MIRROR |26 PERMUSUHAN

27 10 2
                                    

MIRROR 26
PERMUSUHAN

Selepas bel istirahat, Ghea duduk di kursi kantin. Regan menghampiri yang langsung ditepis Arin tidak suka.

"Ngapain lo ke sini?!" desis Arin.

"Gue ke sini nyamperin Ghea, kenapa? Gak boleh huh? Atau cemburu?" sahut Regan.

"Dih, cemburu? Najis!" teriak Arin langsung di telinga Regan.

"Mulut lo bilang najis beib tapi hati lo bilang 'Regan... Will you be My Boy friend' uhh ...."  Regan menirukan gaya cowok ngondek di kalimat terakhirnya.

Sontak saja Arin melotot. Gadis itu mengacungkan garpu sekarang. Tapi Regan tak perduli dan memilih minta perhatian Ghea yang sedang menghafal naskah.

"Ghea .... Main yuk!"

"Gue lagi sibuk. Jangan gangguin gue" respon Ghea cuek.

"Denger tuh budek!" cela Arin.

"Apasih? Anak kecil mending diem deh" sahut Regan menutup mulut Arin dengan sadis. Arin menjauhkan tangannya dengan perasaan dongkol.

Memangnya tangan dia tidak bau apa?!

"G, lo kenapa? Pasti kesel ya sama Pak Faisal?"

"Bukan urusan lo!"

"Sekarang jadi urusan gue. Gue kan yang sss—" suara Regan hilang di tengah jalan.

"Mau transformasi jadi siluman ular lo?! Sss apa?!" decak Arin yang menunggu kelanjutan Regan bicara, ia sangat penasaran kenapa cowok itu seperti hati-hati kalau bicara dengan Ghea. Takut keceplosan.

"Gue kan yang sebenarnya nakal ya, tapi Pak Faisal lebih sering marah ke Ghea. Itu maksud gue"

"Pak Faisal enggak marah. Itu kan emang cara dia ngajar" balas Arin lagi.

"Tuh kan Rin, Regan aja bisa ngerasain tahu kalau Pak Faisal gak seneng sama gue" Ghea mendesah memandang Arin dengan bibir cemberut. Dia lupa kalau sedang marahan pada Regan.

Sebaliknya, Arin justru memeragakan seolah mengancam Regan karena berani bicara begitu. Pasalnya sejak dari tadi Arin mencoba menenangkan Ghea dan pikirannya saat Ghea curhat masalah Pak Faisal, tapi si Regan justru malah berkata terang-terangan.

"Pak Faisal itu bukan marah G, dia kan emang gitu cara ngajarnya. Sammy yang gak salah apa-apa aja kan waktu itu dibentak"

"Tapi setiap ngajar, gue mulu yang kena serang. Dikit-dikit Regina Abighea. Emangnya gue gak parno apa tiap belajar sama dia dipanggil mulu. Seolah gue itu Dewi yang bisa mewujudkan semua keinginannya"

Arin menggaruk kepala yang tidak gatal. Sejujurnya ia juga bingung. Tapi tidak tahu harus melakukan apa.

"G, lo gak usah khawatir. Bang Hito, Bang Dika, Bang Jordi sama Bang Jay, juga sering kena marah. Soal ancaman nilai itu Pak Faisal cuma mau nakut-nakutin aja. Lagian yang seharusnya dikurangi itu nilai yang sering bolos di pelajaran dia”

“Lo ngomongin diri sendiri ya, Lek?!” sindir Arin diakhiri dengan tertawa terbahak-bahak pada Regan.

Regan kali ini memejamkan mata lekat-lekat, lalu tersenyum seolah ia tidak bisa marah dan menepuk-nepuk puncak kepala Arin. "Kapan gue bolos di pelajaran Pak Faisal, Arin?” dia berkata sok manis.

"Tapi faktanya lo bolos di pelajaran yang lain"

Regan kembali menganggap Arin lalat yang mau hinggap di hidungnya. Dia berganti menatap Ghea lagi, "Udah. Pokonya lo tenang aja, Ghea. Enggak bakal ada apa-apa kok di ruangan Pak Faisal"

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang