MIRROR |28 PERMUSUHAN EKOR ANJING DAN RAMBUT MINYAK

26 10 0
                                    

MIRROR 28
PERMUSUHAN EKOR ANJING DAN RAMBUT MINYAK

Dua keranjang plastik terjatuh dengan cepat di tepi jalan. Seseorang itu baru saja melihat putrinya bersama dengan orang yang pernah membuat keluarganya hancur.

"Ghea!"

Manda menoleh. Nafasnya mendadak tidak lancar ketika Wati menatapnya dengan tajam. Wanita itu juga berlari mendekatinya dan menariknya cepat. dari Zidhan.

"Mama...."

"Pulang. Sekarang. Juga!"

"Bu, saya bisa jelaskan—"

"Diam Zidhan!" Wati mengacungkan telunjuk gemetar, "Dan jangan temui putri Saya lagi! Saya harap ini yang terakhir kalinya kamu menceritakan tentang Manda"

"Saya tidak menceritakan tentang Manda—"

"Ayo Ghea!"

Wati menarik lengan Manda menjauh dari Zidhan. Manda sempat melirik Zidhan dengan perasaan hampa. Dia tidak ingin meninggalkannya. Dia masih ingin menghabiskan waktu yang tersisa ini dengan sangat baik. Tetapi semesta lagi-lagi mempermainkan mereka.

"Ghea, jadi itu sebabnya kamu selalu bilang kalau Manda masih hidup. Karena dia menceritakannya, iya?" teriak Wati setelah mereka di rumah.

"Enggak Ma! Manda emang ada di sini" sanggah Ghea.

"Cukup Ghea!"

Tangan Wati membanting lengan Ghea dengan kasar. Nafasnya naik turun kentara dengan mimik wajahnya yang berang. Belum pernah Ghea melihat Mamanya semarah ini padanya.

"Kenapa kamu bertemu dengannya di tempat itu? Zidhan itu bukan pria baik-baik. Bagaimana kalau kamu—"

"Apa?"

Wira yang baru saja keluar dari ruang kamar rupanya mendengar semuanya.

"Kamu bertemu dengan laki-laki itu Ghea?!"

Ghea berdiri dengan gelisah. Sekarang tidak hanya Ayahnya yang biasa membentaknya. Tapi kedua orang tuanya itu seakan tidak ingin mengampuni kesalahannya yang satu ini.

"Apa yang dia bicarakan?! Apa Ghea?!"

Wira mengguncang-guncang tubuh Ghea dengan cengkraman di kedua bahunya, membuat Ghea merasa sakit.

"Dia gak bilang apa-apa Ayah. Ghea cuma mempertemukan Zidhan dengan Manda. Manda itu masih di sini kenapa kalian gak ada yang percaya"

Plakkk!

"Mas"

Manda menangis melihatnya. Ayah menampar Ghea lagi? Bahu Manda gemetar menahan isak-nya di dekat mereka.

"Bilang pada mereka kalau Ayah tidak pernah menampar ku Ghea!" titah Manda berharap Ayahnya mempercayai.

"Manda bilang kalau Ayah tidak pernah nampar dia"

"Bilang kalau Ayah dulu sangat menyayangi ku"

"Manda juga bilang kalau Ayah itu dulu sangat menyayanginya" Ghea mengulangi perkataan berikutnya.

"Tetapi kenapa Ayah berubah karena kematian ku? Aku ini akan baik-baik saja kalau Ayah juga baik-baik saja"

"Tapi Ayah berubah karena kematiannya"

"TUTUP MULUT MU!" raung Wira murka.

Ghea yang tidak tahan dengan cepat mengusap air matanya, berbalik dan menaiki tangga menuju kamarnya. Dia membanting pintu keras dengan perasaan pedih. Dia terisak di balik pintu dengan tubuh merosot. Kenapa cuma dia yang bisa melihat Manda di rumah ini?

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang