58

24.4K 1K 54
                                        

Sesaat setelah Raka keluar dan menutup pintu, Karina pun beranjak dari kasur yang ada di ruangan itu dengan wajah cemberut. Secepat kilat Andre menarik tangan Karina.

"Sayang ... maafin abang ... beneran ini idenya Mas Raka. Jangan marah dong ...," Andre masih menggenggam tangan Karina sementara sang istri belum menoleh pada Andre.

Mendengar itu, Karina pun berbalik menatap sendu pada suaminya. Sementara tangan keduanya saling berpegangan. Sejenak mata mereka beradu pandang.

Melihat bias kerinduan yang terpancar dari bola mata Karina, Andre beringsut bangkit dari kasur seraya menarik tangan Karina untuk duduk di kasur. Sedangkan dirinya berpindah ke lantai bersimpuh di hadapan sang istri. Menggenggam tangan Karina, Andre menenggelamkan tatapannya ke dalam bola mata Karina.

"Abang minta maaf karena sudah ngikutin ide Mas Raka, ya?" kata Andre.

Wajah Karina masih memerengut.

"Itu aja?" tanya Karina.

"Hah?" Dahi Andre mengernyit.

"Tuh 'kan?" kata Karina setengah merajuk.

Perempuan itu pun bangkit kembali dari kasurnya, tetapi ditahan oleh sang suami.

"Sayang ... mau ke mana? Duduk dulu ... duduk dulu ...," kata Andre yang memegang lengan Karina dan mendudukkannya kembali ke kasur.

Tangan Andre kembali menggenggam tangan Karina. Sementara matanya kembali menatap netra Karina dalam-dalam.

"Oke ..., abang juga minta maaf untuk tidak membicarakan masalah ini lebih dulu ke kamu. Udah mengambil keputusan sendiri tanpa bicara sama kamu. Padahal nggak akan sepelik ini jadinya. Abang nggak bakal jadi overthinking gini. Udah mikirnya jauh. Abang kira kamu pengen bener-bener sendiri tanpa Abang ada di deket kamu."

Karina menghela napasnya berat. "Maksud aku untuk sendiri dulu itu karena aku perlu waktu aja menghilangkan rasa benci pada sosok yang telah melakukan perbuatan itu padaku. Mengatakan pada hatiku bahwa itu sebuah tindakan yang tidak sengaja. Agar benci itu hilang dan yang tinggal hanyalah cinta. Tapi ternyata hari ini aku sadar, aku memang membenci sosok pemerkosa itu. Tapi aku tidak mampu menepis rasa cinta di hati pada lelaki yang sama. Orang bilang rasa takut kehilangan adalah bukti cinta. Ternyata benar. Aku sempet mikir yang nggak-nggak tadinya. Udah cemas kalo terjadi apa-apa sama Abang."

Mendengar penuturan Karina, Andre memeluk erat sang istri dan mengusap punggungnya dengan rasa sayang.

"Maafkan abang yang udah salah paham sama kata-kata kamu sayang ..., bener yang dibilang Mas Raka, abang emang payah. Abang terlalu malu untuk bicara sama kamu," kata Andre.

"Tiap manusia pasti pernah punya salah. Nggak mungkin aku ngarepin abang bener seratus persen. Tapi, yang kita butuhkan cuma bicara. Dan bicaranya baik-baik aja. Supaya masing-masing bisa komunikasi dari hati ke hati."

Andre mengurai pelukannya. Tersenyum pada kekasih hati. Dia merasakan kelegaan yang luar biasa. Andre memandangi dengan takjub wanita yang ada di depannya itu. Dulu terkadang ada rasa kesal saat merawat Karina jika perempuan itu berulah. Namun, bagaimanapun kelakuan Karina saat itu Andre masih mendampinginya hingga akhirnya Karina sembuh. Dia tidak menyangka perempuan yang dia rawat itu ternyata telah membuatnya jatuh cinta.

Andre menaikkan kepalanya untuk mengecup dahi Karina lama.

"Terima kasih sudah mau mengerti aku dan memaafkan aku."

Andre memegang kedua pipi Karina dan mendekatkan hidung mereka hingga saling menempel.

"Aku mencintaimu," ucap Andre sementara mata sepasang suami istri itu terpejam.

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang