Bab 23

12.3K 892 12
                                    

Andre tengah memegangi tangannya dan saat Karina mengalihkan pandangan ke wajah sang suami, matanya telah terbuka.

Karina gugup.

"Mau kemana?" tanya Andre dengan suara lemahnya.

"Ke kamar Tante Mina ...," jawab Karina.

"Di sini aja, ya?" pinta Andre.

Karina sungguh tidak menyangka Andre akan memintanya tidur dalam satu kamar. Karina mulai bingung dengan sikap Andre tersebut. Apakah mungkin Andre mulai jatuh cinta padanya? Rasanya sulit dipercaya.

Karina pun mengangguk pasrah pada akhirnya.

Perempuan itu memutari ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai Karina menaiki ranjang perlahan. Sementara Andre tengah menatap langit-langit kamar.

Keheningan menyelimuti.

Sejurus kemudian Andre berusaha berbaring miring agar bisa melihat Karina. Karena merasa diperhatikan akhirnya Karina menoleh pada Andre.

"Kenapa kamu harus merelakan rumah orang tuamu?" tanya Andre.

"Aku tidak ingin melihatmu terluka begitu," kata Karina lirih.

"Rumah itu tidak ternilai harganya. Kenangan di dalamnya  membuat rumah itu tidak mungkin kamu berikan begitu saja," ucap Andre.

Karina memiringkan tubuhnya agar dapat leluasa memandang wajah Andre.

"Kenangan itu tidak bisa aku selamatkan. Tapi aku bisa menyelamatkan nyawa seseorang dengan kenangan itu. Aku tidak akan berpikir dua kali untuk merelakannya."

"Jangan lakukan itu. Aku mohon, ya? Jangan berikan rumah itu," kata Andre.

Karina menatap Andre nanar. Dia bertanya dalam hati apakah Andre sama sekali tidak merasakan jika itu dilakukan Karina karena baginya sekarang Andre adalah seseorang yang sangat penting untuknya. Karina yang tidak ingin membuat Andre tidur terlalu larut itu pun mengangguk mengiyakan.

Andre tersenyum lebar mendengarnya.

"Aku akan cari cara untuk membuat rumahmu tidak jadi dipindahkan, ya?" bujuk Andre.

Karina mengangguk pelan.

"Sekarang tidurlah!" titah Andre sembari merapat mendekati Karina lalu menarik selimutnya hingga ke dada. Perlahan Karina pun tertidur lebih dulu daripada Andre.

Lelaki itu masih betah menatap wajah Karina. Tanpa dia sadari, senyumannya menyungging melihat wajah cantik Karina. Dia mengelus wajah Karina.

"Jangan korbankan sesuatu yang besar untukku. Aku takut akan memendam rasa bersalah yang besar padamu. Jika itu terjadi, kita akan berada dalam sebuah hubungan yang terpaksa. Bukan karena cinta," kata Andre lirih.

Didekatkannya bibir ke arah kening Karina. Dikecupnya dahi Karina dengan lama.

Andre menarik kepalanya.

"Maafkan aku ...."

                           ***

Pagi perlahan merangkak naik saat Karina bangun dari tidurnya. Suara cicit burung pun terdengar ketika Karina membuka jendela kamar ruang tamu. Mencepol rambutnya ke atas, Karina berlalu dari sana dan segera menuju dapur untuk melihat apa yang bisa dia siapkan untuk sarapan pagi.

Memasuki ruang makan yang terhubung dengan pantri, Karina dikejutkan oleh kehadiran Sari.

"Tan--te? Udah beliin sarapan? Rina baru mau liat bisa masak apa nggak," ucap Karina.

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang