EXTRA PART

23 3 0
                                    


Rembulan membiaskan cahayanya. Jendela itu lagi-lagi terbuka sendiri. Biasanya. Itu pertanda kalau Manda datang. Ghea yang meringkuk di kasur dengan lampu temaram, mulai menyibakkan selimut. Sosok putih itu kembali muncul. Bersenandung di balik tirai tipis yang melambai tertiup angin.

“Pa... Ra... Ra... Ra... Ra... Pa... Ra... Ra....”

“Siapa? Apa itu Mama?”

“Aku ingin berjalan bersamamu... Dalam hujan dan malam gelap....”

Hawa dingin menusuk kulit Ghea bersamaan dengan lampu berkedip dua detik sekali.

“Tapi aku tak, bisa... Melihat, mata mu....”

“Mama?”

“Aku ingin berdua dengan mu... Diantara daun gugur....”

“Aku ingin berdua dengan mu. Tapi aku hanya melihat keresahan mu.”

“Aku menunggu dengan sabar. Di atas sini melayang-layang... Tergoyang angin. Menantikan tubuh itu....”

Perlahan Ghea menurunkan kakinya menyentuh lantai. Berjalan mendekati dengan keraguan dalam. Dia mengarahkan tangannya menuju ke punggung sosok itu. Menyentuhnya. Dan sekali lagi memanggilnya.

“Mama?”

Sosok itu menolehkan kepala. Rambut hitam panjangnya menutupi sebagian wajah yang ingin Ghea lihat.

“Bukalah kembali kenangannya!”

🥀🥀🥀

“Ibumu gila!”

“Tidak! Ibuku tidak gila!”

“Yatim piatu lebih menyedihkan.”

Salah satu anak gadis berlari menjauh dari bukit. Satu lainnya menghampiri seorang anak lelaki yang bersandar di bawah pohon. Tatapan anak laki-laki itu begitu dingin ketika mata mereka beradu pandang.

Anak laki-laki itu beranjak menemui anak gadis yang berdiri di dekatnya saat itu. Sebuah bunga dandelion liar diberikan si anak laki-laki kepada anak gadis itu.

Anak gadis itu menerima bunganya, lalu mengukir senyuman tipis.

Cuaca sangat cerah. Sekitar pukul delapan dua anak kecil itu bertemu di atas bukit lagi di lain waktu. Keduanya berbaring menghadap langit di atas rerumputan. Namanya Manda dan Faisal. Semenjak keduanya bertemu kemarin, keduanya memutuskan untuk berteman setelah saling berkenalan.

“Faisal, sejak kapan kau pindah ke sini?”

“Sekitar satu minggu yang lalu. Kalau kau?”

“Aku sejak lahir sudah tinggal di sini. Bersama Ayah dan Ibuku. Tapi ....”

“Tapi apa?”

“Tapi Ibu ku harus pindah ke rumah sakit.”

Faisal tersenyum simpul. Ia lantas berganti posisi dengan duduk. “Kau tahu? Keluarga ku hanya tersisa Paman dan Bibi. Risa yang mengejek mu kemarin adalah sepupu ku. Orang tua ku yang meninggal karena kecelakaan mengharuskan aku untuk tinggal dengan mereka.”

Manda ikutan bangkit. Ia menatap wajah Faisal yang menunduk dengan mata sendu. Dengan gerakan pelan Manda menempelkan tangannya di bahu anak laki-laki itu.

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang