EPILOG

66 8 1
                                    

Kerumunan murid menyerbu mading sekolah.

Pembagian nilai ulangan berlangsung hari ini. Ghea terbelalak ketika nilai yang didapatnya paling tinggi di kelas.

Arin yang juga ikut senang memeluk tubuhnya sambil menjerit. “Selamat, G. Lo dapat ranking satu!”

“Siapa dulu temennya?” Regan masuk ke dalam kerumunan dan mendongak dengan angkuh.

“Dih, jangan sok ngaku-ngaku lu, kalo emang lo yang nemenin Ghea belajar, harusnya nilai lu juga bagus. Lihat tuh nilai lo! Lihat! Peringkat kelima. DARI BAWAH!” Arin tak segan-segan berteriak langsung di telinga Regan. Cewek itu sangat puas sekali. Regan yang pada akhirnya kalah, memilih terdiam dan cemberut.

Dari kejauhan Ghea melihat Rizza dan Kakaknya. Tatapan Rizza tertuju ke arahnya dan cowok itu mengedipkan sebelah matanya sebagai tanda sapa dari jarak jauh. Arin dan Regan sama sekali tidak tahu, selama ini Rizza tak pernah gentar mengajari Ghea sesuai amanat Zidhan. Alhasil, nilai Ghea jadi naik di tahun ini.

Ghea jadi terpingkal-pingkal dengan hal itu. “Nah, G. Sekarang kebuktikan siapa yang bakal bawa pengaruh baik dan buruk?” kata Arin lagi. “Si Jelek mah jangan ditemenin. Pembuat onar dia, hahaha.”

“Rin, gak boleh kayak gitu tahu. Kita kan tetep temen kalau pun nilai kita gak sama.”

“Denger tuh! Denger! Buka telinga lo lebar-lebar cewek barbar!” sindir Regan.

Apa-apa?! Sini! Berani lu sama gue?” kecam Arin.

“Udah-udah. Jangan berantem mulu,” rerai Ghea.

“Dia yang duluan.”

“Elo yang duluan!”

“Elo!”

“Elo!”

Arin dan Regan sama-sama saling melotot dari dekat, keduanya seolah ingin berciuman setelah itu.

“Lama-lama gue jodohin lo berdua,” gerutu Ghea lagi.

Seseorang berdeham ketika Arin dan Regan masih sibuk bertengkar. Ghea menoleh. Sammy tersenyum sambil menggaruk tengkuknya. “Hai ... G,” sapanya ragu-ragu.

“Eh, hai, Sam.” Ghea sama kikuknya. Ia masih ingat hubungannya dengan Sammy agak renggang akibat nilai ulangan dari Pak Faisal.

Dengan tangan sedikit gemetaran, Sammy menyalami tangan Ghea dan ia berkata, “selamat ya. Lo udah bisa ngalahin nilai gue. Dan gue akuin lo emang hebat.”

“Lo juga hebat. Ranking dua juga gak terlalu buruk kan, dan lo bisa nyusul lagi di tahun depan. Mungkin kita juga bisa belajar bareng selama itu.”

“He he ... Gitu ya.”

“Dan gue juga mau lo ajarin gue salah satu alat musik. Gue denger lo udah jago beberapa alat musik. Lo bisa, kan ajarin gue main piano?”

Sammy mengangguk. “Bisa.”

“Oh, iya.” Ghea mendekatkan bibirnya yang mungil ke telinga Sammy untuk berbisik. “Lupain aja masalah kita.”

“Sori, G ....”

Ghea membalas hanya dengan ukiran senyum.

“GHEA!”

Ghea dan Sammy berpaling. Arin dan Regan ikut berhenti bertengkar oleh teriakan dari jauh itu. Seorang gadis melambaikan sebelah tangannya tinggi-tinggi. Kemudian menyeringai sambil lari menghampiri Ghea.

“Vero? Kok lo bisa di sini?”

Gadis yang diketahui Vero itu segera memeluk Ghea dan menumpahkan rasa rindunya. “Gue kangen sama lo
... Bella pindah ke Bandung ikut papa-nya. Gue jadi sendirian.”

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang