Menghilang

11.7K 890 10
                                    

Lagi-lagi perempuan itu membuat Andre kesal. Menghilang di kamar, ke mana perginya perempuan itu? Bukankah menuruni tangga harus melewati meja makan lebih dulu? Dia tadi tidak kemana mana bukan? Hanya duduk di meja makan.

Namun, setelah diingat-ingat memang tadi dia sempat masuk kamar mandi yang ada di dekat dapur. Jangan-jangan saat itulah Karina keluar rumah? Andre memijit dahinya bingung mencari jawaban dari pertanyaan yang muncul di dalam kepala.

Tanpa banyak berpikir lagi, Andre berlari menuruni undakan tangga bagai orang kesetanan. Entah kemana akan dilarikan kakinya mencari Karina.

Andre menyambar kunci motor miliknya. Saat-saat seperti ini pastinya memakai motor adalah pilihan tepat. Mobil Karina amat jarang dipakai, namun Andre rajin merawatnya.

Andre mengalami kebingungan saat harus memilih belokan di depan gerbang rumah mereka. Ke kanankah? Atau ke kiri. Ah, nanti dia akan membekali GPS di kantong baju Karina agar mudah mencarinya jika terjadi hal seperti ini lagi. Andre tak menyangka perempuan itu bisa juga berjalan keluar rumah.

Sudah setengah jam Andre mengitari sekitaran kawasan di mana rumah Mina dibangun. Nyatanya belum ditemukan juga keberadaan Karina. Tadi setelah belok kanan dari pagar rumahnya, Andre harus memutar arah balik sebab dia sudah berada di ujung kawasan perumahan yang berbatasan dengan pagar tinggi milik sebuah sekolah dasar negeri. Jalan buntu.

Hingga tiba tiba saja Andre menekan rem tangan motor maticnya dengan sekali sentak membuat ban motor itu berdecit. Matanya tak lepas dari melihat sebuah pemandangan yang mengiris nuraninya.

Wanita itu yang masih memakai dress panjangnya itu dalam keadaan yang tidak dapat dikatakan baik-baik saja tengah dikerumuni anak-anak kecil di tengah sebuah taman yang memang sering dikunjungi anak-anak yang pulang sekolah untuk membeli jajanan yang berjejer di sana.

Walaupun bagi Andre Karina adalah istri di atas kertas, dirinya masih punya hati menyaksikan bagaimana anak-anak itu melemparinya dengan batu kerikil kecil sambil berteriak 'orang gila' atau 'pergi sana', sementara Karina hanya duduk menutup tubuhnya dengan menekuk lutut serta menjatuhkan kepalanya di lutut. Sedangkan kedua tangan memeluk betis.

Siapa yang tidak menduga jika Karina adalah orang gila? Rambutnya acak-acakan karena belum sempat disisir oleh Andre, karena lelaki itu hanya sempat mengganti baju Karina. Sementara kakinya tidak memakai alas sama sekali.

Secepatnya Andre menaruh motornya tidak jauh dari anak-anak yang mengerumuni Karina dan melesat cepat menghampiri perempuan itu. Sejenak pikirannya berkelabat alangkah lelahnya mengurusi Karina. Dia bukanlah lelaki baik hati yang punya nurani sejati.

Dirinya bahkan lebih tidak peduli akan derita orang lain, sebab memikirkan dirinya dan keluarga saja terasa menghabiskan waktu. Dia lebih senang menikmati waktu bersama dengan teman-teman yang dekat dari rumah mereka sambil nongkrong dan main gitar. Itu terjadi dari mulai saat dia masih belum mendapat pekerjaan setelah menamatkan kuliah.

Anak-anak yang menganggur dekat dari tempat tinggal Andre seringkali mengajak Andre kumpul-kumpul tidak jelas, membuat Andre memiliki kebiasaan kurang baik. Hingga kebiasaan ini berlanjut walau Andre sudah dapat pekerjaan. Dan inilah salah satu alasan Babe Jupri menolak lamaran Andre.

Diusirnya anak anak itu dari sana dengan mengibaskan sembari berkata 'hush', ah Andre tidak punya stok kesabaran jika berhadapan dengan situasi semacam ini.

Diraihnya Karina dengan telapak besarnya dan menegakkan tubuh gadis itu dengan benar. Karina mendongakkan kepalanya menatap Andre dengan tatapan kosong namun seperti ada binar senang berpendar sedikit.

Andre merapikan sejenak rambut yang kusut masai itu. Merundukkan tubuhnya demi mengibas-ngibas dress Karina di bagian roknya yang menempel rumput-rumput kecil agar bersih. Sejurus kemudian dia menengadahkan kepala, tatap keduanya terpaku. Karina ternyata memperhatikan Andre yang tengah membersihkan pakaiannya.

Andre terpaku menerima tatapan itu. Dia hanya tidak mengerti makna sorot mata Karina. Sejurus kemudian Andre menggendong Karina menuju motor lalu mendudukkannya di sana sebelum Andre duduk di bagian depan motor.

Setelah siap meluncur, Andre mengambil kedua tangan Karina agar bisa memeluk tubuhnya. Andre tidak mau Karina terjatuh tentu saja. Sejurus kemudian motor dilajukan pelan kembali menuju rumah.

Sesampainya di kediaman mereka, hal pertama yang dilakukan Andre adalah memeriksa kondisi fisik Karina di kamar perempuan itu. Di tangan ada beberapa luka lecet. Kaki? Jangan ditanya. Kaki yang Andre tahu sangat terawat itu, sekarang nampak sangat kotor dan hitam kena debu jalanan yang menebal. Lecet? Sudah pasti. Kaki yang tadinya mulus itu mengelupas dan berdarah di beberapa tempat.

Andre berlari menuju dapur basah dan mengambil sebuah baskom lalu menaruh air hangat yang mengucur dari shower kamar mandi.

Luka lecet di tangan tidak seberapa. Namun luka di kaki lebih parah dan banyak, hampir keseluruhan telapak kaki Karina luka. Ditambah debu itu membuat Andre kuatir jika kaki istrinya itu mengalami infeksi.

Perlahan lelaki itu mencecap kaki Karina sedikit demi sedikit dengan kain basah yang telah dicelupkan ke air hangat agar  terbebas dari kotoran kotoran yang menghitam. Barulah berikutnya kaki Karina perlahan ditempeli kasa yang telah basah oleh larutan alkohol untuk mencegah bakteri maupun kuman masuk ke dalam luka di kaki Karina.

Tak jarang Karina mengeluarkan desisannya menahan sakit. Tiap keluar desisan itu Andre akan menatap Karina sejenak yang juga ternyata tengah menundukkan kepala memperhatikan tiap tiap pergerakan Andre mengobati kakinya. Tatapan mereka bertemu sesekali.

Kaki dan tangan Karina ditetesi dengan antiseptik, sebelum kemudian Andre menyisiri rambut legam milik Karina tang yang kusut. Sejurus kemudian lelaki itu memberikan obat yang tadi sedianya akan diberikan kepada Karina. Ada yang aneh kali ini, Karina tak lagi memberontak  saat akan menenggak obat yang diberikan oleh Andre.

Lelaki itu menaikkan kaki Karina yang menjuntai di pinggir kasur agar perempuan itu dapat berbaring dengan nyaman. Diselimutinya Karina hingga ke dada. Lagi-lagi sepasang suami istri itu saling melihat dengan sorot yang mereka berdua tidak tahu maknanya.

Andre duduk di tepi ranjang dan mulai mengusap pelipis Karina hendak menidurkannya. Perlahan kantuk pun menyerang Karina hingga matanya terpejam erat.

Baru saja Andre hendak menyandarkan punggungnya di sofa ruang keluarga memulai kesenangannya menyaksikan pertandingan bola tingkat dunia. Sayup-sayup dari kamar Karina di atas terdengar suara gaduh. Seperti suara benda pecah belah yang terbanting bersamaan dengan suara 'bum' .

Secepat yang dia bisa Andre berlari ke kamar Karina dan berkacak pinggang di ambang pintu dengan raut kesal dan marah. Gelegak emosi bergemuruh di dalam dadanya membuat pundaknya naik turun serta nafas yang memburu.

"Karinaaa! Benar benar!"
Karina menatap Andre dengan tatapan dingin namun ada kilat amarah di sana. Perempuan itu berdiri sementara di sekeliling kakinya berserakan kaca meja rias yang pecah. Karina membalikkan meja riasnya itu hingga menyebabkan kacanya berhamburan di lantai.

Andre bergegas menghampiri Karina dengan lebih dulu memakai sandal bulu milik Karina yang ada di samping pintu kamarnya.

"Bisa nggak sih nggak bikin ulah? Kamu cari perhatian ya? Pura pura gila atau apa? Kenapa gila model kamu ngeselin gini sih?" Andre mengguncang lengan Karina dengan hentakan yang cukup bertenaga membuat tubuh Karina bergoyang ke depan dan ke belakang.

Tanpa terasa Andre menggenggam lengan Karina dan mendengar desisannya. Ah, lelaki itu lupa lagi. Karina tak waras, wajar saja tingkahnya aneh begini.

Memilih mengalah pada ego dan amarahnya Andre menggendong Karina ke kasur dan membaringkannya di sana. Karina memberontak, hendak turun kembali. Namun Andre menahan bahu Karina. Nampaknya kali ini kekuatan Karina bertambah besar dari sebelum sebelumnya. Andre membawa perempuan itu ke kamarnya, menguncinya terlebih dahulu di sana.

Setengah berlari Andre ke gudang mencari seutas tali plastik yang akan diikatkannya pada tangan dan kaki Karina agar dia tak berulah kembali.

Balik ke kamar lagi-lagi Andre meradang. Karina malah menghamburkan apa saja yang ada di nakas. Berkacak pinggang dan memijit pelipis, Andre berteriak, "Karinaaa! Hentikan wanita gila!" sambil berteriak Andre ....

Apa ya yang dilakukan Andre setelah ini? Apakah kesabarannya akan terkikis?

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang