Bab 14

10.9K 932 17
                                    

"Ada apa Nai?" Andre mendekat pada Naila.

"Itu, Bang. Mobil Babe mogok. Nggak tau kenape. Babe bilang minta benerinnye ame abang langsung. Babe kagak pecaye ame anak buah abang ."

"Oh, oke. Yuk kita lihat. Mobilnya di mana?" tanya Andre seraya berlalu dari sana.

Karina melihat punggung Andre menghilang dari balik pintu dengan tatapan sendunya. Karena bekalnya belum akan dimakan sang suami, Karina menutup kembali box makan di sana.

Ibu hamil itu pun membuka majalah-majalah yang ada di bawah meja sofa hingga kantuk menyergapnya tiba-tiba.

Andre menyembulkan kepalanya ke dalam dan menyisir isi ruangan. Lega menguasai hati saat mendapati sang istri tertidur di sofa. Perutnya yang sudah bulat agak besar berumur tujuh bulan lebih itu membuat Andre mengalihkan pandangannya. Andai Karina tidak hamil anak lelaki lain, mungkin dia sudah jatuh cinta pada istrinya itu. Namun, takdir berkata lain.

Andre menghampiri Karina, menarik majalah otomotif di pangkuan ibu hamil itu. Karina menggeliat, Andre menghentikan gerakannya. Ibu hamil itu membuka matanya perlahan. Pandangannya pertama kali buram, perlahan bias cahaya masuk membuat penglihatannya jelas dan mendapati seraut wajah yang memandanginya dengan jarak teramat dekat. Sejenak keduanya saling pandang. Beberapa detik kemudian, Andre menarik mundur kepalanya hingga tubuhnya tegak menjulang di hadapan Karina.

"Udah selesai?" Karina menegakkan punggungnya.

Andre mengangguk.

"Makan sekarang, ya?"

"Kamu masak apa?"

"Hmmm ... ayam goreng sama tumis kangkung."

"Bisa?"

"Hmmm ... dibantu youtube."

Andre tersenyum teduh. Karina terpana melihat senyumnya. Perempuan itu membuka box makan, menatanya di atas meja. Sejurus kemudian dia mengambil tisu basah dari dalam tas, menggenggam telapak tangan sang suami dan mengusapnya tanpa kata hingga bersih. Tangan Andre memang kotor bahkan menghitam karena memeriksa mobil Naila tadi. Andre tertegun. Lekat-lekat ditatapnya wajah sang istri, dan tetiba saja menciptakan desir di dalam dadanya.

"Selesai." Karina menaikkan pandangannya dan mendapati Andre tengah mengamati dirinya.

"Tangannya udah bersih. Makanlah." Suara Karina menyapa gendang telinga Andre membuatnya gelagapan.

"Oh, iya."

Andre melahap makan siangnya.

"Rasanya gimana?"

"Hmmm lumayan ... lebih baik dari pagi tadi."

"Pake panduan sih ... youtube," timpal Karina.

Andre mengangguk dan nasi di kotak yang dituangi oleh Karina tadi tandas tak bersisa.

Karina membereskan kotak bekalnya, dan bangkit untuk melangkah keluar kantor Andre diantar sang suami hingga ke pintu.

Sebelum menghilang di belokan halaman, Karina dikejutkan oleh suara Andre, "Yakin nggak mau dianter?"

Karina membalikkan tubuhnya, tersenyum lalu menggeleng.

"Hati-hati."

Karina mengangguk lalu kembali melangkahkan kakinya menuju jalan utama.

Melangkah pelan sembari mengelus perutnya, Karina mendadak merasakan kesedihan. Masih lekat dalam ingatannya senyum hangat sang suami untuk perempuan yang datang tadi. Tampilan wanita itu sontak membuat Karina rendah diri.

Ayah untuk AnakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang