MIRROR |21 MATI

35 7 0
                                    

MIRROR 21
MATI

🎶Ari Lasso-Hampa

“Diana Amanda ... Diana Amanda ... Diana Amanda ....”

Asap keperakan keluar dari cermin rias di kamar Manda. Ghea tidak banyak bicara lagi begitu melihat Kakaknya sudah mulai berdiri di sampingnya. Gadis itu tidak memperhatikan raut Manda saat ini yang tak seperti biasanya.

“Manda, lo kemana aja sih? Katanya mau ajarin gue main gitar.” Ghea mengangkat gitar milik Manda ke pangkuannya sambil duduk di kasur dan menyetem senar gitar.

“Lo tahu? Ayah ngerayain ulang tahun lo semalam. Dan itu nyakitin perasaan gue. Gue iri lihatnya Manda. Gue gak tahan terus-terusan diperlakukan kayak gini.” Ghea menoleh. Dan dia baru sadar kalau Manda sejak tadi tidak mendengarkan ucapannya. Manda justru menangis.

Tidak bisa dibayangkan. Tetapi ada hantu menangis dan mengeluarkan air mata di depannya sekarang.

Ghea memindahkan posisi duduknya ke dekat Manda. “Lo kenapa?” ia bertanya dengan nada hati-hati.

Manda sesegukan menjawabnya, “Aku ... Aku mengikuti Zidhan sejak dari kemarin. Aku melihatnya pergi ke danau, aku melihatnya dia hampir bunuh diri, dia juga baru saja ke tempat Mama ku dan yang paling membuat ku sedih adalah sahabatku mengkhianati ku. Risa menyukai Zidhan.”

Rupanya Ghea salah waktu. Menepuk bahu Manda, Ghea mencoba menenangkannya.

“Apa lo perlu waktu sendiri? Kalau lo perlu menyendiri gue gak bakal ganggu lo. Gue bisa latihan lain kali aja.”

Mengusap air matanya cepat, Manda lantas menggeleng. “Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku hanya terharu. Betapa tulusnya Zidhan mencintai ku.”

Ghea sedikit meragukannya.

“Kamu mau minta bantuan apa?” ucap Manda setelah acara terisak-nya selesai.

“Cuma mau diajarin main gitar,” tutur Ghea. Ia menepuk dua kali gitar di pangkuannya. “Tapi ... Gue juga pengen kabur dari rumah. Lo bisa bantu gue cariin tempat mungkin?”

“Tidak Ghea. Kamu tidak boleh melakukan itu. Ayah dan Tante Mama bisa khawatir.”

“Khawatir untuk waktu yang singkat,” celetuk Ghea meremehkan. Lantas ia menurunkan gitarnya dari ranjang ke lantai. “Manda, gue dulu udah pernah kabur. Dan mereka menyesal, tapi setelah itu apa? Ayah tetap menjadi sosok Ayah yang penuh emosi.”

“Tapi Ghea—”

“Kalau lo gak mau kasih tahu tempat untuk gue tidur. Gak masalah. Gue bisa minta bantuan Rizza.”

“Manda tidak akan mengizinkan kalau kamu tinggal satu atap dengan Rizza,” tegas Manda sambil bangun dan berjalan ke arah pintu.

“Kenapa?” sergah Ghea cepat. “Takut kalau dia bakal ngapa-ngapain gue?” katanya sedikit menyindir.

Ghea lalu membuang wajah dengan tangan terlipat di dada. “Sori, ya. Rizza emang ganteng. Tapi dia gak bejad.”

“Apa maksud mu bicara begitu?” Manda menoleh cepat. Ia merasa tertohok.

“Gak. Gue cuma mau bilang kalau Rizza bukan Drey karakter di film yang suka ngoleksi wanita buat jadi mainan,” kelakar Ghea.

“Tapi tetap saja. Rizza itu laki-laki, kamu perempuan. Tidak boleh.”

Sangat tidak adil sekali. Ucapan Manda itu seperti Ghea dilarang berdekatan dengan laki-laki sementara dirinya sendiri pernah sangat memuja Zidhan.

Tuhan ...

Drama macam apa ini?

Okelah. Kalau gitu lo bisa tunjukkin gue temp—”

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang