Bijaklah dalam berkomentar, jangan bawa-bawa cerita lain ke sini begitu juga sebaliknya. Dan....
Penulis tidak akan bertanggung jawab jika mungkin di setiap part akan menyakiti hati kalian. Cermati cerita ini baik-baik.
Selamat membaca :)
________________________________________
Soundtrack Cerita Ini adalah 'Resah dari Payung Teduh'
Cahaya rembulan terpantul di atas air setinggi lima meter. Angin malam bertiup mendatangkan kelam. Gelap gulita. Sunyi senyap. Begitulah keadaan saat itu. Bahkan jangkrik sudah berhenti bersuara. Dan kunang-kunang sudah menghilang tidak seperti biasanya. Benar-benar malam yang damai. Atau... Semuanya menjadi keliru saat suara langkah menapak dedaunan kering telah mendesak rerumputan ilalang yang tumbuh di jalan setapak liar. Rumput itu bergoyang dan melambai-lambai tertiup angin sejak tadi.
Seorang perempuan bertubuh kurus sedang terduduk di bawah sinar rembulan yang bertikar rerumputan. Earphone yang menyumbat di kedua telinganya memutarkan sebuah lagu rekaman dua orang remaja, seolah menjadi teman kesepiannya di depan danau saat itu.
Ketika seluruh lagu sudah selesai diputar. Perlahan-lahan perempuan itu bangkit dan melepaskan earphone dari telinganya. Ia kemudian berjalan menuju air danau di hadapannya, tanpa perduli gerakan angin seolah menahannya untuk terus berjalan.
Semakin perempuan itu melangkah, semakin dangkal air menutupi separuh tubuhnya. Semakin perempuan itu melangkah, semakin dia terbayang bagaimana perbuatannya di masa lalu. Semakin dalam lagi melangkah, semakin ia membayangkan wajah teduh laki-laki yang dia cintai.
Tes.
Air matanya jatuh. Mendarat di permukaan air dan menciptakan sedikit gerakan pada air yang tenang. Tubuhnya menggigil. Rasa dingin kini menusuk tulangnya. Giginya pun ikut menggertak menahan. Air saat itu sudah mencapai leher. Tapi ia tetap tak berubah pikiran sampai air sudah semakin masuk ke dalam pangkal hidungnya. Sesak. Nafasnya tinggal separuh. Tapi ia tetap mencoba membuka mata untuk melihat dunia lain di sekelilingnya. Hanya air berwarna gelap yang tersinari cahaya bulan. Dan baginya itu menenangkan.
Kemudian, setelah merasakan tenang, ia perlahan menutupkan mata. Air semakin mengisi seluruh perutnya sekarang, hingga tak ada lagi ruang untuknya tetap bernafas dan bahkan oksigen sudah tak tersisa lagi. Sedikit pun tak ada.
"Zidhan, biarkan danau ini menjadi saksi sesudi apakah aku padamu. Aku tak akan berhenti mencintai mu sampai aku tak bernyawa lagi. Meski aku yang harus mati, aku tak apa...."
Hingga akhirnya, semuanya menjadi gelap gulita.
Pranggg!
Seseorang menjatuhkan sebuah cermin dalam kegelapan yang temaram oleh lampu tidur. Cermin itu terpecah menjadi banyak bagian. Dengan tangan yang gemetar serta pucat, orang itu meraih satu serpihan di samping kakinya. Didekatkannya ke pergelangan tangannya dan ditekan. Setetes air mata jatuh bersamaan dengan tangan yang mulai menyayat kulit. Sedikit demi sedikit. Ia meringis dalam kesakitan, tapi ia tetap melanjutkannya. Hingga darah segar perlahan-lahan menetes membasahi meja. Tapi tidak lama setelah ia melihat wajah di kaca besar. Wajah yang terlihat nyata oleh corak.
"Kau tersenyum?"
"Apakah kau menyukainya?"
"Ini hadiah ulang tahun mu dari ku."
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRROR
Teen FictionCerita ini tentang Regina Abighea. Gadis yang harus hidup ditengah-tengah kisah perpisahan antara Manda dan juga Zidhan (Sepasang kekasih dimasa lalu). Akankah Ghea dapat membuat keduanya bertemu lagi? Baca selanjutnya disini, -MIRROR "Kelahiran mu...