MIRROR |39 KEMARAHAN GHEA

24 6 0
                                    

Ghea membanting pintu cukup keras di kamarnya. Menjatuhkan diri di atas kasur dengan telungkup. Tidak habis pikir. Jadi selama ini, Zidhan hanya menganggap kehadiran Ghea itu sebagai anak angkat saja!

Betapa sulitnya dia mengakui apa yang telah dia perbuat. Betapa egoisnya dia hanya memikirkan karirnya itu. Apa baginya Ghea sangat tidak penting?

Ataukah Ghea ini semacam bumerang di keluarganya?

Menyesal. Ghea sungguh menyesali kenapa dia harus tinggal dengan Zidhan. Meskipun, dia memberikan perhatian yang tidak pernah diberikan Wira, meskipun sekejam apapun Wira pada Ghea, Wira tidak pernah menganggap Ghea anak angkat. Justru sebaliknya, Wira lebih memilih mengakui Ghea sebagai anak kandung meskipun pada kenyataannya tidak. Meskipun kelahirannya yang membuat keluarganya hancur.

Dibanding Zidhan, Wira jauh lebih manusiawi dalam hal mengakui darah dagingnya.

"Jadi, Almarhum Mamanya Ghea yang meninggal enam belas tahun lalu, menitipkan Ghea kepada kami. Karena kami ini sahabatnya. Selama enam belas tahun itu, Ghea dirawat oleh Nenek dan Kakeknya dan kami hilang kontak. Kami bertemu lagi saat kebetulan Zidhan satu tempat syuting. Dan sekarang, kami membawa Ghea kembali untuk tinggal dengan kami."

Ghea terbayang kembali tayangan tadi. Risa ikut memanipulasi dengan baik awak media dengan mengaku Manda adalah teman baiknya. Padahal sudah jelas. Tidak ada teman yang berkhianat. Ghea sangat tahu. Bahwa Risa itu sebenarnya bukanlah teman Manda. Di mimpinya, justru Risa adalah salah satu anak gadis yang selalu melakukan intimidasi terhadap Manda. Menghasut semua orang untuk menjauhi Manda yang notabenenya memiliki Ibu yang tidak waras.

"Apa kalian sudah ada rencana menikah?"

"Rencananya kami akan menikah jika Ghea merestui hubungan kami. Peran Ghea itu sangat penting. Mengingat dia adalah anak yatim piatu yang butuh kasih sayang lengkap dari kedua orang tuanya."

Ghea meremas seprai dengan gusar. Bibirnya menipis. Lalu disapu-nya barang-barang di nakas secara kasar.

"Pembohong!" umpatnya.

Belum pernah dia merasa semarah ini sampai mengumpat kasar. Dia tahu sekarang mengapa Zidhan tidak pernah ingin menerima perjodohan itu. Risa memang bukan wanita baik. Risa itu wanita yang jago sebagai penjilat.

Sejurus kemudian, Ghea baru sadar bahwa dia sudah menjatuhkan foto Manda. Dia merosot ke lantai dengan pilu. Diraihnya foto itu. Didekapnya seakan benda itu dapat menyalurkan kerinduannya terhadap mamanya.

"Maafin Ghea Ma ..." katanya dengan getir. "Maafin Ghea. Seharusnya Ghea gak mengkhianati Mama. Harusnya Ghea gak biarin wanita itu merebut Papa dari Mama ...."

Terdengar suara klakson mobil di luar rumah. Ghea tahu itu mobil Zidhan yang baru saja pulang. Karena sejak tadi, yang ada di rumah hanya Ghea dan supir yang mengantarkannya pulang dari rumah sakit.

Ghea bergegas naik ke ranjang kembali, menghapus air matanya. Dan menyelimuti dirinya sampai ke leher.

Tidak berapa lama, derit pintu dibuka dan suara langkah sepatu menyentuh lantai mendekati Ghea. Duduk di tepi ranjang. Zidhan menyentuh kepala Ghea. Mengusapnya dengan lembut.

"Ghea, apa kamu sudah tidur?" ucap Zidhan.

Ghea merapatkan matanya.

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang