Aksa menutup mata saat terpaan sinar matahari pagi menerpa wajahnya. Sang ibu mendorong kereta bayi berwarna hitam itu menuju taman kecil di sebelah rumah mereka. Matahari sudah naik sepenggalah saat Karina membawa Aksa berjemur.
Sementara itu dari pintu samping yang menghubungkan ruang keluarga dan taman, muncul lelaki gondrong membawa segelas susu untuk istrinya.
Andre menaruh gelas itu di meja taman berwarna oak nan teduh karena pohon mangga yang menaunginya.
"Nih susunya," kata Andre.
"Makasih, sayangku ...," kata Karina.
"Sama-sama darlingku ...," jawab Andre.
Tiba-tiba saja Aksa terbatuk. Sepasang suami istri itu pun menoleh pada kereta bayi.
"Kok batuk? Sakitkah?" tanya Andre cemas.
Karina menggeleng. "Bukan kayaknya. Dia hanya tersedak karena kebucinan kita."
Andre tertawa mendengarnya. "Hahaha ..., kamu bisa aja deh sayang ...," ujar Andre di sisa-sisa tawanya.
Bibir Karina mengembang mendengar tawa keras sang suami.
Sejurus kemudian Andre duduk bersebelahan dengan Karina yang memandang Aksa dengan penuh sayang. Dia sangat bersyukur ada Sari yang mendampingi hari-hari beratnya kala itu. Jika tidak, mungkin tidak akan ada Aksa hari ini. Seorang anak yang tidak berdosa sama sekali.
Sari terus menerus meyakinkan dirinya bahwa bayi itu tidak bersalah dan wanita paruh baya itu berjanji akan selalu mendampinginya hingga hari melahirkan tiba. Ternyata Sari benar-benar menepati janjinya. Sekuat yang dia mampu, dia memang selalu ada saat Karina membutuhkannya. Tiba-tiba rasa rindu pada Sari menguasai hatinya.
Andre menarik Karina dalam dekapannya. "Lagi mikirin apa, sih?"
"Nggak apa-apa. Nggak mikir apa-apa, kok. Hanya kangen Tante Sari."
"Oh, kita suruh dia ke sini?" tanya Andre.
Karina menggelengkan kepala dalam pelukan Andre. "Enggak usah, kasian Tante mesti bolak-balik."
Karina melepas dekapan Andre, duduk tegak dan menatap Andre dengan pandangan serius.
"Bang ..., aku belum pernah kenalan sama mertuaku. Sama Ogi. Seharusnya udah lama kita ke rumah ibu."
Hati Andre menghangat mendengar permintaan Karina. Bukannya tidak ingin mempertemukan ibu dan istrinya. Akan tetapi, masalah demi masalah yang mereka hadapi membuat pertemuan mertua dan menantu itu terasa belum terlalu penting. Belum lagi Andre tidak ingin ibunya tahu mengenai berbagai masalah yang dia dan Karina hadapi dalam berumah tangga. Sekarang, justru Karina yang meminta untuk dipertemukan dengan mertuanya. Andre tentu saja terharu.
Andre mencubit hidung Karina dengan sayang.
"Sa--kit ...," keluh Karina.
Andre hanya terkekeh menanggapi keluhan Karina.
"Abisnya gemes sih sama istriku tersayang ...," Jawab Andre.
Senyum Karina pun mengembang.
"Nanti sore ya kita ke sana. Kita makan malam di sana. Gimana?" tanya Andre.
"Setuju."
Ruang keluarga rumah Sari terasa hangat dengan riuhnya suara mereka yang tengah menggoda Aksa dengan pipi gembilnya.
"Yang cakep ye, tong ..., jangan kayak baba lu, agak kurang---" kata-kata Sari pada Aksa yang tengah digendong neneknya dipotong langsung oleh Andre.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah untuk Anakku
ChickLitKarina yang mengalami depresi pasca pemerkosaan yang dialaminya dinikahkan oleh bibinya dengan seorang pria yang masih ugal-ugalan bahkan di usianya yang sudah matang. Andre yang belum punya pekerjaan tentu saja mau menikah dengan Karina karena akan...