42

12.2K 940 46
                                    

Andre menggendong Karina menuju mobil. Diletakkannya sang istri dengan hati-hati di sofa sebelah pengemudi. Lelaki itu memutari mobil dan naik ke sofa pengemudi.

Karina masih memandang pigura berisi foto dia dan kedua orang tuanya dengan sendu. Diusapnya dengan lima jari foto itu. Andre menoleh pada sang istri. Lelaki itu pun mengelus pipi Karina dengan sayang.

"Udah, jangan nangis ... idungnya kayak tomat kalo nangis pengen tak gigit," canda Andre.

Mau tidak mau Karina tersenyum mendengar humor dari Andre.

Sembari mengendarai mobil, Andre bertanya pada Karina. "Kenapa sandalmu nggak dipake?"

"Itu ... waktu mau ambil barang-barangku aku diusir sama istrinya Om Anton. Aku diseretnya keluar sampe aku sepatuku lepas. Pas pagar ditutup aku nggak bisa ambil lagi."

Andre meremas kemudi mobil. Hatinya panas mendengar itu.

"Kurang ajar!" desisnya.

"Yang membuat aku tambah sedih, aku sama sekali nggak dibolehin bawa apa-apa dari sana," mata Karina lurus ke jalanan yang ada di depan sementara pigura didekapnya erat.

Sembari mengemudi, Andre mengusap sayang kepala Karina. Perempuan itu pun menoleh lalu tersenyum sendu pada sang suami.

"Makasih ...."

Andre menoleh, membalas menatap Karina dengan hangat lalu tersenyum.

Andre mengelap kaki Karina yang kotor dengan larutan NaCl. Lalu memberikannya salep.
Menaikkan kaki perempuan itu ke atas kasur perlahan. Kemudian lelaki itu mengambil baju untuk Karina dan menaruhnya di kasur sebelah Karina duduk.

"Ganti bajunya. Kuyup karena keringat. Aku bikinin susu dulu."

Karina mengangguk.

Sejurus kemudian Andre kembali ke kamar dengan segelas susu di tangan sedangkan Karina telah mengganti bajunya.

Andre menyodorkan susu dengan uap yang masih mengepul sedikit pada Karina.

"Habiskan. Bentar lagi Tante Sari datang untuk nemenin kamu."

Karina menatap lama pada Andre. "Kamu mau ke mana?"

"Ada yang harus aku kerjakan. Kamu di rumah saja. Aku janji nggak lama."

"Kakiku ... bisa sembuh tidak siang ini?" tanya Karina.

Andre menaikkan satu alisnya.

"Memangnya kenapa?" tanya pria itu.

"Aku harus ke kantor Mas Raka ...," cicit Karina.

Perempuan itu belum tahu jika rumah orang tuanya akan kembali lagi padanya. Dalam perjalanan tadi tidak ada pembahasan ke arah sana. Karina sama sekali tidak sadar bahwa Andre sudah terhubung dengan Raka. Dia mengira Andre hanya tidak sengaja telah menemukannya di jalanan beberapa waktu yang lalu.

Karena waktu yang sempit, Andre tidak sempat menjelaskan apa pun mengenai rumah Karina. Dia harus sampai ke kantor Raka sebelum Anton datang.

"Kamu istirahat aja, aku pergi ...," Andre mengecup kening Karina sementara perempuan itu tersenyum hangat.

Semua perlakuan Andre semakin tampak jelas. Dia hanya berdoa dalam hati selamanya Andre akan terus mencintainya. Kata-kata pria tadi tentang keinginannya untuk menua bersam Karina cukup menjadi penjelasan bahwa mereka akan terus bersama.

Andre mengendarai mobil Karina dengan kencang agar segera tiba di kantor Raka. Sementara itu Karina mengirimkan pesan pada Raka bahwa dia ingin akad pindah nama rumahnya ditunda hingga dia sembuh.

Decitan sepatu kets milik Andre yang bergesekan dengan lantai terdengar menggema di lobi kantor Raka. Lelaki itu  membawa sebuah rekaman suara milik Otong yang menceritakan kronologis bagaimana Anton memintanya mengancam Karina hingga terjadilah penganiayaan terhadap Andre malam itu.

Dengan bukti itu, Anton tidak akan berkutik. Mereka seharusnya melakukan tanda tangan di depan Raka pada jam dua siang ini. Namun, setelah menyerahkan rekaman pengakuan Otong pada Raka, maka status rumah Karina akan terus menjadi milik isrinya itu.

"Pak Andre, udah ditunggu sama Pak Raka di dalem, langsung masuk aja, Pak." Sekretaris Raka memberitahu Andre ketika melihat Andre datang.

"Makasih, Mbak."

Sejurus kemudian, Andre masuk ke dalam ruangan Raka.

"Gimana, Ndre?" tanya Raka.

"Ini rekamannya, Mas. Tolong digunakan untuk menekan Anton. Aku masih punya copynya," kata Andre seraya menyerahkan deska lepas pada Raka.

"Oke, thanks ya, Ndre."

"Oke, Mas.

Andre pun meninggalkan ruangan Raka dengan hati yang lega. Kini ada satu hal yang harus dia lakukan untuk menuntaskan segala masalah yang mengganggu pikirannya akhir-akhir ini. Menemui Naila dan mengatakan yang sesungguhnya pada gadis itu. Andre mengajak bertemu gadis itu di sebuah restoran tidak jauh dari rumah mereka.

"Ada apa, Bang?" tanya Naila.

"Gini, Nai. Abang sebelumnya minta maaf sama Nai. Ada yang mau abang ceritakan pada Naila."

"Apa itu, Bang?" tanya Naila.

"Abang tidak bisa melamar Naila.  Jadi tolong sampaikan pada Babe," Jawab Andre pelan.

"Ke--ke--kenapa, Bang?" tanya Naila terbata-bata.

"Abang udah menikah, Nai ...."

"A--a--apa?" tanya Naila terbata-bata lagi. Wajahnya sangat syok mendengar penjelasan Andre.

"Iya, Nai. Ceritanya panjang, Nai. Tapi itu semua terjadi di luar rencana abang, Nai. Tidak bisa dihindari. Abang mungkin salah sama Nai. Tapi abang nggak punya pilihan lain. Abang terlanjur menjalani pernikahan ini hampir satu tahun. Tidak mungkin abang menghentikan pernikahan ini begitu saja."

Tanpa kata-kata, Naila pergi berlari dari sana dengan tangis yang tertahan. Membuat Andre terkejut melihatnya. Lelaki itu hanya bisa menarik napas berat. Sungguh dia tidak ingin seperti ini, tetapi takdir berkata lain.

Ponsel Andre berdering. Dirogohnya telepon seluler itu dari kantong. Terpampanglah nama Rian karyawan bengkelnya.

"Hallo, Yan?" sapa Andre di ujung telepon.

"Ini, Bang. Kan Abang bilang kalo ada langganan kita yang namanya Rangga segera hubungi Abang. Ini dia orangnya datang mau ambil mobil.

Andre bertemu Rangga saat lelaki itu ke bengkel. Dia sangat hapal dengan pria itu karena tampilannya yang sangat berbeda dengan langganan Andre lainnya. Lalu bagaimana Rangga bisa sampai di sana? Itu semua karena mobil milik Shafa mengalami masalah hingga dibawa ke bengkel Andre. Karena lokasinya dekat dengan bengkel Andre, jadi dibawalah mobil itu ke sana.

Sampai akhirnya Andre melihat Rangga untuk yang kedua kalinya saat Karina menyebut nama Rangga di sebuah parkir pusat perbelanjaan. Andre dapat menyimpulkan pria yang sama itu adalah Rangga.

Melesat menuju bengkel yang memang tidak terlalu jauh dari rumah Sari, Andre mengendarai mobil dengan hati kebat kebit dan tidak sabaran.

Dia harus tahu bagaimana sesungguhnya Karina bisa hamil anak yang sama sekali tidak diinginkannya. Apakah karena Rangga yang tidak mau bertanggung jawab hingga akhirnya membuat Karina nyaris membenci janin yang dikandungnya? Yang pria itu rasakan bahwa ketika dia menemui Rangga, maka misteri mengenai Karina akan terkuak.

Aku up
Maaf ya pendek..
Aku lagi kurang sehat...
Kita lanjut besok insya Allah.

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang