Andre berharap tidak ada lagi air mata kesedihan dari Karina. Dia juga tidak ingin jadi penyebab sedihnya sang istri. Dapat dipastikan peristiwa pemerkosaan itu meninggalkan duka cukup mendalam.
Jika hal itu tidak menyebabkan Karina terluka, tidak mungkin bukan perempuan itu menjadi terkena sakit mental?
Karina tersenyum hangat karena mendengar pengakuan Andre tiba-tiba. Mendengar janjinya, Karina merasa melayang bahagia. Tidak menyangka penantiannya berbuah manis. Lelaki yang mulai dia cintai itu, ternyata juga mencintainya dan bahkan berjanji tidak akan membiarkan dirinya mengalami kesedihan kembali.
Karina membalas pelukan sang suami. "Terima kasih sudah datang dalam hidupku. Terima kasih sudah menerima aku apa adanya. Terima kasih sudah menjagaku selama ini," kata Karina dengan mata yang berkaca-kaca karena terharu.
Keduanya agak lama berpelukan sebelum akhirnya Andre melepas dekapannya dan memegangi pipi Karina dengan kedua telapak besarnya lalu mengecup kedua pipi, kening, hidung dan terakhir bibir Karina.
Pada bagian bibir, Andre menciumnya agak lama, hingga suara rengekan Aksa memisahkan ciuman kedua orang tuanya.
Dengan sigap Andre bangkit dari duduknya lalu mendekati box Aksa, putra mereka dan menggendongnya dengan hati-hati. Sejak hari pertama lahir, Andre sama sekali tidak canggung menggendong Aksa. Dia berusaha keras menjadi ayah yang baik untuk Aksa. Keinginan kuat itu membuahkan hasil. Dia mulai mahir mengurusi buah hati mereka.
"Dia lapar? Udah disusuin tadi?" tanya Andre sembari menimang-nimang bayi mereka.
"Tadi kayaknya udah kenyang, deh! Mungkin mimpi aja kali," jawab Karina.
"Emangnya dia udah bisa mimpi? Mimpi apa? Mimpi ketemu cewek ya, dek?" seloroh Andre sembari menjawil pipi Aksa yang mulai gembul setelah usianya mendekati satu minggu.
Karina tergelak pelan mendengar candaan Andre.
Semburat tawa itu membuat Andre menghangat. Sesuai dugaannya, dia adalah pelaku pemerkosaan terhadap Karina. Lelaki yang membuat rencana hidup Karina berubah adalah dirinya. Andre pun akhirnya memutuskan mengubur dalam-dalam apa yang pernah dia lakukan di masa lalu dan menyimpan dengan rapi rahasia ini. Berharap Karina tidak akan pernah tahu, karena dia tidak akan sanggup melihat reaksi Karina jika tahu lelaki bejat itu adalah dirinya. Tugasnya kini hanya satu, membahagiakan Karina dan Aksa.
2 bulan kemudian
Setelah satu bulan lebih kelahiran Aksa, Andre dan Karina semakin dekat. Keduanya tampak sangat kompak mengurusi Aksa. Anak itu pun tumbuh ceria dan bahagia dalam pengasuhan kedua orang tua yang sangat mencintainya. Sangat jarang mereka mendengar Aksa menangis.
Bengkel Andre pun dari hari ke hari menunjukkan kemajuan pesat. Lelaki itu selalu bekerja keras demi menghidupi anak dan istrinya. Kejadian mengenai anting-anting itu sudah mulai dilupakannya.
"Nang ning ning nang nung, nang ning ning nang nung, ulu ulu cucu nenek mau mandi ini. Mandi sama nenek, ya?" kata Sari sembari mengangkat Aksa yang pipinya semakin bulat dari hari ke hari.
Karina yang berdiri di depan box Aksa dan tengah melipat selimut bayi hanya tersenyum menatap interaksi Sari dan Aksa. Sebenarnya sudah berulang kali Karina mengatakan bahwa Sari tidak perlu lagi memandikan Aksa karena dirinya sudah bisa sendiri. Namun, Sari mengatakan jika dia senang melakukannya. Karena dia tidak dikaruniai anak, maka dia senang mengurusi bayi. Apalagi bayi montok seperti Aksa.
"Tan, nggak capek ya bolak balik ke sini tiap hari," tanya Karina.
Sari menoleh. "Enggak, kok. Kalo sore mandinya sama nenek aja, ya ..., kalo pagi sama bunda," kata Sari.
Di rumah Karina saat ini juga sudah ada yang membantu. Mantan asisten rumah tangga Mina sekarang bekerja membantu Karina. Perempuan itu sudah sangat bersyukur dipertemukan dengan Sari dan Andre. Dia sangat bahagia dari hari ke hari. Terlebih Andre yang memperlakukan Aksa bagaikan darah dagingnya sendiri. Hal itu terkadang membuat Karina terharu.
Hingga suatu hari Andre harus menyerahkan data aset bengkel yang dia miliki kepada rekan bisnisnya untuk kepentingan perjanjian kerjasama. Kesemua data itu ada di rumah mereka. Sementara Andre tidak sempat membongkar lemarinya di rumah di mana tersimpan berkas-berkas miliknya tersebut.
Dengan terpaksa Andre menelepon Sari yang saat ini tengah di rumahnya menemani Karina.
"Hallo, Tan?" sapa Andre pada Sari.
"Hallo, Tantenya lagi mandiin Aksa. Kenapa?" tanya Karina. Ternyata yang menyambut telepon dari Andre.
"Oh, itu sayang ..., bisa ambil sertifikat tanah bengkel nggak? Yang copynya aja. Kalo yang asli ada di deposit box. Minta kopiannya aja. Di nakas sebelah kanan ya," kata Andre.
Karina hanya mengiyakan saja permintaan Andre.
"Terus, kalo kamu enggak keberatan anterin sebentar bisa? Soalnya nggak enak nih ninggelin kolega kita," imbuh Andre.
"Oke, aku tutup teleponnya. Bentar lagi aku ke bengkel," jawab Karina.
"Oke, sayang ..., makasih ya sebelum dan sesudahnya ..., mmmuaaach ... I love you ...," Andre mencium ponselnya.
"Love you too ...."
Sejurus kemudian Karina membawa langkahnya menuju kamar Andre di lantai dua.
Membuka nakas sebelah kanan di lantai dua, mata Karina terbelalak. Matanya terpaku pada sebuah benda yang amat dikenalinya. Benda yang sangat spesial baginya.
Dengan tangan bergetar dia mengambil benda tersebut dan menaruhnya di telapak tangan lalu memastikan jika benda itu adalah benda yang sama dengan kepunyaannya. Matanya mulai memerah karena menahan tangis dan juga menahan bara amarah.
Bulir bening itu mulai meluruh. Benda itu pun dia genggam di tangannya. Dia sudah memastikan jika benda itu adalah miliknya. Penemuan ini jelas membuatnya terkejut.
Kaki Karina tiba-tiba melunglai. Hingga perempuan itu terduduk di tepi ranjang dengan menggenggam benda itu. Kini dia memahami sesuatu. Kini dia mengetahui sesuatu. Tabir itu pun terkoyak sudah.
Sementara itu Andre yang belum lama menutup sambungan teleponnya dengan Karina tiba-tiba saja menyadari sesuatu. Sejurus kemudian dia menyentak kunci motor yang ada di atas meja kerjanya.
"Teman-teman saya tinggal sebentar, ya ...," pamit Andre pada rekan bisnisnya yang ada di ruang kerjanya itu.
Sebenarnya tadi dia sangat tidak enak hati jika meninggalkan rekan bisnisnya di kantor. Akan tetapi, dia teringat akan sesuatu yang membuatnya harus pulang ke rumah dengan segera. Dia harus mencegah sesuatu terjadi.
Sembari mengendarai motor, Andre menelepon Karina berulang kali, tetapi tidak dijawab. Andre mulai resah. Akhirnya dia menelepon Saroh.
"Hallo?" sapa Saroh.
"Di mana Mbak Karina?" tanya Andre.
"Kayaknya tadi naek ke lantai atas," kata Saroh.
Andre menggelengkan kepala. Entah apa yang akan terjadi. Sebuah rahasia yang dia tutupi bukan untuk sengaja membohongi, tetapi dia hanya tidak ingin membuka luka lama Karina. Terlebih dialah yang menjadi sebab Karina mengalami kesedihan dan kesengsaraan itu.
Andre memasuki rumah dengan berlari, menaiki tangga dengan melangkahi dua kali undakan tangga tiap lompatannya.
Membuka pintu kamar yang sudah terbuka setengah. Hingga penampakan dalam kamar terlihat jelas. Jantung Andre berdetak hebat.
Hai aku update...
Tapi nggak bisa double up...
Maaf ya... 🙏
Jangan lupa komennya yang banyak... Hehehe...
Dan bintangnya juga ya...
Terima kasih...🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
ChickLitKarina yang mengalami depresi pasca pemerkosaan yang dialaminya dinikahkan oleh bibinya dengan seorang pria yang masih ugal-ugalan bahkan di usianya yang sudah matang. Andre yang belum punya pekerjaan tentu saja mau menikah dengan Karina karena akan...