MIRROR |34 REINKARNASI

31 11 1
                                    

MIRROR 34
REINKARNASI

________________________________________


Apa maksud dari memori orang yang telah mati dapat diingat oleh anaknya sendiri?

Begitulah isi kepala Ghea saat ini. Dia tak kurang waktu lagi untuk bertemu Arin. Tapi dia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia mengeram di perpustakaan, mencari buku-buku yang berkaitan dengan memori. Orang mati. Atau lebih tepatnya....

Reinkarnasi?

Apa itu mungkin?

Manda bereinkarnasi di dalam tubuh Ghea. Dan jika itu benar, mungkinkah ini alasan mengapa Ghea sering sekali mendapat bisikan aneh. Sering Dejavu di setiap tempat dan kejadian yang pernah menjadi kenangan Manda. Oh! Ghea takut sekali. Takut jika Manda sewaktu-waktu menguasai seluruh tubuhnya.

Bayangan tenggelam Manda kembali muncul di benaknya. Ghea berpaling untuk memikirkan siapa yang sudah menolong Manda. Rengkuhan tangan itu bisa Ghea rasakan, tatapan mata hitam itu dapat Ghea terealisasikan di dalam dirinya. Tapi dia belum dapat menemukan titik terang tentang siapa orang itu sebenarnya?

Ghea memutuskan menutup buku-buku terakhirnya. Bergegas keluar dari ruang perpustakaan ketika bel pulang berbunyi.

Matahari sudah hampir tenggelam di barat. Beruntung sekali, Pak Faisal tak lagi menyuruhnya menjalani kelas tambahan. Pria itu sibuk sekali berada di ruangannya. Sampai tidak ingin diganggu sama sekali. Tetapi Ghea tidak perduli. Toh, dia sudah tahu rahasia dari pria itu. Tentang Zidhan yang merupakan Ayah kandungnya.

Mungkin kapan-kapan Ghea harus berterimakasih kepadanya.

Ghea dijemput oleh Zidhan tepat di depan gerbang. Sengaja Zidhan tidak keluar dari dalam mobil karena konflik itu. Dan Ghea juga mendesak agar sesegera mungkin pergi dari depan sekolah sebelum semua orang mengira aneh-aneh lagi tentangnya.

Lagipula, mengapa semua orang harus mengurusi urusan orang lain?

Tidak ada kerjaan sekali.

Saat Ghea memasuki mobil. Saat Ghea mulai menyalami tangan Zidhan di dalam sana. Ada sepasang mata gelap yang menatap tajam dari kejauhan. Tangannya terkepal. Sebelum akhirnya terbuka karena mendengar suara orang di belakangnya.

“Maaf, Pak, saya mau lewat.”

Posisi berdirinya di gerbang saat itu, rupanya menghalangi jalan Rizza yang akan pulang dengan motornya. Pria itu menyingkirkan diri. Mengibaskan badan dan berjalan ke dalam area sekolah. Semakin jauh ke koridor dan menghilang.

Rizza geleng-geleng kepala melihatnya. “Pak Faisal punya masalah hidup apa sih?”

🥀🥀🥀

Ghea dan Zidhan tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan mampir di sebuah Cafe dengan memesan meja secara privat. Kemarin malam, Zidhan menunda janji dengan temannya karena harus mengantar Ghea ke pesta. Dan hari ini, janji itu dilanjutkan.

Ada dua orang pria sudah duduk di tempat yang Zidhan booking. Satunya sudah Ghea kenali sebagai guru olah raga di sekolahnya.

“Pak Arya,” Ghea menyalami tangan Arya lalu ke tangan satu orang pria lagi.

“Oi Bung apa kabar?” Pria yang berkemeja putih garis-garis, memeluk tubuh Zidhan seakan itu pertemuan mereka yang sudah lama dinantikan. “Ayo duduk!”

Zidhan mengambilkan kursi untuk Ghea dan mereka pun duduk kembali. Seorang waiters datang membawakan menu makan. Setelah memesan, obrolan mereka dilanjutkan kembali.

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang