Karina menatap Andre dengan tatapan dingin namun ada kilat amarah di sana. Perempuan itu berdiri sementara di sekeliling kakinya berserakan kaca meja rias yang pecah. Karina membalikkan meja rias itu hingga menyebabkan kacanya berhamburan di lantai.
Andre bergegas menghampiri Karina dengan lebih dulu memakai sandal bulu milik Karina yang ada di samping pintu kamarnya.
"Bisa nggak sih nggak bikin ulah? Kamu cari perhatian ya? Pura pura gila atau apa? Kenapa gila model kamu ngeselin gini sih?" Andre mengguncang lengan Karina dengan hentakan yang cukup bertenaga membuat tubuh Karina bergoyang ke depan dan ke belakang.
Tanpa terasa Andre menggenggam lengan Karina dan mendengar desisannya. Ah, lelaki itu lupa lagi. Karina tak waras, wajar saja tingkahnya aneh begini.
Memilih mengalah pada ego dan amarahnya Andre menggendong Karina ke kasur dan membaringkannya di sana. Karina memberontak, hendak turun kembali. Namun Andre menahan bahu Karina. Nampaknya kali ini kekuatan Karina bertambah besar dari sebelum-sebelumnya. Andre membawa perempuan itu ke kamarnya, menguncinya terlebih dahulu di sana.
Setengah berlari Andre ke gudang mencari seutas tali plastik yang akan diikatkannya pada tangan dan kaki Karina agar dia tidak berulah kembali.
Balik ke kamar lagi-lagi Andre meradang. Karina malah menghamburkan apa saja yang ada di nakas. Berkacak pinggang, memijit pelipis, Andre berteriak," Karinaaa! Hentikan wanita gila!" sambil berteriak Andre menghampiri Karina lalu menangkap lengannya dan menerima berontakan darinya. Beruntung tenaga Andre tetap lebih besar dari Karina hingga lelaki itu masih bisa mengendalikan istrinya.
Menyeret Karina dengan sedikit kasar, Andre mendudukkan Karina di sofa yang ada di kamar. Sofa tua namun masih kuat dan bagus itu peninggalan Mina yang memang tak pernah dipindahkan oleh Andre sejak mereka masuk ke rumah itu.
Karina meronta minta dilepaskan dari cekalan tangan Andre. Namun lelaki itu tetap saja tidak berniat melepaskan Karina. Dia kemudian mengikat tangan Karina terlebih dahulu agar tak melawan, baru kemudian mengikat kaki dengan sangat cepat dan dengan kekuatan lebih dari biasanya. Sebab, Karina terus saja melawan dengan memukul lengan Andre.
Andre telah selesai membereskan kamar Karina dari serpihan kaca meja rias dan botol botol alat make up milik Karina yang sangat jarang digunakan oleh perempuan itu. Hanya bedak yang sering diusap Andre atau Sari ketika dia telah selesai mandi.
Berikutnya lelaki itu kembali ke kamarnya dan mendapati Karina tengah tertidur dalam posisi duduk dengan kaki dan tangan terikat.
Berdecak kesal karena tiba-tiba perasaan bersalah mulai menggerogoti hatinya. Harusnya dia tidak perlu seemosi ini. Bukankah dia tahu jika Karina sakit? Harusnya dia tidak meladeni kegilaan Karina, bukan? Bahkan harus berteriak tidak jelas seperti tadi.
Lelaki itu membuka ikatan tangan dan kaki Karina untuk kemudian membopong wanita itu ke kasur. Diselimutinya sang istri, mengatur ulang pendingin ruangan, Andre pun ikut merebahkan diri di sebelah Karina. Ikut terlelap bersama wanita itu.
Pagi menjelang, rasa kantuk masih menyerang Andre. Namun, pukulan bertubi-tubi yang diterima di seputar lengan dan dadanya memaksa lelaki itu untuk bangkit.
Hal pertama yang dilihatnya saat mata terbuka adalah Karina yang tengah dalam posisi duduk memukul mukul tubuhnya. Dengan sigap ditangkapnya kedua tangan istrinya itu, kemudian didorongnya tubuh Karina dengan kuat hingga Karina kembali terbaring dengan posisi Andre mengungkung tubuh Karina. Istrinya itu menggelengkan kepala dengan kuat ke kanan dan ke kiri. Berharap dapat lepas dari cekalan tangan Andre yang memang sudah memanas hati dan jiwanya sebab menerima pukulun beruntun dari Karina.
"Diaaam ... cukup!" pekik Andre yang membuat Karina menghentikan segala pergerakannya.
Melihat Karina sudah menghentikan amukannya, Andre perlahan melepaskan genggaman tangannya itu. Beringsut ke tepi kasur, melirik jam dinding yang menunjukkan hari masih pukul tiga dini hari.
Andre menoleh ke belakang, mendapati Karina dengan mata yang masih membeliak. Sejurus kemudian Andre mengambil obat tidur sebutir kecil yang ada di laci di bawah nakas, untuk diminumkannya pada Karina.
Digenggamnya gelas, Andre kembali menaiki ranjang mereka, menghulurkan lengannya di bawah leher Karina untuk kemudian ditegakkannya agar Karin meminum obatnya.
Karina mengatupkan rapat bibirnya. Tak mau membiarkan Andre memasukkan obat itu ke dalam mulutnya. Kembali Andre meradang.
Dibuka paksa oleh Andre mulutnya dengan cara menekan rahang Karina dengan kuat, membuat Karina meronta hingga gelas Andre terbanting ke sisi ranjang, mental dan bergulir sedikit hingga berakhir di lantai dalam kondisi pecah berserakan.
Andre melepaskan genggaman kasarnya dari mulut Karina. Mengambil kembali tali untuk mengikat tangan Karina agar perempuan itu bisa dicekoki obat tidur.
Saat kaki Andre sudah terayun beberapa langkah, terdengar pergeseran tubuh Karina dengan sprei kasur membuat Andre kembali menoleh sebab bunyi itu.
Mata Andre melotot lebar, Karina hendak turun ke sisi ranjang yang di bawahnya ada pecahan kaca.
"Karinaaa ...!" pekiknya.
Secepat kilat Andre menuju sisi lantai dengan serpihan kaca yang berhamburan itu dan menangkap kaki Karina dengan posisi berlutut. Namun naas, dia harus merelakan bagian jempol, telapak atas dan lututnya harus tertancap pecahan gelas yang tak kecil itu.
Merasakan kakinya dipeluk Andre, Karina tertegun. Namun wanita itu sama sekali tidak merespon lebih jauh lagi.
Untuk mencegah Karina berbuat yang tidak tidak kembali, Andre terpaksa membopongnya dengan menahan sakit telapak kaki dan lututnya yang masih menancap serpihan gelas di sana. Lelaki itu berjalan dengan telapak kiri yang tidak luka, sedang kaki kanan masih bisa menapak setengah bagiannya menuju sofa di mana tergeletak tali yang tadi sempat ditaruh oleh lelaki itu.
Mendudukkan Karina terlebih dahulu, lalu mendaratkan bokongnya juga di sofa, sejurus kemudian Andre mencabut serpihan kaca.
Diikatnya tangan Karina di atas pangkuan wanita itu, Andre melangkah menuju dapur untuk mengambil kembali gelas minum dengan jalannya yang tertatih tatih.
Pada akhirnya Karina menenggak obat itu walau dengan sedikit paksaan. Berikutnya Andre membopong Karina menuju kasur kembali dan membaringkannya di sana. Diusapnya kening Karina dengan pelan agar tidur istrinya itu kembali lelap.
Perlahan tapi pasti, kelopak itu bergerak mengatup hingga akhirnya terpejam erat. Sejurus kemudian, Andre membuka tali yang terikat pada tangan Karina, menaikkan selimut dan bergerak tertatih menuju kotak obat yang ada di meja sebelah sofa kamar itu.
Andre mendesah berat, melihat kakinya yang berdarah cukup banyak karena lukanya yang dalam. Besok dia berniat membicarakan perihal Karina ini dengan tantenya, Sari.
Setelah berbicara dengan Mina, diputuskan bahwa mau tak mau Karina harus menjalani perawatan bersama seorang psikiater. Namun demi menghindari terendusnya pergerakan Karina dan Mina yang tengah dicari oleh ayah tiri Karina, Andre dan Mina memutuskan akan memanggil psikiater secara berkala ke rumah mereka.
Jangan lupa bintangnya ya
Terima kasih...

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
Romanzi rosa / ChickLitKarina yang mengalami depresi pasca pemerkosaan yang dialaminya dinikahkan oleh bibinya dengan seorang pria yang masih ugal-ugalan bahkan di usianya yang sudah matang. Andre yang belum punya pekerjaan tentu saja mau menikah dengan Karina karena akan...