Karina adalah istrinya?
Btw jangan lupa bintangnya ya...
Trims...

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang