MIRROR |3 SEKOLAH BARU

75 14 0
                                    

PART 3
SEKOLAH BARU

________________________________________

Setelah bel istirahat berbunyi. Ghea diajak berkeliling sekolah oleh Arin. Ghea berdiri di dekat balkon kelasnya sambil menatap ke balkon di hadapannya. Arin bilang, lantai dua di seberang kelasnya adalah kelas IPA semua. Ghea jadi penasaran, anak kelas IPA itu orangnya seperti apa. Karena menurut pengakuan anak IPS, anak IPA itu pintar-pintar dan berprestasi. Selain itu, kelas IPA juga sering mendapat gelar The Goblet Class karena sebagian besar muridnya banyak menyumbangkan piala dan juga tropi.

Ghea menyipitkan mata saat tatapannya tak sengaja berhenti pada siluet seseorang di gedung kelas IPA. Pikirannya mendadak berputar-putar di kepala, seolah-olah sedang kembali mengingat nama siapa pemilik wajah dan tubuh tegap itu.

Nggak salah lagi, itu Rizza.

Buru-buru Ghea melangkah setengah berlari menuruni anak tangga ke lantai satu. Karena Ghea lihat, cowok itu juga menuruni anak tangga dan berjalan diantara lorong koridor.

“Rizza!” panggil Ghea.

Cowok yang dipanggil Rizza itu hanya memasang earphone saat melihat seorang gadis yang mengejar-ngejarnya dari belakang. Rizza tidak menggubris panggilan dari gadis itu. Ia justru malah buru-buru mengambil langkah seribu-nya untuk menghindar.

Siapa sih tu cewek?

“Lo Rizza 'kan?”

Setelah berlari cukup jauh, akhirnya Ghea bisa mensejajarkan langkahnya dengan cowok itu. “Gak salah lagi, lo itu Rizza,” ucapnya. Ketika melihat wajah putih cowok itu untuk memastikan kalau Ghea tidak salah orang.

“Rizza, berhenti dulu napa! Ini gue Ghea. Lo masih inget gue kan?”

“Rizza, lo denger gue gak sih?!” Tanyanya geram.

“Riz—”

Brugh!

“Aduh!”

Rizza berdecak mendengar suara jatuh Ghea karena terpeleset. Rizza akui, ia memang tidak perduli pada orang lain yang mengaku sebagai fans fanatik-nya. Tapi bukan berarti Rizza juga tidak punya hati. Rizza berbalik badan untuk melihat keadaan gadis yang mengejar-ngejarnya tadi.

Sementara itu, Ghea meringis saat kakinya terasa sakit karena terkilir. Ia tak habis pikir, mengapa cowok yang bernama Rizza itu masih saja sangat cuek seperti dulu dan bahkan dengan teganya membiarkan dirinya duduk di lantai tanpa ada niatan menolong.

Hingga uluran sebuah tangan kekar membuat Ghea tersentak, kaget. Kemudian Ghea mendongakkan wajah untuk melihat siapa pemilik tangan berhati malaikat dihadapannya ini.

“Are you ok?”

Ghea mengangguk samar dengan wajah melongo. Lantas, menerima dengan senang hati, uluran tangan seorang cowok berwajah eksotis dihadapannya yang mencoba membantunya berdiri. “Lain kali kalau ngefans sama cowok, cukup diliatin aja dari jauh. Gak usah sampe ngejar-ngejar kayak gini,” ucap cowok itu.

“Ngefans?” Ghea membeo dengan tatapan bingung, kemudian ia melirik sekilas ke arah Rizza yang sedang berdiri dengan tampang acuh tidak jauh darinya.

“Nggak usah malu-malu kali, gue tahu tipikal cewek kayak lo. Stalker 'kan?”

Ghea semakin bingung. Ngefans? Stalker? Maksudnya apa coba?

Apaan sih lo? Gue emang kenal sama Rizza.”

“Semua cewek disekolah ini emang kenal Rizza kali. Siapa sih yang nggak kenal sama tu cowok.”

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang